Part 8

179 3 0
                                    

Miran mencengkram rambutnya saat seberkas cahaya hangat menyilaukan penglihatannya yang bahkan masih merapat.

... Kalian mulai saja. Aku akan sedikit terlambat..

Meski terdengar samar, Miran tau itu suara lelaki. Keningnya mengernyit. Matanya terbelalak, "sedang apa laki-laki di kamarku?" bisiknya walau hanya dalam hati.

Matanya menangkap sebuah bayangan.

Mulutnya menganga saat menyadari pemilik bayangan itu bukanlah orang asing. Lalu dengan spontan Ia terduduk sambil memeluk selimut dengan kedua tangannya.

"Agh! " rintihnya.

Gerakannya yang tiba-tiba itu menyebabkan kepalanya pening tak karuan.

"kau baik-baik saja?" pria itu mendekat, terselip nada cemas di dalamnya.

Miran mengangkat kepalanya, mendapati wajah pria itu hanya beberapa senti di hadapannya. 

Keduanya terdiam. Untuk beberapa saat saling menatap, menyelami pikiran masing-masing. Dan seolah saling mengagumi lekuk wajah dihadapannya, Miran sedikitpun tak mengedipkan mata. Sudah tak terhitung waktu yang Ia habiskan hanya untuk membayangkan wajah pria itu, kini nyata sedekat ini dengan matanya.

Tanpa sadar pipi Miran memerah akibat denyut jantungnya yang meningkat.

Tanpa Miran ketahui gerakannya, tiba-tiba Pria itu menangkupkan satu telapak tangannya di pipi Miran yang merona.

"tubuhmu panas. Apa kepalamu masih sakit?"

"mm hmm" Miran mengangguk pelan.

"kenapa kau mabuk jika tidak kuat?"

Ucapan pria itu mengembalikan ingatannya, Ia ingat tadi malam Ia bersama Nadia. "bagaimana bisa aku di sini?"

Miran memutar kepalanya, berusaha mengenali kamar yang sangat asing baginya.  Bahkan pria itu belum menjawab, Miran menipali pertanyaannya "kenapa kau membawaku ke hotel?" Ia menarik selimutnya lebih tinggi hingga menutup seluruh tubuhnya.

Sedangkan pria itu tersenyum lebar menahan tawa melihat tingkah gadis dihadapannya, "lebih baik kau mengingatnya sendiri. Setidaknya mungkin akan mengurangi rasa malumu."

Apa??!! Apa yang memalukan??!! Miran menyipitkan matanya, Ia curiga dengan apa saja yang mungkin dilakukan pria dewasa itu.

Mata pria itu melirik pada tubuh yang tertutup oleh selimut tebal ditangan Miran.

Miran tidak berfikir terlalu jauh tentang tindakan pria, sampai Ia melihatnya sendiri..

"aaaaaaaarrrgghhh!!!" teriaknya sesaat setelah mengintip ke dalam selimut. Betapa kaget Miran ketika mendapati tubuhnya mengenakan piyama seksi yang benar-benar tipis. Pantas saja sejak tadi Ia enggan keluar dari selimut.

"apa kau juga mengganti pakaianku?!"

Pria itu hanya cengengesan. Ekspresi Miran yang bingung dan panik sangat membuatnya terhibur. Ditambah pipinya yang semakin memerah seperti udang rebus.

Sesaat kemudian, sorang pelayan yang sudah cukup berumur masuk ke kamar itu membawa sebuah nampan yang berisi sarapan lezat.

Ia meletakkan nampan itu tepat di atas meja disamping Miran, "sarapan dulu, anda akan membaik kemudian"

Namun mata Miran masih menatap tajam pada pria dihadapannya. Ia masih menunggu jawaban. Jika benar pria itu melakukannya, Miran bersiap mematahkan jari-jari lancang itu.

"sepertinya kau sangat mengharapkan aku melakukannya"

"sebaiknya kau mencari alasan yang tepat jika tidak ingin jari-jarimu patah!"

Trouble With First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang