[m]

525 83 20
                                    

Mampus.

Tubuh Keisha sontak membeku. Menelan salivanya susah payah, sebelum akhirnya dia membalikkan tubuh.

Rehan tersenyum, "Hai."

Keisha nyaris ingin berteriak jika dirinya tidak segera membekap mulutnya lagi. Kedua bola matanya saja seperti ingin lepas dari rongganya mendapati Rehan dengan pakaian rumah biasa bisa berada di sekolah.

Tapi tunggu, Rehan terlihat lebih tampan menggunakan pakaian rumah biasa seperti ini.

"Gue manusia, Kei." Rehan bersuara. Karena perempuan di depannya masih saja shock.

"Kak Rehan kok ada di sini?"

"Mau ngegap lo, soalnya." Rehan tersenyum susudah berucap. Terkesan menggoda.

Keisha bisa merasakan rasa hangat menjalar perlahan di kedua pipinya. Sembari tersenyum, Keisha menunduk malu, "Ih, Kak Rehan."

Rehan tertawa. Memasukan kedua tangannya ke dalam celana jeans selutut yang ia gunakan. "Tujuan lo apa sih, ngirim gue begituan?"

Keisha menatap Rehan, "Iseng?" Rehan menaikan sebelah alisnya, "sama pengen aja gitu."

Keisha melempar cengiram kuda, "Soalnya Kak Rehan jarang senyum orangnya. Niatnya sih, cuma pengen ngingetin aja. Eh, jadi keterusan."

Rehan mengangguk-anggukan kepala, "Makasih."

"Kak Rehan pasti risi, ya?"

Kening Rehan berkerut. Lantas segera menggeleng, "Enggak. Gue justru seneng ada adek kelas yang ngingetin gue."

Lantas, senyum lebar segera terbit dari wajah Keisha. Dirinya senang bukan main mendengar sederet kalimat itu keluar dari bibir Rehan.

"Gue seneng pernah kenal lo." Rehan tersenyum tipis, "makasih ya, buat segala tingkah lo itu Keisha."

Kening Keisha berkerut samar, "Tingkah apa?"

"Itu, tingkah lo yang suka lewat depan kelas gue sambil ngelongok ke dalem kelas. Atau yang suka gak jelas tingkahnya kalo gue natap lo balik. Dan selalu berusaha nyemangatin gue kalo lagi main futsal." Rehan mengangkat kedua bahu, "Yah, walaupun lo suka ngumpet kalo gue nengok ke arah lo lagi neriakin nama gue."

Keisha tertawa kecil. Malu. Ternyata Rehan menyadari semua tingkah konyolnya itu, "Tapi kok makasih?"

"Terkadang, itu cukup menghibur."

"Tau gak kenapa, aku begitu?"

Rehan mengerutkan keningnya samar, lalu menggeleng sebagai tanggapan, "Kenapa?"

Ternyata gak pekaan orangnya.

Keisha tersenyum, "Soalnya aku suka sama Kak Rehan."

Rehan cukup terkejut mendengarnya, hingga reflek berkata, "Ha?" bersamaan dengan bel masuk yang berbunyi. "Lo serius?"

Wajah Keisha memerah. Mendadak rasa malu menyerangnya ketika melihat respon yang Rehan berikan.

Keisha jadi salah tingkah sendiri. Tangannya reflek mendorong tubuh Rehan, "Kak Rehan pulang gih, ntar ketauan guru ke sini gak pake seragam." katanya kelabakan. Keisha sudah terlanjur malu.

Rehan tertawa melihat respon yang Keisha berikan, "Gak usah salting gitu," Rehan terkekeh, "gue balik dulu, ya?"

Setelah Keisha mengangguk, Rehan segera memutar tubuh dan segera berlari menjauhi Keisha.

Sedang Keisha masih betah menatap punggung Rehan yang semakin menjauh.

Namun, sebelum berada di ujung koridor, Rehan memutar tubuhnya dan berteriak lantang, "Semangat belajarnya. Jangan males!" dan setelahnya benar-benar menghilang di ujung koridor sebelum sempat Keisha membalas ucapannya.

Keisha berteriak nyaring di tempat sembari melompat-lompat kegirangan. Hingga seorang guru yang Keisha tahu bernama Bu Yani, menarik telinganya sampai Keisha meringis keras.

[ e n d ]

HAHAHA.
Asli sih, ini ss tergajelas yang pernah aku buat:') amat sangat datar. heheh. Ya gitu. Efek gabut selama beberapa minggu ini. Jadi, lahir juga ss gajelas ini, yeay!

Ngomong-ngomong, aku cuma mau bilang makasihhhhh banyak buat yang udah bertahan baca cerita ini sampe bab terakhir. Terharu:')

Dan juga makasihhh banyak untuk @asyfiapm yang udah jadi moodbooster aku buat terus lanjut publish ss ini

Dah deh, gitu aja. Kalo kepanjangan takut makin nyeleneh:)

See you!

Love, Vanillopa

anonymous notes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang