"I can't"

91 5 0
                                    

***

"Justin aku tidak bisa tidur" ucapku yang membawa selimut

Ia mengaguk, menyuruhku duduk dengannya disofa. Dengan reflek, aku menjatuhkan kepalaku kepundaknya. Lalu, ia merangkulku. Sambil memejamkan mata, aku bisa mendengarkan detak jantung Justin yang semula normal terdengar lebih cepat. 

"Justin?"

"Hmm?"

"Aku rasa jantungmu sedang bernyanyi, maksudku jantungmu terdengar lebih cepat" ujarku yang masih memejamkan mata, "Bilang saja kau suka denganku. Dan kau tidak berani mengatakannya. Aku tidak suka menunggu"

"M-maksudmu?"

"Tidak ada maksudnya, Justin"

***

Paginya, aku bangun tanpa ada Justin disampingku. Awalnya aku tidak peduli, disaat aku ingin kembali tidur. Ponselku berbunyi, terlihat dilayar tertera nama "Justin". Akupun mengangkatnya.

"Ya?"

"Hey Megan, aku tau kau baru bangun. Aku sudah membuatkanmu sarapan. Maaf tidak bisa menemanimu, harus ada yang aku urus"

"Oh oke"

Aku menutupnya dan melanjutkan tidur.

Baru saja memejamkan mata, bel rumah berbunyi yang membuatku terbangun lagi. ugh

Aku membuka pintu dan melihat makhluk sempurna yang berada dihadapanku sekarang. Astaga, Cameron tidak tampak seperti biasanya. Dia terlihat lebih attractive disaat mengenakan kemeja kotak berwarna orange ditambah lagi dengan kacamata.

"Cameron?, ada apa?"

"Aku ingin mengajakmu jalan, maksudku berjalan kaki"

"Goshh, aku baru saja bangun. Mengapa kau tidak memberitauku"

"First, aku tidak mempunyai nomermu, kedua aku tidak mungkin kerumahmu disaat Justin berada disini"

"Oh ya, aku lupa. Kau bisa masuk. Aku akan mandi" ujarku. Cameron masuk lalu duduk.

40 menit kemudian aku keluar dari kamar. "Aku sudah siap"

Cameron yang melihatku dari atas sampai kebawah membuatku sangat risih. "Apa ada yang salah dengan pakaianku?"

"T-tidak tidak"

"Baiklah, mau tunggu apa lagi? Ayo"

Aku mengunci rumah lalu menaruhnya di tasku, kamipun mulai jalan.

"Dimana mobilmu?"

"Hmm, aku tidak punya. Tapi, aku sedang menabung untuk membelinya"

"Woah, seorang Cameron Dallas menabung untuk membeli mobil"

"Yaah itu benar Rose, apa terdengar gila?"

"Aku rasa tidak"

***

"Cam, sebaiknya kau pulang. Kau tidak perlu mengantarkanku sampai rumah"

"Ada yang salah?"

"Hmm, aku rasa Justin sudah datang, terima kasih untuk hari ini" ujarku sambil memeluknya,  ia tersenyum lalu berjalan menuju rumahnya.

Sambil merapatkan jaketku akupun mulai berjalan, lalu merogoh isi tasku untuk mengambil kunci

"Sudah berapa lama kau pergi" kata Justin yang membuatku berhenti mencari kunci rumah dan berputar kearahnya sebesar 180 derajat.

"Kau sudah berapa lama disini?"

"Sejak sore", jantungku terasa berhenti beberapa detik. Aku benar benar menyesal membuatnya menunggu berjam-jam

"Rumahmu dikunci, dan aku tidak bisa masuk. Jadi aku menunggu didalam mobil... sangat lama" lanjutnya.

"Hmm, maafkan aku", aku cepat cepat mencari kunci, dan membuka pintu. Justin masuk dengan tampang yang aku rasa dia sedang marah. Lalu, aku menuju kamar dan berganti pakaian.

Sesudah itu aku pergi kedapur untuk mengambil minum. Dengan rasa takut, aku melirik Justin yang sedang sibuk mengotak-atik ponselnya.

"Kau lupa memakan sarapanmu yang sudahku buat"

Astaga, aku lupa 

"Hmm, a-aku-"

"Kau benar benar menyukainya, maksudku lelaki yang memanggilmu Rose" Ia  menekankan kata R O S E

"Tidak"

"Kau pikir aku tidak melihat kalian berciuman di Cafe"

Dan ya, Cameron menciumku di Cafe. Aku tidak tahu dia akan melakukan itu, dia tiba tiba menciumku. Saat itu aku sangat ingin menamparnya, tak tahu apa. Seakan ada yang menahan tanganku untuk tidak melakukan itu.

"Kenapa kau diam? Tidak bisa menjawab atau mencari alasan?", lanjutnya

"Justin, kau harus percaya. Dia tiba tiba melakukan itu"

"Kau tidak bisa memukulnya atau mendorongnya jauh?"

"I can't!"

"Apa yang kau bisa?! Menyakiti lelaki yang tepat didepan matamu yang sudah jelas menyukaimu dari dulu?!"

Jantungku terasa tertusuk sangat dalam. Tidak mungkin Justin menyukaiku, apalagi  mencintaiku. Ia sibuk dengan dunianya sampai sampai, aku tidak pernah dihiraukan.

Aku meninggalkannya, lalu pergi ke kamar dan membaringkan tubuhku dikasur. Aku mencoba untuk menutup mata. Tetapi tidak bisa suara Justin masih bisa terdengar ditelingaku. 

Tidak, aku tidak mungkin menyukai Justin. Aku menyukai Cam, dan tentu saja. Cam menyukaiku.

ALWAYSHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin