Eldric tengah memanjat pagar belakang sekolah. Dia mencoba mencari cela dari setiap gigi pagar itu.
"Baru juga gue mau berubah. Eh kampret nya malah terlambat lagi," gerutunya.
Dalam satu loncatan Eldric sudah berada di area sekolah.
Baru akan melangkahkan kaki untuk selanjutnya. Eldric tersandung oleh kakinya sendiri.
"Labuh deui, labuh deuh. Duh gusti." keluh Eldric.
Dia seperti mengeluh dengan dirinya yang selalu jatuh, meski itu tiba-tiba atau pun tersandung oleh kakinya sendiri.
Eldric pun tersungkur, sampai dia tak sadar jika kening Eldric terkena batu ketika dia jatuh tadi. Kening Eldric mengeluarkan darah meski tipis, membuat Eldric pun tak menyadarinya.
Lalu Eldric berdiri dari posisi duduknya.
Eldric tak menyusuri setiap koridor depan untuk dia lewati, namun dia lewat belakang setiap kelas. Itu sudah menjadi keseharian Eldric, jika terlambat maka dia akan melewati belakang.
Sudah sampai di belakang kelasnya. Eldric melihat ke dalam kelas. Pandangan matanya mengarah pada sahabat-sahabatnya untuk membantu dia agar bisa masuk tanpa guru yang mengajar di kelas tidak mengetahuinya.
Ketika pandangan mata Eldric tertuju pada Qia. Dia seketika diam, dia masih tidak percaya bahwa gadis yang selalu dia goda itu ternyata adalah sepupunya.
Qiandra juga telah memberikan suatu perasaan yang tiba saja muncul ketika dia sedang bersama gadis itu.
Ketika Qiandra mendongkak menoleh pada gurunya. Di luar jendela dia melihat Eldric yang tengah menatapnya.
"Kebiasaan terlambat terus." gumam Qia.
Eldric memberika kode pada Qia.
"Apa?" tanya Qia.
"Rico." ucap Eldric tanpa mengeluarkan suara.
Qiandra pun mengerti. Karena posisi tempat duduk Qia dan Rico bersebelahan. Dia menoleh pada Rico.
"Rico." panggil Qia dengan suara pelan.
Rico yang tengah menulis, teralihkan pada Qia yang memanggilnya. "Kenapa? Gue belum selesai, lagi nulis ini." sahut Rico dengan lantang.
"Kenapa Rico?" tanya gurunya.
Eldric di luar jendela menepuk jidatnya kesal.
"Tadi Qia manggil saya bu."
Qia menoleh pada Rico dengan cengiran. "Saya manggil Rico cuman pinjem, penghapus ko bu."
"Gue nggak punya penghapus, gue aja pinjem sama si Onang."
"Eh maksudnya pinjem pulpen." ucap Qia.
"Ko pinjem. Noh di meja lo ada, kenapa pinjem."
Sebenarnya Qia kesal dengan tingkah Rico yang kelewat polos apa ada sesuatu yang rusak pada pikiran nya. "Nggak jadi."
Rico mengangguk-angguk.
"Ya sudah jangan berisik. Kalian kerjakan tugas yang belum selesai." perintah guru itu.
Sedari tadi Eldric ketawa ketika melihat wajah kesal Qia.
Qia mengerucutkan bibirnya ketika dia melihat Eldric tengah ketawa. "Malah ketawa." gumamnya.
Kemudian Eldric menyebutkan nama Lanka. "Lanka panggil." ucapnya tanpa suara.
Takut ada kejadian seperti tadi. Qia menulis di kertas. Selesai menulis, dia melempar gulungan kertas pada Lanka yang duduk di bangku belakang Rico. Ketika Lanka menoleh padanya, Qia menyuruhnya membuka gulungan kertas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDRIC (Completed)
Teen Fiction-Completed!! 2 part akhir di hapus. #4 in Teen Fiction (11 July 2018) (Sequel of Mahesa The Perfect Bad Boy) Jangan kaget bila bertemu dengan Eldric Garvi Pradipta seorang Bad Boy. Bahkan melebihi Bad Boy dari Mahesa ayah nya. Namun dia tak begitu t...