"I want you"

174 6 0
                                    

****
5 months ago 

"Kau mau pergi?", tanya Justin

"Ya, aku akan membeli sarapan di cafe yang sering kita kunjungi. Kau mau apa?"

"Apa saja"

Aku segera mengambil tasku dan menjinjingnya, jarak rumah dan cafe tidak terlalu jauh. Jadi, aku lebih memilih untuk berjalan kaki. Sudah 1 minggu ini, Justin tinggal dirumahku entah mengapa ia lebih memilih tinggal bersamaku dibanding tinggal dirumahnya sendiri. Bukan hanya itu akhir-akhir ini dia tampak diam, tidak memperdulikanku lagi. Bahkan mengabaikanku.

"2 burger cheese dan 2 cafe latte. Aku bawa pulang", ujarku kekasir. Setelah aku mendapatkan pesananku, aku kembali pulang. 

Aku melihat Justin yang sedang bersandar di sofa dan menerima telepon. Aku tidak tau, apa yang sedang dibicarakannya. Disaat aku melewatinya untuk menuju ke dapur. Ia menutup teleponnya dan menghampiriku.

"Aku hanya membeli itu, aku tidak tau apa yang kau suka"

"Tidak masalah"

Ia kembali ke sofa dan membawa makanannya, akupun mengikutinya dan duduk tepat disebelahnya.

"Aku ingin bicara denganmu"

"Bicara saja", ketusnya sambil melahap burger yang dia pegang. Dia terlihat seperti orang kelaparan. Jelas saja, kemarin malam aku tidak memasak apapun untuknya. Ia tetap melahapnya tanpa memperdulikanku, bahkan aku seperti makhluk ghaib yang berada disampingnya.

Aku lebih memilih menghabiskan burger ini daripada menanyakan apa yang terjadi dengannya. ugh! 

"Ada apa?" kata Justin sambil menatapku

"Kau tidak lihat aku sedang apa?"

"Ok ok", ia beranjak dari sofa lalu mengambil semua bungkusnya.

Setelah selesai, aku mendapatkan telepon dari dad. Tidak seperti biasanya ia meneleponku, terkadang ia hanya mengirimkan pesan, bahkan tidak mengirimkan pesan sama sekali.

"Ya, ada apa dad?"

"Kau dimana?"

"Dirumah"

"Oh baiklah, aku hanya ingin memastikan saja. Sampai Jumpa"

Aku dan dad tidak satu rumah, aku tinggal bersama Tessa. Hanya saja ia sedang pergi, dan meninggalkanku disini sendirian. Beberapa hari setelah itu Justin menemaniku disini, kami tidak ada hubungan sama sekali. Ia menginap disini karna tidak ingin kembali ketempatnya. Dan sampai sekarang aku tidak tau mengapa.

"Justin, apa yang kau lakukan?!", ia menarik lenganku dengan kasar. Membuatku tepat berada di depannya. Disaat aku memberontak ia mempererat genggamannya. 

"Lepaskan! Ada apa denganmu Justin?! Are you drunk?" Ia mendekatkan wajahnya ketelingaku, sampai sampai aku bisa merasakan nafasnya yang berat itu.

"I want you" bisiknya

"Lepaskan atau aku akan teriak"

"Kau memang gadis tak berguna, kau sama sekali tidak bisa memuaskan laki laki bukan?, sangat memalukan!" ia melepaskan cengkramannya dan mendorongku sampai jatuh.

"Kau benar benar gila Justin! Kau tidak seharusnya berbicara seperti itu, dan kau tidak seharusnya meminum minuman tidak jelas itu!" bentakku, aku beranjak bangkit lalu pergi ke kamar dan tidak lupa untuk menguncinya. 

Justin memang benar benar gila, ini sudah kedua kalinya. Dan aku yang selalu terkena imbasnya. Akupun melipat lengan bajuku untuk melihat seberapa parah lenganku saat ini. Dan aku sudah bisa merasakan cenat cenut. ugh! dasar sinting! 

*****

Terbangun dipagi hari itu hal yang paling menyebalkan, aku melihat jam weker yang terletak di meja.

masih jam 1 pagi, batinku

Aku duduk, dan merasa tenggorokanku sangat kering. Akupun bangkit, menuju dapur untuk mengambil segelas air.

Selesai itu, aku membuat sereal. Tak ada salahnyakan seorang wanita terbangun hanya karna lapar dan haus.

"Hey" ujar Justin dari belakang, seakan aku memutar kejadian gila itu yang terjadi beberapa jam yang lalu. Ia mengambil segelas air lalu duduk berhadapan denganku

"Jangan ganggu aku lagi" ketusku sambil melahap sereal

"Tidak, kau salah paham. Maafkan aku Meg, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya-" ia terdiam, aku tahu dia tidak akan bisa menjelaskannya

"Kau bilang hanya? Kau mabukkan? Sudah berapa kaliku bilang jangan pernah lakukan itu lagi. Kau masih belum mengerti? Atau kau tidak tau bahasa? Kau tau apa yang sudah kau perbuat denganku?"

"Aku minta maaf Meg, aku janji tidak akan melakukan itu lagi"

"Kau membuatku takut saat itu" ujarku sambil mengaduk aduk sereal

"Aku janji tidak akan membuatmu takut lagi" 

Aku berhenti mengaduk, dan mulai menatapnya. Dari apa yang dia bilang memang terlihat seperti sungguhan.

"Akanku pegang janjimu"

TO BE CONTINUED

++10 votes for the next chapter

ALWAYSHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin