Pukul 06:30.
Qila dan Ezra melihat Qia menuruni anak tangga. Qia sudah rapih dengan baju seragam sekolah yang ia kenakan hari ini. Ezra dan Qila saling menoleh sekilas.
"Qia," ucap Qila sembari menghampiri putrinya. "Qia yakin hari ini sekolah?"
Qia hanya mengangguk tanpa ingin mengeluarkan suara sedikit pun.
Ezra berdehem lalu ia menghampiri Qia. Mengelus pucuk kepala putrinya. "Kalau hari ini kamu nggak masuk sekolah lagi juga gapapa. Biar papah bicara sama kepala sekolah kamu,"
Qia lagi dan lagi tidak ingin menjawab ucapan dari papahnya.
Gadis itu nyelonong pergi keluar dari rumah. Tanpa mengucapkan kata pamit atau salam pada kedua orang tua nya.
Ezra dan Qila hanya bersabar menunggu putri mereka kembali menjadi Qia yang periang bukan Qia yang murung.
"Kita sabar aja. Mungkin ada waktunya anak kita kembali menjadi seperti Qia yang periang," ucap Ezra sembari memeluk Qila dari samping.
Qila mengangguk. "Aku nggak tega sama anak kita yang selalu murung. Makan aja susah, apalagi di ajak ngomong."
"Kasih waktu dia buat menerima semuanya,"
Qila kembali mengangguk lemah.
***
Hari ini Qiandra kembali masuk ke sekolah setelah beberapa hari ia tak masuk.
Setelah sampai di sekolah Qiandra langsung bergegas pergi menuju kelasnya. Namun baru saja akan hendak masuk ke dalam kelas. Qia berdiri di depan pintu kelas. Ia mengarahkan pandangan matanya ke arah jendela kelas yang sering kekasihnya lewati.
Qia tersenyum ketika ia membayangkan tingkah Eldric. Dalam bayangan Qia, Eldric tampak memberikan cengiran sembari mengaruk-garuk tengkuk lehernya.
Secepat kilat ia menghapus air matanya yang baru saja keluar dari kedua mata Qia.
Dari kejauhan Rico, Lanka dan Arza memperhatikan Qia. Mereka merasa kasihan terhadap Qia. Mungkin mereka sahabat Eldric dan lebih tau sifat Eldric seperti apa.
Tapi mereka tau jika kenangan yang di berikan Eldric pada Qia tak sebanding kenangan yang di berikan pada sahabatnya.
Qia pun masuk ke dalam kelas. Dan ia duduk di kursi bangku nya.
Ketika Qia menoleh ke arah tempat duduk di sampingnya. Ia kembali teringat akan sosok kekasihnya yang selalu menggangu ketika Qia belajar.
Namun sekarang tempat duduk itu kosong tanpa ada penghuni nya kembali.
Telapak tangan Qia menyentuh kursi tampat duduk Eldric.
Flashback on.
Waktu itu pelajaran tengah berlangsung. Tapi yang Eldric lakukan hanya tertidur pulas sembari menutupi wajahnya menggunakan buku. Seolah-olah jika ia tengah membaca buku. Nyatanya Eldric tertidur dengan menghadap ke arah Qia.
Karena pelajaran yang tengah berlangsung itu, pelajaran yang sangat Eldric hindarkan. Apalagi kalau bukan pelajaran Matematika yang Eldric tidak suka. Karena pelajaran Matematika bagi Eldric selalu membuat dirinya mengantuk. Namun itu hanya alasan Eldric saja.
Qia yang berada di samping Eldric tertawa kecil sembari menggeleng kecil.
Bahkan ketika Eldrid tidur pun tangan sebelah kiri Qia di genggam oleh Eldric. Pasalnya sebelum Eldric tidur. Ia berkata jika ia takut jika Qia akan pergi, dan itu membuat Qia gemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELDRIC (Completed)
Teen Fiction-Completed!! 2 part akhir di hapus. #4 in Teen Fiction (11 July 2018) (Sequel of Mahesa The Perfect Bad Boy) Jangan kaget bila bertemu dengan Eldric Garvi Pradipta seorang Bad Boy. Bahkan melebihi Bad Boy dari Mahesa ayah nya. Namun dia tak begitu t...