"selamat datang tuan muda" sambut seorang pelayan paruh baya tepat ketika si pemilik istana megah itu tiba.
Rambut sebahunya telah memutih namun senyumnya masih tampak percaya diri. Tubuhnya bahkan masih berdiri tegap di atas sepatu hak tahu, kemeja putih dan rok hitam selutut.
"oooh mam" pria yang sedari tadi menyeret kopernya sendiri memeluk erat wanita paruh baya yang menyambutnya itu.
Wanita itu terkekeh dalam pelukan manja pria bertubuh atletis itu.
"kau semakin tinggi sekarang" ucap wanita itu sambil menepuk punggung yang padat akan otot itu.
"ayolah mam. Sepuluh tahun berlalu. Apa hanya tulang belakang dan kaki ku yang memanjang yang membuat terpesona?" rayu pria itu sambil menggenggam erat kedua bahu wanita dihadapannya.
"kau mencoba menggodaku? Maafkan aku mengecewakanmu, tapi aku sudah menikah sejak sepuluh tahun yang lalu" wanita itu, Nanny, membalas rayuan pria itu.
"aku tahu. Dan kau juga pasti tahu karena pernikahan itu lah aku merasa di duakan dan akhirnya melarikan diri ke ausie"
Sesaat kemudian keduanya tertawa karena geli.
"mari kita sudahi rayuan konyol ini" pinta Nanny sambil mengusap matanya yang basah karena tertawa, "mandilah, akan kusiapkan makan malam untukmu" lanjutnya
"it's okay. Aku sudah ada janji dengan sahabatku malam ini. Kau tau rendy akan membunuhku jika aku tidak datang kali ini"
"oh iya. Resepsinya hari ini ya" Nanny menepuk jidatnya saat teringat undangan penting yang tidak dapat dilewatkan pria dihadapannya itu.
"apa budaya resepsi pernikahan di Indonesia sudah berkembang pesat hingga dirayakan di sebuah club?" Aldy mengangkat ujung alis kirinya.
"tentu saja tidak. Kebetulan saja sahabatmu rendy itu sudah gila" cengir Nanny.
Aldy tertawa, "baiklah. Aku akan istirahat sejenak. Semoga ibu asuh kesayanganku ini sudah menyiapkan ranjang yang hangat untuk tuan muda yang tampan ini"
Nanny mencibir mendengar ocehan Aldy, "apa pun untuk anda yang mulia" sahut Nanny sambil membungkukkan bahu dan mengangkat rok nya beberapa senti ala ala pelayan kerajaan.
Lagi-lagi Aldy tertawa melihat tingkah Nanny.
"Naiklah" potong lembut Nanny disela tawa Aldy
"Yes Mam!" sahut Aldy penuh semangat ala militer. Kemudian keduanya berjalan ke arah yang berbeda. Aldy menaiki tangga menuju kamarnya di lantai 2, sedangkan Nanny ke arah taman.
Mata Aldy menjelajah seisi kamarnya yang masih tampak sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Dari senyum yang terulas di bibirnya, jelas Ia merindukan pemandangan itu.
Ia menghempas lembut tulang belakangnya ke ranjang empuk itu dengan selimut coklat tua yang menutupi seluruh permukaannya.
Ia menarik nafasnya teratur. Merasakan kehangatan dari sinar matahari yang menyeruak masuk dari jendela besar dihadapannya perlahan menjalar ke tubuh serta aroma lembut dari parfum ruangan yang tidak pernah berubah seingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble With First Love
RomanceFirst love never forgotten First love never ending It's true Find out in this story