Matahari mulai menyingsing. Menunjukkan eksistensinya melalui celah-celah jendela apartemen itu. Hangat, sempurna untuk suasana di musim semi.
Tampak seorang pria tengah bersiap dengan setelan jasnya, membalut sempurna tubuh tegap dan proposionalnya. Tangannya bergerak mengambil jam tangannya yang berada di laci wardrobe. Memasangnya dengan gerakan anggun yang mampu memikat setiap wanita.
Usai dengan urusan pribadinya, ia bergegas turun untuk pergi ke kantornya.
Dilihatnya seorang perempuan manis sedang asyik menonton tv di single sofa miliknya. Dengan kaos sederhana dipadukan celana sepaha, gadis itu terus menonton serial kartun favoritnya. Tak lupa, tangannya sibuk mengantarkan doritos ke mulutnya.
"Kau tak kuliah?" tanyanya pada gadis itu.
Tanpa mengalihkan pandangannya, gadis itu menjawab, "Hmm? Aku kuliah siang," jawabnya santai.
Pria itu bergerak menuju meja makan di dekat pantry. Tampak selai cokelat dan beberapa lembar roti sudah ditata rapi oleh Mary, pembantu satu-satunya yang masih ia izinkan bekerja di apartemennya.
Ia pun duduk dan mengoleskan selai cokelat pada roti tawar kesukaannya. Apartemennya pagi itu suasananya tenang, hanya suara dari televisi sebagai backsound.
Hingga, selentingan suara berita entertainment mengalihkan perhatiannya.
"Kak Elliot, lihat! Kak Alice rilis album baru!" pekik Freya spontan ketika ia mengganti saluran televisinya.
Elliot masih memberikan atensinya pada berita itu. Nampak seorang perempuan anggun sedang diwawancarai mengenai perilisan album barunya. Suara perempuan itu sudah akrab di telinganya. Elliot akui, suaranya sangat lembut walau hanya sekadar berbicara.
"Kakak harus menelepon Mama!" pekik Freya kembali.
Elliot menautkan kedua alisnya tak mengerti.
"Untuk apa?" tanyanya sembari memasukkan lipatan roti tawar selai cokelat buatannya.
Freya yang nampak antusias, tiba-tiba mengubah raut mukanya saat menoleh menatap kakaknya yang santai memakan sarapannya.
"Siapa tahu Mama belum mendengar kabar ini. Hah, dariapada menyuruh Kakak, lebih baik kutelepon sendiri nanti!" ungkapnya kesal.
Elliot mengangguk kecil, "Sudah tahu begitu kenapa menyuruhku," celetuknya dengan tangan yang mulai menuangkan susu ke kerongkongannya.
Freya memekik kesal dengan ketidakantusiasan kakaknya, "Benar-benar menyebalkan! Kita bisa menggunakan kesempatan ini untuk bertemu Paman Zayn!" ungkapnya dengan kesal.
"Apa hubungannya?" jawab Elliot tak mengerti dengan maksud pembicaraan Freya.
Gadis itu menghela napas, mengganti arah duduknya menghadap Elliot.
"Jadi begini, Freya memberitahu Mama, dan pasti nanti Mama akan sangat antusias mendengar hal ini. Dan nanti Freya tebak Mama akan merencanakan mengunjungi Kak Alice. Karena lama juga keluarga kita tidak bertemu dengan keluarga Paman Zayn. Ini bisa disebut sebagai reuni," jelas Freya dengan antusias.
Elliot nampak menimbang-nimbang penjelasan Freya. Setelah dipikr-pikirnya, ada benarnya juga. Mungkin sudah satu tahun keluarganya tidak bertemu keluarga Zayn. Selain karena jarak, urusan kerja juga menjadi hambatannya.
Selain itu, Elliot sudah lama tidak bertemu Alice, putri Zayn yang dulu sering menjadi sasaran kejahilannya.
"Nanti kita bicarakan dengan Papa. Sekarang, Kakak berangkat dulu ke Kantor. Jaga diri!" ucap Elliot setelah menjinjing tas kerjanya dan berjalan keluar.
"Kak!" panggil Freya yang menghentikannya.
Elliot menoleh sembari menautkan alisnya untuk bertanya ada apa.
Freya berdeham sebelum bicara, ia tampak ragu.
"Kakak tidak senang? Kakak benci Kak Alice? Aku tahu, sedari tadi Kakak tidak antusias, bahkan terkesan tidak peduli. Kenapa, Kak? Karena kasus itu?"
Pertanyaan beruntut dari Freya membangkitkan suatu emosi yang tidak diketahui Elliot. Laki-laki itu hanya bungkam karena tidak ada sangkalan apapun yang ada di pikirannya.
Benci? Elliot yakin dia tidak membenci Alice. Tidak suka? Elliot menimbangnya kembali.
Mungkin benar, Elliot mulai tak suka pada Alice karena kasus itu.
•••
Comeback!
New Story?
Elliot sama Freya kira-kira anaknya siapa ya??
Akiohiko
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Sunflower [Zayn Malik] - (Complete)
Fanfiction"Apa aku juga harus mengalah kali ini?" ucap Vannesa lirih menandakan betapa sakitnya hati perempuan itu. 1000-2000 words