*Di Pesawat*
"Sialan, Jean. Berbagi saja tidak mau" Kata Ruse.
"Tutup mulutmu" Jawab Jean.
"Hei, ketika mangsa tidak dimiliki oleh siapa pun. Itu berarti orang lain berhak memiliki mangsa itu" Kata Ruse.
"Aku tidak ingin menyakitinya" kata Jean.
"Tidak ingin menyakitinya? Jangan katakan kalau kau mencintainya" Tanya Ruse.
"Tidak"
"Kau tahu bagaimana jika "Lord" mengetahuinya?" tanya Ruse.
"Yang Mulia tidak mengetahui hal ini" kata Jean
"Aku akan memberitahunya" Kata Ruse.
"Sungguh? Apa dia akan mendengarkan mu? Sedangkan aku adalah Jendral kepercayaannya" kata Jean dengan tatapan sinis.
"Bagaimana jika Jendral kepercayaan nya melanggar peraturannya?" tanya Ruse dengan senyuman licik.
"Ah ya? Ada bukti?" tanya Jean
"Tentu saja" kata Ruse.
"Dasar keparat..." kata Jean sambil melayangkan tangan kanan nya ke arah Ruse.
"BRENGSEK!!"
Ruse dan Jean saling melepaskan tonjokkan ke wajah mereka.
"Hentikan!! Menyedihkan sekali melihat Jendral-Jendral ku ini bertengkar karena hal sepele" kata seorang pria melerai perkelahian mereka.
"Maaf tuan" kata Jean dan Ruse.
"Ruse, pergi dan lakukan pekerjaan mu" kata Pria itu.
Ruse memberi salam dan kemudian pergi meninggalkan Jean dengan pria itu.
"Ada apa Jean?" tanya Pria itu.
"Tuan Perdana Menteri, maaf kan aku, ada sedikit perkelahian diantara kami" kata Jean dengan sedikit menyesal.
"Aku sedikit mendengar percakapan kalian, apa kau mencintain gadis itu Jean?" tanya Perdana Menteri.
"Tidak tuan, aku tidak mencintainya" jawab Jean.
"Kau yakin?" tanya Perdana menteri sambil menaikan alis sebelahnya.
"Tuan, aku tidak mencintai nya. Tapi aku tidak memahami perasaanku ini" kata Jean.
"Kau tahu akibatnya Jean, jika mencintai Manusia?" tanya Perdana Menteri.
"Iya... Tentu saja" kata Jean.
"Gadis itu, akan dieksekusi atau pun dibuang untuk dijadikan mainan oleh orang lain, mendapatkan perlakuan yg lebih buruk tentunya" kata Perdana Menteri.
Jean hanya menundukkan kepalanya dan merenungkan kalimat itu.
"Dan kau, tentu saja dicap sebagai pengkhianat" lanjut Perdana Menteri.
"Aku tidak tahu mengapa, tidak dapat menyentuhnya" kata Jean.
"Atau ia akan disentuh orang lain? Secara bergilir? Ataupun dikoyak-koyak?" kata Perdana Menteri.
Jean terdiam, ia tidak dapat menjawab lagi.
"Beristirahatlah Jean, kau terlalu lelah. Sampai Jumpa lagi besok" kata Perdana Menteri sambil pergi.
.
.
.
.
.Jean kembali ke ruangan tempat Lili berada, ia melihat gadis itu sedang meringkuk.
"Lili"
"Jean? Ada apa?" tanya Lili.
"Kita sudah sampai, ayo, turun, kau dapat beristirahat dengan tenang nanti" kata Jean.
Lili bangkit mengikuti Jean. Namun Jean menghentikkan langkahnya.
"Aku lupa, pakai jubah ini" kata Jean sambil memakaikannya pada Lili.
"Mengapa?" tanya Lili.
"Agar kau tidak diincar oleh Orang lain, Aroma darah mu menyengat" kata Jean sambil memasang tudung jubah itu pada Lili.
.
.
.Lili dan Jean pun turun dari pesawat.
Mereka sampai ditempat tujuan mereka, Negeri Edelman."Inikah Negeri mu?" tanya Lili.
"Ya, selamat datang di Edelman" kata Jean.
"Indah sekali!! Tapi aku masih bisa bernapas?" tanya Lili
"Kita masih di Bumi, namun tempatnya tidak dapat dijangkau oleh Manusia" kata Jean.
"Oh ya? Bukankah kalian hidup di planet lain?" tanya Lili.
"Ya...., itu pemikiran beberapa orang saja tapi kami pun butuh bernapas. Jadi kami pindah tempat ini yg tidak mudah dijangkau oleh manusia. Memang tempat ini bagian dari Bumi namun lebih unik dari yg sering kau lihat" jelas Jean.
"Begitu ya..." kata Lili sambil melihat ke sekitar.
Mereka terus berjalan diantara kerumunan orang. Kaum Edelman sangat mirip dengan manusia, membuat Lili melupakan rasa takutnya.
"Jean kita akan pergi kemana?" tanya Lili yg berjalan dibelakang Jean.
"Ke pusat kota, kau masih dalam status tahanan dan aku harus melaporkan semua kejadian ke " Lord" " kata Jean.
"Lord?"
"Ya, dia tuan kami, tuan dari seluruh kaum Edelman. Ia juga yg membalas dendam terhadap manusia" kata Jean
"Hm..., baiklah" kata Lili.
Mereka berhenti didepan sebuah Istana,
Jean berbicara dengan penjaga gerbang. Ia menarik tangan Lili kemudian membawanya masuk."Jean?" tanya Lili. Jean masih menarik tangan Lili dengan kasar, Langkah kaki nya sangat cepat.
Jean membawa nya ke sebuah ruangan dibawah tanah, tempat itu adalah sebuah penjara dengan pemandangan yg mengerikan.
Begitu banyak sel-sel penjara yg terisi oleh wanita boneka sex. Suara desahan mengisi suasana di penjara itu.Penjara itu sangat dalam dan luas, Jean terus menarik tangan Lili melewati setiap lorong Penjara.
Lili yg mulai ketakutan berusaha menenangkan dirinya sambil menyamakan langkah kakinya dengan Jean.
"Ah ahhh Hhh-hentikan!" teriak desahan seorang wanita, Ia dikerumuni oleh banyak pria.
"Lakukan lebih keras!" kata salah satu pria itu.
Lili yg ketakutan dengan pemandangan ini pun berusaha menahan tangisannya.
"Ini lebih seperti, Club Malam, apa yg akan dilakukan Jean?" tanya Lili dalam batinnya.
Jean membawa nya ke salah satu sel penjara yg kosong dan terdalam dari suara keramaian yg menakutkan tadi.
"Diam disini" kata Jean.
Lili hanya mengangguk ketakutan.
"Jaga dia, jangan biarkan keluar dari sel ini, dan jika ada orang lain yg meminta nya keluar, jangan biarkan. Siapa pun itu" kata Jean kepada penjaga sel.
Penjaga sel itu hanya mengangguk dan mengucapkan hormat ke Jean yg pergi.
.
.
.
.
.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love [PRIVATE] Hiatus
Fantasía[PRIVATE! FOLLOW DULU BARU BACA!] [PRIVATE ACAK] ⚠[BEBERAPA PART MENGANDUNG UNSUR 18+]⚠ ⚠NO PLAGIAT⚠ [Fantasy&Romance] Tahun 20xx Perang Bencana Raya kembali terjadi lagi, diantara kaum Edelman dan Manusia... Sementara itu ditengah terjadinya perang...