Jika ini mimpi, aku tidak ingin terbangun lagi
Pinta Miran dalam hati, sesaat setelah kaget dengan serangan lembut Aldy di bibir mungilnya.
Miran menutup rapat kedua matanya. Mulutnya mulai terbuka memberi isyarat pada Aldy bahwa Ia tidak keberatan dengan kegiatan romantis ini.
Sayangnya, Aldy tidak merasa demikian.
Perlahan Ia membuka kedua matanya, menatap barisan bulu mata wanita cantik itu. Kemudian menarik lembut bibirnya. Disaat yang sama.....
Miran bergetar.
Ia semakin tak mampu mengangkat kedua kelopak matanya.
Aldy mengusap lembut pipi merona Miran. Membuat Miran sadar bahwa ini terlalu nyata untuk disebut mimpi.
Miran membuka matanya. Pria itu, cinta pertamanya, berdiri di hadapannya setelah mendaratkan ciuman pertama dibibir mungilnya.
Lagi lagi. Miran tersenyum manis tanpa sadar. Seolah Ia seorang balita yang baru saja mendapatkan permen setelah merengek mendambakannya.
Sebaliknya Aldy masih menatap tajam pria yang tergeletak di sana. Jika saja saat ini Miran tidak sedang meremas erat kemejanya, mungkin Ia sudah meremukkan tangan pria yang lancang itu.
Pria itu tak mampu mengangkat kepalanya. Entah sekeras apa Aldy menghentamnya, yang jelas dua sosok pria di sisi lain justru semeringah.
Aldy menarik kasar lengan Miran, membawanya keluar dari kerumunan orang-orang tak berakal itu pikirnya.
***
"Al.. "
Miran merintih kesakitan. Tangannya kelu menahan sakit karena genggaman Aldy yg mungkin saja mematahkan pergelangan tangannya.Sementara Aldy sedikitpun tak menggubris keluhan Miran yang terus mengaduh kesakitan. Aldy melangkah laju menuju lantai VIP dimana mereka sebelumnya berada. Matanya memerah mewakili amarah yang memanas dalam hatinya.
"Aldy.. Kumohon.. "
Miran terisak pelan.Langkah Aldy terhenti.
Perlahan Aldy membalikkan punggungnya.
Tatapan pertamanya menuju pada air mata yang telah membekas di pipi Miran.
Genggamannya spontan melemah. Menampakkan sebuah lengan yang memerah membentuk lekukan jari pria yang kasar.
Miran menarik pelan lengannya daei genggaman Aldy. Ia masih terisak dalam nafasnya yang terdengar parau karena kewalahan menyamakan langkah dengan pria berkaki panjang itu.
"kau.. " lidah Aldy ragu-ragu menanyakan keadaan Miran. Sebaliknya Ia ingin menegaskan pikirannya, apa yang telah aku lakukan pada gadis itu.
"apa yang kau lakukan?" tanpa ragu Miran menanyakan hal yang juga ingin Aldy ketahui jawabannya. Ia masih memilin lembut pergelangan tangannya sendiri.
Aldy menatap bingung pada mata Miran yang sendu. Entah apa yang harus Ia katakan ketika Ia sendiri menanyakan hal yang sama dalam dirinya.
"aku... Hanya ingin melindungimu.." jawab Aldy ragu. Sepertinya hanya itu yang pantas untuk Ia katakan saat ini.
"jika demikian, aku berterima kasih" sahut Miran, namun ucapan itu tidak terdengar tulus. "aku bisa mengatasinya sendiri jika saja kau tidak menyakiti tanganku seperti ini"
"Ma.. "
"MIRAN!!! "
Belum sempat Aldy menyelesaikan perkataannya, rekan-rekan Miran menghampiri mereka dengan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble With First Love
RomanceFirst love never forgotten First love never ending It's true Find out in this story