Jae menatap jalanan dari balik kaca jendela. Matanya menyusuri setiap gerak-gerik yang ada di depannya. Ia sedang ada di asrama sementara sekarang. Pikirannya campur aduk. Hari ini ia lelah sekali, sore tadi ia baru saja selesai melakukan Identity Check. Hampir semua calon Avelias sudah melakukannya, kecuali Sungjin tentu saja dan anak-anak yang belum lolos Medical Check lainnya.
"Hey, ini selimutmu." Young Hyun menyodorkan selimut berwarna abu-abu ke arah Jae, bahannya tidak terlalu tebal dan terlihat bekas dipakai.
"Terimakasih." Jae mengambilnya.
"Sudah pukul 9, sebaiknya kau tidur kalau tidak mau ada petugas yang memarahimu." Young Hyun kemudian pergi, membagi-bagikan selimut ke anak-anak lainnya.
Young Hyun memang terkadang bekerja membantu para petugas Avelium. Sama seperti di negara lain, di Avelium pun harus bekerja untuk mendapatkan uang. Meskipun bayarannya tidak banyak, tetapi Young Hyun tetap melakukannya, setidaknya ia bisa membeli makanan dan kebutuhan sekolah dari uang yang sedikit itu. Meskipun biaya sekolah di Avelium gratis, tetap saja untuk buku dan alat tulis lainnya Young Hyun harus membelinya sendiri.
Jae memperhatikan Young Hyun, kemudian menghampirinya "Hei kau."
Young Hyun menoleh, "Ya? Kalau mau tukar selimut tidak bisa, semuanya sama."
"Tidak, bukan itu, ada yang ingin aku tanyakan."
"Aku sedang bekerja." Young Hyun berjalan ke sisi sebelah kiri, masih membagi-bagikan selimut, Jae mengikuti.
"Baiklah aku tunggu sampai kau selesai, atau mau aku bantu?" Jae sungguh-sungguh dengan ucapannya.
"Tidak, aku dibayar untuk ini, jangan sampai aku tidak dapat uangku karena kau membantu." Young Hyun kembali menjauh, wajahnya sinis.
"Tapi ini penting," kata Jae, ia memang pantang menyerah.
Young Hyun menghela nafas panjang, ia kembali menoleh ke arah Jae, "Baiklah, bertanya selagi aku bekerja."
Jae melirik ke sekitarnya, takut-takut ada yang mendengar selain Young Hyun, tapi untunglah beberapa anak sudah tertidur, "Apa kau tahu kejadian tadi siang?"
"Tidak," jawab Young Hyun singkat.
"Petugas yang mati di The Eerst." Jae menambahkan.
"Lalu?" Young Hyun bertanya tanpa menatap Jae, ia sibuk melipat kelebihan selimut yang tidak dibagikan.
"Umm.. Tadi seseorang membawa temanku, sepertinya dia dituduh membunuhnya. Ya, aku tidak yakin, tapi orang itu menyeret temanku kasar sekali. Apa kau tahu dia dibawa kemana?"
Young Hyun menghentikan aktivitasnya, ia menatap Jae, "Sebaiknya kau tidur dan jangan cari masalah." Young Hyun memelankan volume suaranya, seperti takut terdengar orang lain.
"Tapi dia temanku, aku harus memastikan kalau dia baik-baik saja. Kau pasti tahu dia ada dimana kan? Dan kau sudah lama ada di sini, benar kan?" Sejujurnya Jae merasa bersalah tidak bisa berbuat apa-apa pada Sungjin tadi. Setidaknya sekarang ia harus memastikan kalau Sungjin baik-baik saja supaya ia tenang.
Young Hyun terdiam sesaat, wajahnya serius, "Temui aku pukul 10 di dekat gudang penyimpanan makanan di lantai 2, jangan sampai ketahuan," kata Young Hyun masih dengan volume suara yang sama.
Jae mengangguk, ia tersenyum, "Terimakasih".
"Sekarang pergi ke tempat tidurmu." Young Hyun bisa melihat seorang petugas memperhatikannya, sepertinya mulai curiga. "Sebentar." Young Hyun menukar selimut Jae, seolah-olah mereka tadi sedang berdebat tentang selimut. Young Hyun terkadang pandai berkamuflase.
