Denand kini duduk di kamarnya yang berada di lantai dua, waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam namun Denand masih terjaga di atas tempat tidur sambil memainkan handphone miliknya.
Beberapa detik kemudian terdengar bunyi nyaring dari benda mati yang sedang ia pegang menampilkan nama seseorang. Melihat nama yang tertera di layar handphone itu, lantas dirinya bergerak turun dari atas kasur kemudian berjalan ke arah balkon untuk menjawab panggilan masuk tersebut.
"Hallo"
"........."
"Ada apa?"
"........"
"Luna?"
"........"
"Ada"
"........."
"Gue terima yang waktu itu,"
"........."
"Nggak ada alasan khusus, ya karena gue mau"
"........"
"Ya"
Setelah ucapan terakhir dari Denand, penelfon itu langsung mematikan sambungan mereka. Denand diam, matanya mengarah ke langit tanpa bintang pada malam ini. Dia menghela nafas pelan, semoga keputusan yang ia ambil kali ini sudah benar.
--------
"Pagi Bund, pagi Bang"
"Pagi sayang, cepet duduk dan makan sarapan kamu, nanti telat" balas Bundanya, sedangkan Kenzo hanya menjawab dengan anggukan kepala.
Baru beberapa menit Denand duduk, Kenzo sudah berpamitan untuk berangkat ke sekolah duluan meninggalkan Denand dan Bundanya.
"Kebiasaan buruk tuh bund,"
"Denand, apa maksud kamu?" tanya bundanya heran.
"Adeknya ditinggal tinggal!" ia kemudian mendengus.
Bundanya hanya tersenyum "Lagian kamu kaya nggak kenal sama abangmu, dia kan dari dulu begitu"
"Ya ya, udah deh bund, Denand mau berangkat dulu. Assalamualaikum" pamitnya kemudian mencium tangan sang Bunda.
"Iya. Waalaikumsallam, hati hati ya."
Denand berjalan menuju kelas setelah memarkirkan motor miliknya. Hari ini gue bakal mulai semuanya.
Ditengah perjalanan dia melihat Luna berjalan di depannya dengan beberapa buku kecil ditangannya.
"Hei"
Bruk
Buku yang berada di tangan Luna jatuh ke lantai, dia terkejut saat mendengar suara sapaan di belakangnya sehingga membuat semua bukunya jatuh.
"Sorry, gue nggak bermaksud ngagetin lo,"
"Iya nggak apa apa,"
Luna kemudian berjongkok untuk membereskan buku buku miliknya dibantu oleh Denand.
"Makasih" ucap Luna kenudian kembali berjalan dengan masih menunduk.
Denand berlari menyusul Luna dan berjalan disamping gadis tersebut.
"Kenapa gue ditinggal?" pertanyaan dari Denand membuatnya menoleh sebentar dan kembali menunduk.
"Maaf, aku mau ke kelas,"
"Tapi kan bisa bareng" perkataan dari Denand tersebut membuat Luna berfikir sejenak kemudian mengangguk. Toh kelas mereka satu arah.
Keadaan kembali hening.
"Mulai hari ini gue bakal jadi temen lo," ucap laki laki itu berusaha memecah keheningan yang ada di antara mereka.
"Te..temenan?" tanyanya ragu.
"Iya. Kenapa? Nggak boleh?" herannya
"Boleh kok"
"Oke, jadi mulai sekarang lo temen gue."
Denand meraih tangan Luna dan menjabatnya, langkah pertamanya berhasil.
"Lo udah sehat kan?"
Pertanyaan dari laki laki disampingnya itu membuat Luna berfikir sejenak, kenapa ia menanyakan itu? Ah, iya. Mungkin karena dia pingsan beberapa hari kemarin.
"Udah, sekali lagi makasih ya karena udah nolongin aku."
"Nggak masalah," setelah itu keadaan kembali hening.
Mereka terus berjalan hingga akhirnya Luna sampai di kelas duluan, karena kelas Denand berada lebih jauh darinya.
------
"Nand, gue pinjem PR gercep." pinta Reno yang tiba tiba sudah berdiri di sampingnya, saat ia baru saja mendudukan bokongnya di kursi.
"Eh badak, lo dirumah ngapain sih sebenernya!" katanya ketus, namun masih memberikan buku miliknya.
"Halah, ini juga buat Angga bukan gue doang kalee."
Ucapan sahabatnya itu membuat Denand menjadi pusing seketika, dimana dirinya menemukan orang orang itu dulu? Kelakuan banyak minusnya begitu.
-------
"Kantin yok" kata Revon penuh semangat pada teman temannya, soal makanan memang dia yang nomor satu.
"Oke" jawaban serentak antara Angga dan Reno, namun tidak dengan Denand.
"Kalian duluan aja, gue masih ada perlu sebentar" ucapnya kemudian pergi keluar kelas, membuat ketiga temannya melangkah ke kantin terlebih dahulu.
Langkah kaki Denand membawa tubuhnya menuju ke kelas Luna, saat melihat masih ada guru di dalam, ia berdiri di samping pintu menunggu Luna keluar kelas.
Tak berapa lama guru itu keluar diikuti beberapa siswa dibelakangnya, namun gadis yang ia tunggu tak kunjung keluar.
"Eh, tolong panggilin Luna" ucapnya pada siswi yang akan masuk ke kelas, yang dibalas sebuah anggukan. Luna yang melihat Denand di kelasnya bingung, kenapa laki laki itu ada di sini.
"Kamu nyari aku?"
Pertanyaan Luna menyadarkan Denand dari lamunannya, ia kemudian mengangguk.
"Ada apa?"
"Gue mau ngajak lo ke kantin bareng" ajaknya.
"Tapi aku engga ke kantin"
"Kenapa?" tanya Denadn heran.
"Karena aku udah bawa bekal dari rumah"
"Yaudah, bawa bekal lo dan temani gue makan di kantin,"
"Enggak," jawabnya cepat
"Kenapa? Anggap aja ini lo lakuin demi temen lo, kan lo bilang gue boleh jadi temen lo."
"Kalau nggak mau, gue nggak makan dan tetep disini" lanjutnya
Luna menunduk, dirinya tidak bisa pergi ke kantin. Tapi dia juga tidak boleh egois membiarkan Denand disini terus, dia butuh makanan.
"Iya sebentar aku ambil bekal." ucapnya kemudian masuk ke dalam dan kembali lagi, mereka berdua lalu berjalan menuju kantin.
Luna berjalan dengan menunduk, ia mulai takut bila terjadi sesuatu di sana nanti. Tiba tiba Denand mengarahkan wajah Luna agar menatap dirinya.
"Gue udah bilang, jangan nunduk kalau lagi sama gue dan lo nggak usah takut" ucapnya menatap Luna.
♥♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
DENAND
Teen FictionAwalnya ada keraguan pada hati ini untuk kembali mencintai. Aku sadar bahwa ini dunia nyata yang tidak mungkin selalu berakhir bahagia. Tidak juga melulu tentang hidup kita. Namun kehadirannya membuat aku percaya jika akhir bahagia itu juga ada di k...