"Lunaa..."
Teriakan dari beberapa siswa membuat orang orang yang sibuk bertengkar tadi beralih menatap Luna, gadis itu kembali pingsan. Dengan cepat Gisel menghamiri Luna dan menepuk pipinya pelan namun tidak ada respon apapun darinya, Denand yang berada di belakang Gisel berjalan menghampiri mereka kemudian menggendong Luna menuju UKS diikuti Gisel di belakangnya.
Sebelum benar benar berlalu Gisel menyempatkan dirinya untuk berhenti di depan Erlin. "Kalau kenapa napa, awas lo!" ucapnya memperingatkan.
Denand meletakan Luna di salah satu kasur yang ada di UKS kemudian duduk disebelah tempat tidur Luna. Kali ini ia tak ingin meninggalkan Luna sendirian. Ada banyak pertanyaan yang sempat mengganggu pikirannya setelah beberapa kali bertemu Luna secara langsung, yang membuat rasa penasaran di dalam dirinya keluar.
Selang beberapa menit Gisel akhirnya datang dengan wajah yang tidak ramah sama sekali, sesekali ia masih saja memaki Erlin yang tidak ada dihadapannya.
"Mending lo diem deh! Lo bisa ganggu dia" kata Denand memperingatkan Gisel sambil menunjuk kearah Luna.
"Diem lo! Gue masih kesel tau nggak"
"Tapi lo berisik!"
"Lo kenapa sih? Luna aja nggak protes kok!"
"Dia mana bisa protes, orangnya aja pingsan!"
"Makanya itu. Btw makasih udah nolongin sahabat gue"
"Hm" jawaban singkat dari Denand membuat UKS kembali hening, Gisel sudah berpindah tempat duduk di samping Luna sedangkan Denand masih setia di tempatnya.
Beberapa menit berlalu namun belum ada tanda tanda Luna akan sadar dari pingsannya membuat Denand jadi merasa khawatir dan berfikir yang tidak tidak. Sebelumnya bahkan dirinya tak pernah mau peduli dengan gadis manapun kecuali orang terdekatnya, tapi dengan Luna?
Denand beralih menatap wajah teduh Luna yang sedang tak sadarkan diri, jujur Luna adalah gadis yang cantik, tidak terlalu putih, meiliki senyum yang manis dan bahkan baik hati tapi kenapa dia bisa seperti ini?
Tak mau banyak menebak, Denand memilih angkat bicara dan bertanya pada Gisel tentang keadaan Luna.
"Ehm" deheman dari Denand membuat Gisel yang sedang membaca koran beralih menatapnya. "Apa!"
"Gue boleh tanya nggak?"
"Paan?"
"Sahabat lo ini sebenernya kenapa?"
"Kenapa apanya? Lo gak liat dia pingsan?"
"Cih, bukan itu maksud gue! Kenapa kelakuannya kaya gitu?"
"Gitu gimana?"
"Lo! Aish lo peringkat berapa sih dikelas? Goblok banget"
"Lo berani ngatain gue?! Gue hajar jug.."
"Lo berani! Sini maju!"
Tantangan dari Denand membuat Gisel berfikir dua kali, Gisel memang jago bela diri tapi dibandingkan dengan Denand dia tidak ada apa apanya apalagi Denand itu laki laki.
"Gak jadi!"
"Dasar, cepet jawab!"
"Jawab apa sih?"
"Dasar lola! Pertanyaan gue?"
"Oh"
Gisel terdiam kemudian mulai bercerita tentang keadaan Luna, kenapa Luna bisa ketakutan dan berakhir dengan pingsan.
Dia juga menceritakan tentang Erlin dan Fano, laki laki yang ia pukul tempo hari.Denand hanya terus mendengarkan cerita sahabat Luna itu sampai selesai, dia masih melihat Luna yang setia memejamkan matanya hingga perlahan mata itu terbuka seiring dengan selesainya cerita dari Gisel.
"Lo udah sadar" tanya Denand, laki laki itu membantu Luna untuk duduk.
"Akhirnya lo sadar Lun, gue khawatir sama lo tauk"
Gadis itu tersenyum kemudian berbicara.
"Aku nggak papa Gis, tadi siapa yang bawa aku kesini?" pertanyaan Luna dibalas dengan tatapan mata menuju ke arah tempat di samping Luna membuat Luna menoleh.
Luna terkejut saat melihat wajah tampan Denand berada di sampingnya, ia baru sadar jika Denand berada di sana, dan lagi laki laki itu yang kembali menolongnya.
"Trimakasih karena kamu nolongin aku lagi," ucapnya lirih di akhir kalimat.
Perlahan ia kembali menunduk tak ingin melihat Denand, dia takut Denand akan marah padanya.
"Oke" jawab Denand seadanya kemudian mengangkat dagu Luna dan mengarahkannya kesamping agar ia bisa melihatnya "Lo jangan nunduk lagi kalau sama gue, dan gue minta maaf udah bentak lo tadi." katanya sambil tersenyum membuat Luna mengangguk.
Gisel yang ada disana hanya bisa melongo dengan adegan yang ia lihat, seorang Denand bisa lembut juga?
"Ekhm"
Deheman disampingnya membuat Luna sadar bahwa ada Gisel disampingnya, entah kenapa dia bisa lupa keberadaan sahabatnya itu, padahal hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya.
Tak lama Denand kembali bersuara "Gue balik ke kelas, kalau penting bisa telfon" katanya kemudian berjalan keluar dari UKS.
Luna yang terus memandangi kepergian Denand tidak merasa bahwa sedari tadi sahabatnya itu memperhatikan dirinya, dia bahkan tidak sadar ketika ia tersenyum. Dari sini Gisel mulai paham, pasti ada rasa nyaman di diri Luna ketika bersama Denand meskipun baru sedikit, tapi ia akan merubahnya menjadi besar dan kali ini pasti berhasil. Dia tahu bahwa yang pergi akan dilupakan seiring datangnya orang yang baru.
"Gis..Gis! Gisel ihh" ucap Luna pelan sambil menggoyangkan lengan sahabatnya membuat Gisel terperanjat.
"Hah? Eh.. apa Lun? Lo kenapa?"
"Hh, harusnya aku yang nanya kaya gitu ke kamu, kamu kenapa ngelamun?"
"Oo..oh. Enggak tadi mikir utang, iya utang kantin waktu gue tinggal"
"Aku kira apaan Gis, yaudah mending kita ke kelas lagi, aku udah baikkan kok" kata Luna kemudian berdiri, mereka berjalan beriringan menuju kelas mereka.
"Lo hutang 1 cerita ke gue!" ucap Gisel secara tiba tiba.
Makasih lagi yang udah baca 😅😅
KAMU SEDANG MEMBACA
DENAND
Teen FictionAwalnya ada keraguan pada hati ini untuk kembali mencintai. Aku sadar bahwa ini dunia nyata yang tidak mungkin selalu berakhir bahagia. Tidak juga melulu tentang hidup kita. Namun kehadirannya membuat aku percaya jika akhir bahagia itu juga ada di k...