Jae mengambil selimutnya, ia sepertinya mulai paham. Kemudian pergi ke tempat tidurnya dan pura-pura teridur.
Pukul 10 dan seluruh ruangan hampir gelap. Hanya diterangi beberapa lampu tidur. Jae mengintip dari balik selimut, ia memastikan semua anak-anak sudah tertidur, dan ia juga memastikan tidak ada petugas yang berjaga di sana. Kemudian ia beranjak pelan-pelan. Jae membuka pintu, ada bunyi derit pelan, refleks Jae menyipitkan matanya, jantungnya berdetak kencang, seumur hidup sepertinya baru kali ini Jae merasakannya, seolah-olah ia sedang bersembunyi dari kawanan penculik yang bisa muncul dan membawanya kapan saja.
Setelah berhasil menutup pintu Jae turun ke lantai 2, ia berjalan pelan sekali, terkadang ia merunduk atau menahan nafas ketika mendengar ada seseorang datang, berusaha bersembunyi.
"Gudang penyimpanan makanan itu dimana ya?" Jae memperhatikan sekitarnya, agak sulit karena kaca matanya rusak dan cahaya lampu juga tidak begitu terang. Kemudian seseorang menarik tangan Jae. Ia nyaris berteriak.
"Ssttth!" Seseorang itu menutup mulut Jae.
Jae melirik orang itu, ia menghela nafas lega. Ia melepaskan tangannya dari Jae.
"Aku pikir kau siapa. Omong-omong, kenapa harus di sini?" Lagi-lagi kepala Jae dipenuhi pertanyaan.
"Kau.., siapa namamu?"
"Oh, aku Jae." Jae mengulurkan tangannya, "Aku juga sampai lupa bertanya namamu."
"Young Hyun." Ia tidak membalas uluran tangan Jae.
Jae menatap tangannya sendiri, kemudian menurunkannya, "baiklah, bagaimana selanjutnya?"
"Biar aku beritahu, di sini peraturannya sangat ketat, salah sedikit kau bisa kena hukuman. Kecuali kau pandai berbohong atau bersandiwara."
Jae menelan ludah, sepertinya tempat ini tidak seindah kelihatannya. "Jadi apa yang akan kita lakukan?"
"Temanmu ada di penjara Lamboridy sekarang, kita harus hati-hati kalau tidak mau berakhir seperti dia."
"Penjara?" Jae kaget, "kau bercanda?"
Young Hyun menggeleng, "sudah pasti begitu, jika ada seseorang mati di dekatmu, otomatis kau yang dituduh membunuhnya dan dimasukkan ke penjara."
"Itu tidak adil, mereka belum tentu pelakunya!" Entah kenapa Jae marah sekali.
Young Hyun mengangguk, "aku tahu. Tapi begitulah permainannya. Aku juga tidak mengerti."
"Sebenarnya ini tempat apa?"
"Entahlah, aku hanya mengikuti semua peraturan di sini untuk bertahan hidup."
Bulu kuduk Jae mendadak berdiri, semua yang baru saja dikatakan Young Hyun membuatnya takut. "Apa Sungjin bisa dibebaskan? Maksudku, temanku."
"Aku rasa tidak, tapi kau bisa melihatnya kalau mau. Aku bisa membawamu ke sana, sembunyi-sembunyi tentu saja." Tidak tahu kenapa tapi Young Hyun terlihat lebih bersahabat sekarang.
Jae mengangguk semangat, "ayo kita ke sana!"
"Kau harus hati-hati dan ikuti instruksiku."
"Tentu, aku percaya padamu." Jae membenarkan letak kaca matanya, disela-sela ketakutannya ada semangat yang berapi-api. Meskipun Young Hyun bilang Sungjin tidak bisa dibebaskan, tapi Jae akan mencobanya, ia jadi merasa tertantang.
"Ayo!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Detective 6
Hayran Kurgu"Namaku Park Jae Hyung, kau bisa memanggilku Jae, tempat asalku Korea Selatan, usiaku sebelas... Namaku Park Jae Hyung, kau bisa memanggilku Jae, tempat asalku..." Anak lelaki berambut coklat gelap itu terus menerus mengatakan kalimat yang sama. Tub...