DIAS PART 7

67 6 4
                                    

Gue turun dari mobil bersama Niko segera masuk ke dalam rumah.

"Loh ko bentar banget?."

Tanya Ibu menyambut Gue dengan muka yang terlihat kusut dan Niko yang cengengesan.

"Udah pada tutup bu."

Jawab Gue ngasal. Langsung masuk ke dalam kamar. Gue hanya diam memikirkan Dias.

Apa Dias marah? Kenapa tiba-tiba ketemu sih...

Gue terus bertanya-tanya dalam hati. Sesekali mengecek handphone beharap Dias menelpon Gue. Jam 10 malam, terdengar sedikit lebih ribut diluar kamar. Gak lama Ibu mengetuk pintu kamar.

"Om dan Niko mau langsung pulang Ra."

Gue segera membalut tubuh dengan selimut. pura-pura tidur. Tak ada respon dari Gue Ibu membuka pintu tapi langsung menutupnya lagi karena melihat Gue yang tertidur.

Maaf Ibu Aku sebenernya Belum tidur, Aku gamau ketemu Niko kalau sampai lihat mukanya bahaya. Bawaannya pengen nyakar Akutuh.

Setelah semua suasana perlahan sepi. Gue lihat jam setengah sebelas malam. Ibu dan ayah juga bibi pasti udah pada tidur, Gue lalu bangun menyingkirkan selimut melihat bungkus kresek putih bertuliskan "mang ujang lovers." isinya batagor tadi yang gue beli dengan Niko sableng itu.

Gue pergi ke dapur dengan langkah perlahan supaya gak ketauan yang tidur. Mulai mengambil piring dan garpuh.

"Harus yang plastik biar gak bunyi."

Ucap Gue dalam hati. Segera balik ke kamar dan membuka bungkusan batagor segera melahapnya. Saat makan batagor kembali teringat Dias. Entah kenapa bulir air mata mengalir di pipi Gue, teringat juga muka Niko yang menyebalkan itu membuat emosi Gue sedikit naik. Gue masih menyantap batagor itu dengan air mata yang terus mengalir dan sedikit penekanan dari garpuh yang gue pegang setiap mengambil batagornya sebagai bentuk dari emosi.

"Uhuk uhuk!."

Sampai akhirnya gue keselek. Lari ke dapur ngambil air minum.

"Uhuk uhuk uhuk!."

Gue udah macam iklan obat batuk lebay yang akhirnya bikin Ibu kebangun dan nyamperin Gue ke dapur.

"Loh, kamu kenapa Ra?."

Tanya Ibu.

"Mm uhuk! Iiitu bu..mimpi tadi."

"Mimpi?."

"Mimpi...itu bu..mimpi nelen biji salak. Uhuk!."

Gatau lagi mau bilang apa.

"Ah ada-ada aja kamu, Ibu bingung."

"Iyah udah Ibu tidur lagi aja Dara gapapa ko, cuma refleks aja langsung minum, kaget bu kirain beneran. Heheh."

Gue nyengir kepaksa boongin Ibu lagi.

Maafin Dara bu boongin Ibu lagi, kalau mau ngutuk kutuk aja tuh si kampret Niko.

Dalam hati gue cemberut masih kesal. Gue balik lagi ke kamar, udah larut malam, Gue gak bisa tidur. Akhirnya Gue memberanikan diri untuk menelpon Dias.

"Hallo Ra."

Syukur deh diangkat.

"Dias soal tadi..."

Gue terhenti sejenak tanpa basa basi Gue langsung pada intinya. Gue rasa perlu segera menjelaskan pada Dias karena Gue udah tau Dia punya perasaan ke Gue. Dan juga demi ketenangan batin Gue.

"Soal tadi?."

"Waktu ketemu di tempat mang ujang."

"Oh iyah, Gue ngerti ra. Lagian untuk saat ini Gue gaada hak ngelarang lo untuk pergi dengan siapa aja. Gapapa."

Jawab Dias dengan nada pelan bikin hati Gue tersentuh. Dias gak pernah bicara sepelan itu kalau Dia gak sedih atau kecewa.

"Dia anak temen Ayah dari Jakarta tapi udah pulang lagi sekarang. Gue kepaksa nemenin Dia jalan sebentar disuruh Ibu. Gue gak suka sama Dia..Dia tuh ngeselin banget!."

"Iyah udah gapapa Gue ngerti kenapa lo mau ngejelasin ini ke Gue ra."

"Tolong jangan salah faham."

"Enggak..."

"Lo dimana?."

"Di...rumah. kenapa emang? Oh lo mau Gue jawab dihatimu ya?."

"Idih, enggak. Maksudnya kan tadi lo di tempat mang ujang."

"Iyah, udah pulang."

"Lo ko tadi tiba-tiba ada di sana?."

"Enggak tiba-tiba, emang sering kesana."

"Mmm."

Krik..krik...krik

"Ra."

Akhirnya.

"Iyah."

"Besok Gue mau kasih lo sesuatu."

"Apa?."

"Rahasia."

Nih orang ko bikin Gue penasaran.

"Loh ko gitu sih.."

"Yah kan biar lo penasaran."

Ck Udah kali.

"Awas aja kalau lo sampe jailin Gue doang."

"Enggak ra..orang Gue tadi nyarinya susah banget."

"Ih apaan sih.."

"Hahaha penasaran kan..ah Gue seneng banget ra pasti lo bingung."

Ini Dias lagi kambuh nyebelinnya. Gue cuma manyun aja.

"Bentuknya kecil hayo apa coba...hahaha."

"Bodo amat!."

Jawab Gue kesal. Setelah itu baru Gue ingat kalau lusa Gue ulang tahun.

"Kan ulang tahunnya bukan besok?."

Tanya Gue heran.

"Yah gapapa jadi nanti Gue kasih kadonya dua kali..kan Gue ganteng. Hahaha."

"Idih."

Kan harusnya Dia mujinya kan Gue baik bukan ganteng. Tapi untung beneran ganteng heheh.

Dalam hati gue protes.

"Tidur sana besok kan lo sekolah."
Memang sekolah. Tapi ngobrol sama Dias itu rasanya beda. Bayangin aja Gue kesel tapi senyum-senyum.

"Yaudah deh."

Akhirnya Gue mematikan telpon lebih dulu. Gak lama Dias WhatsApp Gue.

"Besok Gue anter ke sekolah yah."

Gue cuma baca aja karena bingung balesnya. Mau tapi malu Gue cuma nepuk-nepuk jidat. Gue akui saat ini sepertinya Gue juga suka sama Dias. Dia orang yang gak mudah ditebak, bisa mengatakan atau membuat hal yang tak terduga itu semua jadi menyenangkan bagi Gue. Gue rasa Dia juga apa adanya, tidak mencoba untuk terlihat sempurna agar disukai Gue seperti yang dilakukan Niko. Tapi Gue masih malu untuk mengakui perasaan itu.

Ok, see you :)

DIASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang