Chapter One

373 57 52
                                    


"Apa?! Ayah... " Perempuan bersurai pirang gelap itu merengek dengan menghentakkan kaki di lantai.

Hal itu membuat pria paruh baya dihadapannya menghela napas.
"Kau bertanya keputusanku, kan? Inilah keputusanku sayang," ucapnya yang masih bersabar.

Perempuan itu semakin merengek, kakinya juga masih ia hentakkan di lantai.
"Tapi aku tidak terima keputusanmu yah. Ini tidak adil!" bantah perempuan cantik itu.

"Ini adil sayang, ini yang terbaik untukmu," kata pria itu lagi meyakinkan putrinya yang sedang merajuk.

"Oh ayolah! Cukup buatkan butik untukku, tidak perlu belajar dari Paman Jo lagi. Aku sudah cukup belajar yah," Perempuan itu masih berusaha meyakinkan ayahnya.

Namun, pria itu menggelengkan kepalanya tanda tak setuju dan tetap pada pendiriannya. "Kau harus belajar dari orang berpengalaman, darling. Kau harus mematangkan diri, baru kau bisa menjalankan bisnismu." jelasnya.

"Tapi--

"Iya atau tidak sama sekali?" tanya ayahnya dengan tegas.

Bahu perempuan itu turun lemas, ia menghembuskan napasnya kesal. Kali ini ayahnya tidak bisa dibantah lagi.
"Oke,"

Perempuan itu berucap sembari pergi dari hadapan ayahnya, ia naik menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Sedangkan pria paruh baya itu menatap kepergian putrinya sambil menghela napas. Kemudian ia mengeluarkan ponsel dari saku celananya. Ia pun menelepon seseorang.

"Jo, Vannesa sudah menyetujuinya. Tolong ajari dia,"

"Wow... Kau berhasil membujuknya! Percaya padaku, aku ini desainer berpengalaman," kata pria diseberang sana.

"Baiklah. Terima kasih Jo,"

"Kau seperti orang asing saja, pad––

Tut.

Pria itu tersenyum sembari menutup panggilannya secara sepihak.

•••

"Elya!" teriak Vannesa begitu memasuki cafe tempat sahabatnya berada.

Elya, sahabatnya hanya memutar bola matanya malas karena Vannesa yang langsung berteriak begitu memasuki cafe. Tanpa menggubris Vannesa, ia melanjutkan meminum kopinya.

"Elya!" panggil Vannesa kembali begitu menangkap sosok sahabatnya yang sedang duduk di pojok cafe dan segera menghampirinya.

"Kau sudah memanggilku dua kali sayang," jawab Elya malas.

Vannesa duduk dihadapan Elya dengan mendaratkan pantatnya keras. "El, aku sedang kesal pada ayahku!" ujar Vannesa pada Elya.

Elya berdecak. "Ckck... Memangnya ada apa, Van?" Ia memilih menanggapi Vannesa walau sebenarnya ia malas.

Tanpa diduga, Vannesa menggebrak meja dihadapannya. Sontak hal itu membuat seluruh pengunjung menatap mereka. Elya segera tersenyum kepada semua pengunjung seolah mengatakan bahwa tidak ada apa-apa.

Elya kembali menatap sahabatnya. "Van! Jangan membuatku malu, cepat katakan ada apa!" ucap Elya tegas.

Vannesa malah menelungkupkan kepalanya di meja, hal itu semakin membuat Elya geram dengan sikap sahabatnya yang bertele-tele ini.

"Ayahku tidak mau membuatkanku butik," kata Vannesa pelan namun masih bisa didengar Elya.

Mendengar itu, Elya hanya bisa menganggukkan kepalanya. "Bukan tidak mau Van, ia ingin kau belajar lagi dengan orang yang lebih berpengalaman," ucap Elya.

Just Sunflower [Zayn Malik] - (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang