9. Kebohongan

220 33 34
                                    

Young Hyun berjongkok di depan tungku, ia sedang menikmati upahnya setelah dua jam mencabuti rumput liar di kebun jagung. Ia diberi dua buah jagung untuk direbus dan uang 75 sen. Pemilik kebun ini cukup baik, bahkan ia memperbolehkan Young Hyun menggunakan dapurnya, juga memberikan upah yang pantas. Sebenarnya ia diberi pilihan, mendapat uang 4 dollar atau 75 sen dan dua buah jagung manis berkualitas bagus berukuran besar. Young Hyun memilih opsi kedua, karena perutnya lapar dan ia juga berniat memberikannya satu untuk Dae Jung. Young Hyun selalu senang menghabiskan waktunya bersama Dae Jung, baginya Dae Jung bukan sekedar sahabat, tapi juga seorang kakak.

Selesai merebus jagung, Young Hyun langsung pulang ke asrama, ia naik ke lantai tiga, asrama para golongan perak, ia tidak bisa masuk ke kamar Dae Jung, karena Blood Codes-nya tidak di atur untuk itu. Ia menunggu Dae Jung di lobi asrama. Desain interior dan furniture-nya jauh berbeda dari lobi asrama perunggu, dan Young Hyun juga yakin kalau kamarnya jauh lebih bagus. Banyak hiasan dari perak, sofa empuk berwarna abu-abu, kemudian bunga lily di sudut-sudut ruangan, ada chandelier berkilauan dan karpet bulu berwarna putih, beberapa lukisan abstrak minimalis terpampang rapi. Tidak seperti di asramanya, karpet lusuh yang warnanya sudah tidak jelas, entah merah entah perunggu, motifnya terkadang seperti wajah labu hallowen, tapi terkadang seperti pulau-pulau dikelilingi laut hitam, kemudian lampu dengan cahaya kekuningan, sofa yang entah sofa atau bukan karena Young Hyun selalu merasa bokongnya mati rasa apabila duduk lebih dari lima menit di sana, kemudian bunga-bunga kering. Terkadang Young Hyun mencabut bunga liar dan mengganti bunga-bunga kering itu sehingga terlihat lebih baik. Tidak ada yang peduli dengan keindahan lobi asrama, bisa makan tiga kali sehari saja sudah bersyukur, dan untuk apa mereka repot-repot memperindah ruangan.

Para pemilik Blood Codes perak sudah tidak asing dengan kehadiran Young Hyun, karena setiap hari ia ada di sana. Meskipun ada beberapa tatapan kurang menyenangkan karena menurut mereka Young Hyun berasal dari kalangan rendahan, tapi Young Hyun tidak peduli. Bagi Young Hyun setiap golongan itu sama, hanya berbeda di tingkat kesombongannya saja.

Dae Jung keluar dari kamar asrama, sepertinya seseorang memberi tahu kalau Young Hyun mengunjunginya. Dae Jung bisa melihat kantung plastik yang dibawa Young Hyun, masih berasap dan ia bisa mendengar nafas Young Hyun tidak beraturan. Dae Jung tersenyum. Pastilah Young Hyun berlari dari kebun jagung supaya jagungnya tetap hangat.

Dae Jung duduk di sebelah Young Hyun, kemudian mereka makan bersama. Sedetik kemudian terdengar suara teriakan, seorang anak perempuan, "kalungku hilang, hilang!" Tangannya meraba-raba lehernya, dan suaranya terdengar sangat dramatis, setidaknya ditelinga Young Hyun begitu.

Sekumpulan anak-anak mengerubuninya, "mungkin terjatuh? Ayo cari!" kata seseorang yang lebih tua, mungkin usianya 15.

Dae Jung dan Young Hyun ikut mencari, mengangkat bantal-bantal kursi dan memeriksa sela-sela sofa.

"Dia, pasti dia mencurinya!" Tiba-tiba anak perempuan itu menunjuk Young Hyun.

Young Hyun menatap anak itu bingung, kemudian beberapa orang yang tadi menatap Young Hyun kurang menyenangkan menyunggingkan senyum sinis mereka. Ekspresi mereka seperti singa-singa lapar yang menemukan anak domba sedang tertidur di depan mereka.

