Aku tahu sedari tadi dia mencuri pandang kearahku. Bukannya aku tidak tahu—Cuma pura-pura tidak tahu kok— hanya saja gerakan matanya tertangkap olehku walaupun hanya sekali, meski tidak kentara tapi aku sadar akan itu. Mungkin dia bingung darimana aku tahu namanya. Alcadeias Milargo. Sebenarnya aku juga bingung menjelaskannya. Mana mungkin aku bilang aku mengetahuinya dari mimpi, bukan? Itu kebetulan atau apa ya? Tapi satu hal lagi yang membuatku penasaran. Nama keluarganya apa ya?
Baru saja aku ingin membuka mulut untuk menanyakan nama keluarganya tapi aku sadar itu salah satu dari hal-hal pribadi dan takutnya dia malah bertanya balik tentang nama keluargaku.
“hey Elleonore” oke jadi sekarang dia memanggilku Elleonore? Sebenarnya aku cukup tidak suka dengan nama Elleonore karna nama itu aku seperti dibayangi oleh leluhurku. Tapi tak apa dia juga tidak tahu.
“ada apa?” aku kembali menatap mata birunya. Aku suka warna biru—begitu juga mataku— tapi menatap mata Alca seakan mampu menarikku jauh kedalam dirinya tanpa bisa berkutik. Aku suka. Mata itu unik, entah kenapa ada sesuatu yang berbeda dimata itu. Aku berharap mata itu tidak sepertiku—ya tahu lah maksudku—. Sungguh aku menyukai mata itu.
“Isla de la Necromancer. kau tahu tempat seperti apa itu?”
Aku menggeleng pelan. Aku jelas tidak tahu karna memang aku tidak pernah ke Isla de la Necromancer sebelum ini “entahlah, aku harap tidak berbahaya”
Dia mengangguk. Aku tidak tahu apa maksud dari anggukannya “ini negeri Maldhivyst, Zeca jelas tak ada yang tak berbahaya. Di Maldhivyst apapun bisa terjadi, bukan?”
Aku tahu itu. Tapi aku harap Isla de la Necromancer adalah tempat yang cukup aman—meski aku juga tak yakin— “kau pernah kesana?”
Diluar dugaanku, dia menggeleng “tidak, tahu aku pernah mendengar sesuatu tentang Isla de la Necromancer dari kakakku. Katanya itu perkampungan yang… emmm entahlah aku juga tak yakin dengan itu”
Aku tidak berani menduga-duga kukira Alca juga begitu. Jadi aku dan Alca kembali melanjutkan perjalanan ke Isla de la Necromancer. Suasana diperjalanan kembali hening dan aku benci jika keadaan sudah begini. Aku sebenarnya bukanlah pribadi yang pendiam, malah aku lumayan aktif—apalagi di laboraturium— jadi ada dikeadaan begini membuatku benci.
Jadi kuputuskan untuk memulai percakapan saja “jadi kemana tujuanmu sebenarnya?”
“kembali kerumah”
“memangnya dari mana? Dan rumahmu dimana?”
Dia lagi-lagi tersenyum. Lama-lama aku menjadi gila jika dia tersenyum terus. Jangan mengharapkan senyum yang manis. Tidak tidak. Dia hanya tersenyum kecil tapi bibirnya sedikit tertarik kearah kanan. Senyumannya seolah kembali membuka memoriku dan mengingatkanku pada seseorang terutama mata birunya itu tetapi bukan Eugene meskipun Eugene memiliki mata biru yang cukup indah tetapi daya tariknya tak sekuat mata Alca. Mata itu tak asing—juga sorot matanya yang tajam itu— tapi aku tak ingat siapa itu. Entahlah meskipun memoriku mencoba mengingatnya, aku tetap tak ingat.
Tiba-tiba Alca menepuk bahuku “ada apa?”
Kontan aku menoleh tapi tatapannya masih lurus kedepan “tidak apa-apa”
“ah itu dia hutan menuju perkampungan Isla de la Necromancer” tunjuknya kearah pepohonan yang lebat itu
“kau yakin? Bukankah kau tidak pernah kesini? Bagaimana kau bisa tahu detailnya?”
“kakakku pernah menggambarkannya kepadaku dan lihat itu, pohon sedikit melengkung masuk seolah membentuk pintu besar. Tepat seperti yang pernah digambarkannya”
Aku menangguk “baiklah ayo kita kesana”
Author’s POV
Seseorang memasuki suatu ruangan sambil menggeram kesal membuat siapapun yang melihatnya akan ketakutan. Etrusean Charun.
“kenapa kau belum juga bisa menemukannya, Prudencio”
Seseorang yang diajak bicara ikut menggeram kesal “lalu bagaimana denganmu hah?! Apa kau sudah menemukannya, Etrusean?!”
Mereka bertukar tatap yang sarat akan kemurkaan menimbulkan hawa dingin yang menusuk. Hawa dingin yang begitu membunuh itu berangsur-angsur menurun ketika seorang wanita cantik datang menghampiri mereka “bagaimana sudah ditemukan?”
Prudencio dan Etrusean menggeleng menandakan mereka benar-benar belum menemukan apa yang menjadi incaran mereka.
Melihat gelengan dari keduanya, wanita itu mendecak kesal “bagaimana kalian ini?! Apa makhluk seperti kalian ini tidak mampu menemukan seseorang itu? Sebenarnya kekuatan apa yang dimilikinya sampai-sampai kalian tidak mampu mendeteksinya?”
Keduanya mendengus kesal mendengar penuturan wanita itu yang meremehkan kemampuan mereka berdua. Tapi apa daya perkataan wanita itu benar “ya kau benar. Tapi apa kau tahu siapa dia?” Tanya Prudencio dengan nada kesal
Wanita itu menggeleng. Tanpa mereka ketahui wanita itu telah mengetahui siapa seseorang yang sedang mereka incar. Wanita itu tersenyum dalam hati. Dia memang tahu tapi dia membiarkan mereka mengetahuinya sendiri. Wanita itu membiarkan ini menjadi rahasianya sendiri sampai hal ini terkuak perlahan.
foto yang kemaren itu si Hailee as Zeca, bayangin aja ya si Hailee ini punya warna mata yang berbeda abis gak ada fotonya sih wkwk. kalo yang ini fotonya si bebeb/? Douglas as Alca wkwk kece ya dia? wkwkwkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
Betrayal
FantasyAku Zeca Elleonore Florecer telah digariskan menjadi keturunan yang harus menjaga perjanjian yang telah ada selama ini demi keutuhan Negeriku, juga salah satu dari kewajiban clan ku. Tapi bagaimana jika semuanya diluar kendaliku tanpa bisa dicegah...