"Wait what?"

36 2 0
                                    

Gaby mengejutkanku disaat pagi hari tepat pukul 02.00, ia menangis sangat kencang yang membuatku bangkit dan menuju kekamarnya.
"Hey, ada apa?"

Ia tetap menangis, dan volume suaranya semakin keras. Aku pun menggendongnya mengusap usap punggungnya, sampai dia tenang.
Aku membawanya kedapur untuk membuatkan susu.
"Tunggu disini" perintahku.
Aku membuatnya di gelas, setelah itu aku mengambil sedotan dan menaruhnya digelas.

"Kita tunggu sampai hangat", ia menganguk. Keringat Gaby berjatuhan, aku mengusapnya. Setelah menunggu, aku mengambil gelas itu dan mengasihnya kepada Gaby.

Aku melihat Justin keluar dari kamar, dengan rambut yang berantakan.

Masih sama seperti dulu

"Mom, mengapa dia disini?", aku mengangkat bahuku. Justin berjalan lalu duduk disamping Gaby. Lengkap sudah.

"Kau cantik" kata Justin sambil menatap Gaby. "Sama seperti mom-mu" lanjutnya lalu mengalihkan tatapan itu ke aku.

"Ya aku tahu, dad pasti jelek" ucap Gaby yang membuatku menahan ketawa. "Oh benarkah? Bagaimana denganku?"

"Aku tidak tahu, seperti apa wajah dad. Jadi aku tidak bisa bilang siapa yang jelek", disaat Gaby mengucapkan itu aku melihat Justin yang menundukkan wajahnya. Ia terlihat tidak sabar untuk memberitahu Gaby bahwa dia adalah ayahnya.

"Kau tahu? Aku dengan mom-mu mempunyai hubungan spesial?"

"Hey, Justin. Stop" aku menyuruhnya untuk berhenti membicarakan soal itu.

"Apa itu?" tanya Gaby yang polos itu. "Gaby, bagaimana kita tidur? Kau harus tidur. Susumu sudah habis bukan?", ia menganguk. Aku bergegas menggendong dan membawanya kekamar. "Mom, aku ingin kau tidur denganku" "Baiklah"

Aku menunggu Gaby sampai tertidur pulas, lalu aku kembali kekamarku. Aku melihat Justin yang sedang melihat foto-foto Gaby yang aku pajang dikamar.
Jelas aku sangat kesal dengannya, tidak seharusnya ia mengatakan seperti itu kepada Gaby, aku tidak menghiraukannya aku segera naik kekasur lalu menarik selimut.
"Aku tidak bermaksud seperti itu"

Aku membelakangi Justin yang sedang berbicara tepat didepan mukaku.
"Oh ayolah Megan, kau tidak boleh seperti itu. Bila aku ada keberanian, aku akan menciummu"

Bulu kuduku berdiri disaat Justin mengucapkan itu.
"Baiklah, aku tahu. Kau lelah. Aku akan tidur disofa" ucap Justin. Aku merasakan bibir Justin menempel dipipiku lalu turun keleherku sambil menghirupnya.

***

Paginya, aku melihat Justin yang sedang membuat sarapan dan Gaby yang sedang memakan sarapannya.

"Bangunmu telat, Gaby sudah lapar. Jadi aku membuatkannya bacon dan telor mata sapi"

Aku duduk didepan Gaby, ia terlihat lahap memakannya. "Ini untukmu", ucap Justin. Di ikuti dengannya duduk disebelahku. Kami makan bersama dimeja makan walau sedikit canggung.

"Mom, aku akan keluar dengan dia. Apakah boleh?"
Aku diam sejenak melirik kearah Justin.

Aku menggeleng, "Tessa akan kesini"
"Baiklah, mom aku harus memanggil dia siapa?"

"Justin", ucapku singkat. Lalu bangkit merapikan piring kotor lalu mencucinya.
"Kau masih marah denganku?" tanya Justin, yang mengambil minum dikulkas lalu berdiri disampingku.
"Tidak, aku hanya malas dengan sikapmu kepada Gaby"

"Oh ayolah, dia anakku"

"Oh ya? Dimana kau disaat aku melahirkan dia?"

"Bisakah kau tidak membahas itu?"

ALWAYSHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin