That Rigret..
Happy Reading..^^
Sorry For Typo..
-----------------------------------
Seorang anak umur enam tahun dengan surai hitam pekatnya, tengah menatap sedih teman-teman seumurannya yang sedang main bola dibawah air hujan, dari balik kaca kamarnya."Huh...Aku ingin ikut main..."
Cklek..
"Taetae.." Panggil Kim kang woo, appa Taehyung.
"Appa.." Jawab Taehyung, Kang woo mengangkat tubuh mungil Taehyung dan mendudukannya dipaha nya.
"Taetae sedang apa hem..?" Tanya Kang woo sambil mengusap rambut Taehyung yang sedang mamainkan kancing bajunya.
"Taetae ingin main dengan teman-teman, appa.." Lirih Taehyung.
"Tae tau kan alasannya, kenapa appa eomma dan hyungdeul..melarang Tae barmain seperti itu?" Taehyung mengangguk.
"Nde appa Tae tau, tapi apa bisa duatu saat nanti Tae bisa bermain seperti itu..?"
"Tentu bisa sayang, suatu saat nanti Tae pasti bisa bermain bola dibawah air hujan seperti itu," Taehyung tersenyum senang, mendengarnya.
"Woah..Taetae tidak sabar menunggu waktu itu appa.." Kang woo tersenyum, lebih tepatnya tersenyum sendu mendengar ucapan anaknya.
"Maaf kan appa Taetae, appa belum bisa menjadi appa yang baik untuk Taetae.." Batin Kang woo, kemudian mengecup lembut surai Taehyung.
"Taetae.." Panggil seorang anak lainnya dari arah pintu.
"Chim hyung..?"
"Taetae ayo kita main, Bakie hyung dan juga Kookie sudah menunggu.." Taehyung tidak langsung menjawab, ia mendongakan kepalanya untuk melihat kearah sang appa.
"Bolehkan appa?" Tanya Taehyung pelang, Takut sang ayah tidak menyetujui.
"Tentu boleh sayang, asal jangan kecapean, Chim-chim jaga dongsaeng mu nde.."
"Siap Kapten, Kajja Tae.." Jimin menggandeng Tangan Taehyung dan berjalan beriringan menuju ruang khusus untuk bermain, meninggal kan Kang woo yang masih berdiam dikamar Taehyung.
"Appa.." Lirih Taehyung yang sekarang sudah beranjak remaja rambutnya masih sama hitam pekat, cuman yang beda hanya wajahnya yang terlihat semakin tampan.
"Appa wae, kenapa appa meninggalkan Tae? Tae takut appa..Mereka semua jahat, selalu memgatai Tae pembunuh dan anak sial..Apa yang harus Tae lakukan appa, Tae lelah, Tae ingin ikut dengan appa..hiks..hiks.."Ucap Taehyung didepan makan sang appa? ya, tuan Kim telah meninggal dunia bertepatan dengan ulang tahun Taehyung, yang ke sepuluh.
"Tujuh tahun sudah appa pergi, tapi mereka hiks..tetap saja menuduh Tae sebagai pembunuh appa..hiks..hiks.. Appa Tae kan bukan Tae yang membunuh appa?" Tahyung menarik nafasnya saat nafasnya mulai terasa sesek. Entah karna terlalu lama menangis atau karna hal lain.?
Taehyung melihat jam tangannya yang sudah menunjukan pukul 17.00 kst.
"Appa Taetae pulang dulu nde, Tae harus beber-beres rumah dan memasak untuk hyunhdeul, eomma, dan Kookie. Nanti Tae kesini lagi, annyeong.."
Taehyung meninggalkan makan tuan kim berjalan menuju halte bus, menaiki bus itu dan pulang ke rumahnya. Sesampainya dirumah, Taehyung berjalan masuk kedalam dengan tanggan yang memuku-mukul dadanha karna rasa sesak didadanya semakin terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Regret
FanfictionDon't forget to vote, comment and follow if you like.!! 'Pembunuh, anak sial' Kenapa kalimat itu selalu melekat pada diriku..? kaka dan adikku, bahkan ibu ku sendiri ikut mengataiku. Aku bukan pembunuh, kutegaskan sekali lagi, AKU BUKAN PEMBUNUH...