"Kau pikir untuk apa dia datang ke sini setiap hari kalau bukan mengincar barang-barang berharga milik kita?" kata seorang anak laki-laki berambut keriting berperawakan gempal.

"Tunggu dulu, kalian jangan asal menuduh! Young Hyun bukan orang seperti itu!" Dae Jung buru-buru membela Young Hyun, ia kenal betul Young Hyun orang yang seperti apa.

"Hei kau anak aneh, tidak perlu membelanya. Kau sama saja sepertinya." Anak keriting itu menaruh telunjuknya di kening Dae Jung, merendahkannya.

Young Hyun mengambil tangan gempal itu dan menghempasnya, ia berdiri di depan Dae Jung. Emosinya meluap-luap.

"Wah, wah, lihat teman-teman, anak miskin ini," si Keriting itu mengambil tangan Young Hyun, mengacungkannya tinggi-tinggi, supaya orang-orang bisa melihat Blood Codes perunggunya, "sudah mulai berani. Tahu tidak, aku senior di sini, dan ini tahun terakhirku! Itu artinya aku orang terhormat di sini." Ia membentak Young Hyun, dengan air liur yang sengaja dimuncratkan ke wajah Young Hyun.

"Kalau ke senior saja berani, tentu saja mencuri bukan hal sulit. Kalian pikir dari mana dia bisa membawa dua buah jagung kualitas bagus?" Seorang anak perempuan berambut merah dan memakai kawat gigi ikut-ikutan memperpanas suasana.

"Telepon Fortis!" Perintah si keriting itu lagi.

Young Hyun sekuat tenaga melepaskan cengkraman tangan si keriting, dan ia juga berusaha melindungi Dae Jung. Ia tidak mau Dae Jung terlibat lebih jauh, apalagi Fortis dalam perjalanan kemari. Apalagi yang bisa diharapkan? Young Hyun pasti pindah asrama ke penjara Lamboidy.

Kurang dari sepuluh menit seorang Fortis datang, kemudian si keriting menjelaskan kejadian pencurian berdasarkan imajinasinya sendiri, dan kemudian jagung-jagung tidak berdosa yang ikut dijadikan barang bukti, dan lagi anak perempuan yang kehilangan kalung menangis dibuat-buat, suaranya yang melengking membuat Young Hyun sakit kepala.

Young Hyun tentu tidak diam saja, ia berusaha menjelaskan tujuan kehadirannya ke asrama perak, jagung-jagung yang ia bawa, dan bagaimana cara ia mendapatkannya. Tapi siapa yang mau mendengar anak miskin golongan perunggu? Bahkan semua kata-kata Young Hyun tidak didengar sama sekali, bagaikan angin lalu.

Fortis menyeret tubuh Young Hyun dengan kasar sampai lutut Young Hyun terbentur-bentur tangga.

"Tunggu!" Dae Jung berteriak, Young Hyun menoleh, ia tidak pernah mendengar suara Dae Jung sekeras itu. Kemudian Fortis yang menyeret Young Hyun berhenti, ia menoleh ke arah Dae Jung.

"Aku yang mencurinya, aku sengaja membawa Young Hyun supaya ia yang dituduh, dan aku menyesal." Dae Jung mengucapkannya dengan sangat lantang dan penuh keyakinan.

Young Hyun menggelengkan kepalanya, ia tahu Dae Jung berpura-pura supaya Young Hyun dibebaskan. Kemudian Fortis itu melepaskan Young Hyun tanpa peduli kaki Young Hyun sudah menapak atau belum, ia menghampiri Dae Jung tanpa bicara. Young Hyun mengerang, kaki dan lengannya memar karena tubuhnya jatuh melewati lima anak tangga. Bahkan dadanya sesak terbentur lantai, ia tidak bisa bicara. Yang bisa Young Hyun lakukan hanya melihat Dae Jung pergi dengan Fortis yang menarik ia paksa. Samar Young Hyun bisa mendengar anak-anak asrama perak tertawa menyebalkan. Saat itu juga Young Hyun merasa benci pada dirinya sendiri, karena terlalu lemah dan tidak bisa melindungi kakak laki-lakinya, satu-satunya yang ia punya, Yoon Dae Jung.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Detective 6Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang