20. Akhir Dari Sebuah Pilihan

9.2K 475 96
                                    

Part 20
⚠️🔞

Awalnya, aku mengira suatu hubungan yang dipaksakan, akan sulit untuk dijalani, yang bisa membuat kedua bela pihak tersiksa. Namun nyatanya aku salah, karna hubunganku dengan alvin semakin hari justru semakin dekat. Perhatian, kasih sayang dan sikap manjanya, yang mampu menumbuhkan rasa cintaku terhadapnya. Sehingga kami dapat menjalani hubungan kami, atas dasar cinta dan bukan paksaan lagi.

Beberapa hari ini, aku selalu bermimpi didatangi danny dan dalam mimpiku itu dia kelihatan sangat marah akibat pilihanku, untuk mencintai alvin. Namun aku berusaha, menyangkal semua mimpi itu dan mempertahankan apa yang sudah menjadi pilihanku. Aku juga selalu mendoakan danny, agar dia tenang disisinya dan meminta maaf kepadanya, karna telah mencintai orang yang sudah merusak hubungan kami.

Aku juga selalu menutupi semua mimpiku dan memilih untuk tidak menceritakannya ke alvin. Karna aku tidak ingin menambah pikirannya, yang sudah dipusingkan oleh urusan pekerjaan. Meski beberapa kali dia bertanya, mengapa aku menyebut nama danny disetiap mimpi burukku, namun aku berusaha menyangkalnya.

Malam ini, sepulang kerja aku memintanya untuk menginap diunit apartemenku. Akibat dari mimpiku semalam, tentang danny yang mengancam akan membunuhnya. Namun aku juga tetap memilih, untuk tidak menceritakan soal mimpi itu kepadanya.

Dia menyambut baik ajakanku itu, karna tidak seperti biasa, jika bukan diakhir pekan aku tidak akan pernah mengijinkannya menginap, itu pun dia sendiri yang memaksa.

Diperjalanan, aku terus memikirkan mimpiku semalam. Mimpi sangat membuatku ketakutan, dimana aku melihat danny membunuh alvin. Aku berharap semua itu hanya mimpi semata dan tidak akan pernah menjadi kenyataan, karna aku percaya danny orang baik walaupun dia telah tiada.

Sesampainya diunit apartemenku, aku segera masuk kekamar. Taklama aku keluar dalam kondisi sudah mandi dan berganti pakaian. Dia menghampiriku dan memelukku pelan. "Kok mandinya gak ngajak-ngajak?", tanyanya, mencium pipiku dan melepaskan pelukannya. "Siapa suruh tidak mau nyusul.", ucapku acuh dan berlalu kedapur.

Taklama, dia menyusulku kedapur, menghampiriku yang tengah memasak dan memelukku pelan, dari belakang. "Aku lagi masak, vin.", ucapku mendorongnya, namun dia tidak menghiraukanku. Kemudian dia mencium leherku dan menggitnya, yang membuatku tanpa sengaja mengeluarkan desahan pelan.

Aku mendorongnya kuat dan menatapnya tajam. "Jika kamu melakukan itu lagi, akan kupastikan malam ini kamu tidak jadi menginap disini.", ancamku seperti biasa dan dia menggeleng cepat. "Kok gitu terus ancamannya?.", rengeknya dan kumenatapnya tajam. "Kamu kan tahu sendiri aku lagi masak, jika masakannya gosong gimana? Kita mau makan apa malam ini?", ucapku tajam dan dia tersenyum kecil. "Kan tinggal pesan via online.", jawabnya enteng, yang membuatku menatapnya kesal. "Ya uda, kamu pesan saja sana jika sudah bosan dengan masakanku.", kesalku dan kembali melanjutkan masakku, tidak memperdulikannya.

"Bukan itu maksudku, aku hanya...", ucapnya terpotong olehku. "Sebaiknya sekarang kamu kembali keruang tamu. Jangan mengangguku masak, karna aku sudah lapar.", perintahku tajam dan dia mengangguk patuh.

Selesai memasak dan menghidangkannya dimeja makan. Aku segera memanggilnya, memberitahunya jika makanan sudah siap.

Dimeja makan, kami makan dalam hening, karna tidak ada diantara kami yang bersuara. Selesai makan, kemudian aku membereskannya.

Selesai membereskan, peralatan masak dan makan kami. Aku segera menyusulnya keruang tamu. Diruang tamu, kami sama-sama diam dengan mata fokus kearah tv yang sedang menayangkan iklan, seolah itu sangat menarik untuk kami tonton.

"Kamu tidak ingin mandi?", tanyaku, memecah keheningan dan dia mengangguk pelan, kemudian dia berjalan kekamarku. Karna kasihan melihatnya yang murung, akibat aku marahin tadi. Aku pun memilih menyusulnya kekamar, untuk menemaninya mandi.

My New Life StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang