8. Adam Mengajak Kencan!

2.3K 111 3
                                    

Hari-hariku menjadi lebih berwarna dengan kembalinya Fahri. Dia dan Anna sudah kembali menempati rumah di Jalan Prambanan. Setiap pagi, Fahri ke rumahku, menitipkan Anna dan babysitternya. Biasanya Arya dan Salsa akan menjerit girang setiap mendengar derum mobil Fahri di depan rumah kami. Lalu anak-anakku akan berebutan membuka pintu pagar dan menggandeng Anna ke dalam rumah.

Setelahnya Fahri lanjut berangkat ke tempat kerjanya.

Kantorku dan Fahri berlawanan arah. Jadi tidak bisa berangkat bersama. Sesekali aku menumpang mobil Fahri sampai stasiun kereta terdekat, lalu melanjutkan perjalananku ke kantor dengan commuter line. Seringnya aku melanjutkan tidur di mobilnya, dan terbangun saat tiba di stasiun kereta api.

Saat malam hari aku tiba di rumah, Anna sudah dijemput oleh Fahri. Kadang jika aku tiba di rumah lebih awal, aku sempatkan bermain dengan Anna dan anak-anakku. Semakin hari kuperhatikan Anna semakin cantik dan ceria sesuai usianya. Bibir mungilnya sudah mulai sering bercerita, kadang menanyakan kenapa ibunya tidak pernah datang menengok.

Kujawab, Ibu sedang banyak pekerjaan, tapi aku berjanji padanya, suatu saat akan kubawa dia menengok ibu dan kakek neneknya.

---

Hari ini ulang tahun Fahri ke-35. Dia ingin merayakannya denganku.

Sepulang kerja, dia menjemputku lalu kami makan malam berdua di restoran baru daerah pusat kota. Sebelumnya aku menelpon bibi, minta ijin akan pulang malam, biarkan Anna dan babysitternya menginap di rumahku untuk malam ini.

"Rei, pesen apa kita?"

"Apa aja deh, samain aja ama lo."

"Hahaha, bilang aja ga ngerti", katanya meledekku.

Aku hanya mengangkat bahu. Memang nama makanan di menu resto ini bisa membuat lidahku terkilir saat mengucapkannya. Rasa makanannyapun tidak terbayangkan. Tapi Fahri memilih resto ini. So, here we are.

Dia lalu memanggil waiter dan memesan beberapa makanan bernada asing. Aku pasrah. Apapun yang Fahri makan, aku pasti makan juga.

"Minumnya apa, Rei? Jangan minta es kopi! Hahahaha", ledeknya.

"Es kopi!" Jawabku menantangnya.

"Okey, Ice Cappuccino, ya," pesannya ke mas waiter.

Sambil menunggu makanan kami datang, kuakui sesuatu kepada Fahri.

"Sorry ya Boy, gue belum nyiapin kado Ultah buat lo.."

"Yaelah.. Ngga papa, Rei."

"Bener ngga papa, kan gue ngga enak ama lo."

"Ya udah, kalo lo maksa. Kadonya dinner ini, lo yang traktir," katanya semangat.

"Yeeeee... Niat amaaat!"

"Hahahahahaha.." kami berdua tertawa berderai.

Aku mengamatinya. Lalu kulanjutkan pembicaraan yang sudah kusiapkan sejak siang tadi.

"Boy, lo ngga niat nikah lagi? Anna butuh figur ibu."

"Ngga." Wajahnya agak suram saat menjawab pertanyaanku.

"Gue serius. Lo laki-laki, butuh istri yang ngurusin."

"Kenapa, lo capek ngurusin gue?"

"Kapan gue ngurusin lo...? Hahahaha..."

Fahri menarik napas panjang sebelum menjawab.

"Rei, mengijinkan Anna tiap hari gue titip di rumah lo, makan, tidur, main sama anak-anak lo, memastikan Anna tidak sedih dan kesepian, itu artinya lo udah ngurusin gue."

KISAH WANITA BIASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang