Happy Reading
Vote and CommentDoor!
Door!
Door!
Wanita ini membidik peluru nya ke arah pria bersetelan jas yang membawa tas di tangan nya yang berusaha berlari kabur dari nya.
Damn it!
Wanita ini mengumpat karna tembakan nya meleset, dan di satu sisi dia senang karna sasaran nya belari ke arah hutan.
"Pilihan yang tepat." Wanita ini tersenyum mengerikan.
"AHHKK."
Mendengar jeritan seseorang membuat nya berhenti sejenak dan tersenyum. Dia berjalan dan menemukan tubuh yang sudah terbelah menjadi dua bagian di depan nya.
Pria itu mati di tempat dengan jebakan binatang yang sering di gunakan wanita ini. Wanita ini tersenyum melihat darah dan semua isi di tubuh pria itu bertabur di bawah tanah.
Wanita ini keluar dari hutan setelah membawa tas hitam di tangan nya dan pergi menaiki mobil, dia beranjak pulang karna misi nya selesai dengan sendiri.
••••••
"Pria yang mencuri banyak berlian itu tewas di dalam hutan." Pria ini berdiri di depan putri nya yang sedang duduk di sofa.
"Dia beruntung, bukan aku yang membunuh nya. Tadi nya aku berniat memburu serigala tapi aku malah mendapatkan binatang lain nya." Balas putri nya dengan santai.
"Apa yang sudah kau lakukan? Bukan seperti itu menjalani tugas mu. Aku sudah memberitahu mu berkali kali, orang yang bersalah harus di penjara bukan di bunuh! Kau selalu berulah." Pria yang sudah tua ini menceramahi putri nya.
"Terkadang hukum tidak adil di dunia ini. Orang kaya seperti mereka sangat mudah melawan hukum yang ada, dan satu satu nya cara agar dunia ini adil dengan membunuh nya Dad." Jelas Kathrine menatap ayah yang sudah merawat nya itu.
"Kau tidak bisa bertahan dengan pikiran mu seperti itu. Jika hukum ada lalu untuk apa membunuh dengan tangan mu sendiri sayang? Kau hanya menjalani tugas mu saja sebagai polisi untuk menangkap mereka bukan sekaligus membunuh nya, lagipula dengan membunuh mereka itu sama saja kau juga penjahat." Ramon terus saja menasehati putri nya agar menuruti perkataan nya.
"Kau selalu membahas hal yang sama Dad. Pertama, kau memberi ku tugas lalu kedua, kau memarahi ku." Kathrine yang memutar kedua bola mata nya.
"Aku tidak ingin mendengar ada mayat lagi setelah kau ku beri misi. Ikuti aturan ku, tidak ada bantahan. Kau mengerti?"
Kathrine menatap kesal ayah yang sudah merawat nya itu, dia pun berdiri dan menatap ayah nya "Akan ku ingat jika aku tidak lupa Inspektur." Setelah memberi hormat, dia pergi ke arah kamar nya.
"Anak itu! Aku tidak tahu lagi harus berkata apa, aku akui di hebat menjalani setiap misi yang ku berikan, tapi dia selalu mengacaukan dengan membunuh mereka setelah nya dan aku harus menutupi setiap kesalahan nya." Ramon ikut kesal dengan sikap putri nya itu.
"La....La....La. Uhhh ternyata ada Daddy." Wanita mabuk ini menabrak ayah nya yang sedang berdiri.
Wanita ini mengecek dan melihat ada kemarahan di wajah ayahnya "Kau memarahi nya lagi dan lagi. Tebakan ku benar bukan Daddy ku sayang." Wanita ini tersenyum karena tebakan nya selalu benar.
"Kau cukup berani berdiri di depan Daddy dengan keadaan mabuk seperti ini?" Ramon menggeleng kepala nya karena sikap kedua putri nya.
Wanita ini bersikap layak nya seseorang mabuk "Kenapa aku harus takut? Apa karena kau inspektur? Tidak, tidak. Kau penjahat kan? Astaga! ada penjahat, ada penjahat di rumahku." Wanita ini memperlihatkan wajah takutnya.
"HENTIKAN DANORA."
Danora langsung terdiam saat mendengar jeritan yang menggemah di telinga nya.
Dia langsung menutup mulutnya "OMG DADDY? S-sejak kapan daddy berdiri disini? Tidak, tidak. A-aku di mana? Kenapa ada daddy disini." Ucap Danora tersadar dari mabuk nya dan terkejut sudah berdiri di depan ayahnya.
Ramon menghela nafas melihat putri kedua nya "Kau selalu bermain bermain di pagi, siang, dan malam hari. Aku sudah melarang mu pulang larut malam, dan hari ini kau berani pulang malam dengan keadaan mu seperti ini? Kau di hukum, mulai besok kau tidak boleh keluar dari rumah sampai aku memaafkan mu." Ramon memberi hukuman untuk putri nya.
"APA? TIDAK DADDY! Aku mohon jangan menghukum ku, aku tidak tahu jika aku mabuk daddy, sungguh aku tidak sadar pulang dengan keadaan seperti tadi Dad. Aku mohon jangan hukum aku." Danora memelas kepada ayahnya.
"Daddy pikir kau hanya bermain bersama teman mu di kafe selama ini, tapi ternyata kau berani meninjakkan kaki mu ke tempat menjijikan seperti itu. Hukuman akan tetap jadi hukuman." Balas Ramon tidak memberi kebaikan.
"Aku sudah cukup besar Dad, tempat seperti itu sudah biasa, kenapa harus menghukum ku seperti itu? Kau sungguh kejam." Danora kesal melihat ayah nya.
"Kau anak Daddy, dan harus ikuti semua aturan yang Daddy buat. Dan salah satu aturan nya, tempat klub malam seperti itu tidak pantas untuk kedua putri Daddy." Ucap Ramon dan pergi meninggalkan Danora yang menangis.
"Kejam! Kenapa aku harus memiliki ayah inspektur? Selalu membuat keputusan dengan hukuman! Selalu hukuman, hukuman, dan hukuman." Dia kesal dan pergi ke arah kamar nya.
••••••
Kathrine sudah bersiap dengan pakaian polisi yang melengkapi di tubuh nya, dia beranjak pergi ke meja makan karna sudah waktu nya sarapan.
"Pagi Dad." Ucap kathrine dengan nada dingin seperti biasa.
"Selamat pagi juga sayang, di mana adikmu itu." Ramon melihat tidak ada keberadaan Danora.
"Dia selalu telat jika sedang kesal. Apa kalian berkelahi?" Tanya kathrine dengan menebak.
"Dia pulang di atas jam sembilan semalam, dan lebih parah nya dengan keadaan mabuk dan bersikap aneh di depan Daddy, jadi Daddy menghukum nya dengan tidak keluar dari rumah." Jelas Ramon mengatakan kepada putri sulung nya.
"Dia mungkin tidak akan datang, jadi lebih baik langsung makan saja Dad." Balas kathrine yang menebak jika adik tiri nya itu tidak akan keluar dan sarapan pagi.
"RELIJAH!"
"Iya, tuan." Salah satu pembantu setia di rumah ini menghampiri Ramon.
"Panggil anak itu untuk sarapan. Aku tidak suka kebiasaan disiplin di rumah ini berubah." Jelas Ramon dengan kemarahan di raut wajah nya.
"Baik, tuan." Buru buru Relijah pergi ke arah kamar Danora.
Kathrine menghela nafas, dia harus menahan lapar hanya karna satu kursi belum di tempati.
"Nona? Nona Danora?" Bibi Relijah mencoba membangunkan nya yang masih tertidur di atas ranjang.
"Tuan memanggil, nona tahu sendiri, ini waktu nya untuk sarapan pagi. Tuan Ramon dan nona Kathrine menunggu. Bangunlah non." Bibi Relijah menghela nafas karena Danora tidak berniat bangun.
Kathrine yang masih diam langsung melihat ke arah jam dinding di samping nya. Sudah satu jam terlewat dan sekarang waktu sarapan sudah habis karena sudah jam delapan.
Kathrine menghela nafas "Aku pergi, waktu nya berangkat kerja." Kathrine berdiri dan meninggalkan Ramon yang duduk terdiam.
"Tuan, nona Danora sudah bangun." Ucap bibi Relijah dan mengajak Danora ke meja makan.
Danora hanya diam berdiri di samping bibi Relijah. Ramon berdiri melihat anak nya itu lalu pergi untuk berangkat kerja.
Bibi Relijah terkejut karena masakan nya masih utuh tanpa tersentuh, begitupun Danora yang sedikit merasa bersalah.
Danora langsung pergi ke atas, dia tidak bisa keluar rumah, lalu hanya kamar nya saja tempat nya.
Danora berhenti sejenak di tangga dan melihat Foto besar yang ada di dinding. Foto wanita cantik yang tersenyum manis bersama gadis kecil di samping nya.
"Aku merindukan mu mom."
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
crueLove
Ação[COMPLETED] Warning!! Mature Content 21+ Sekarang kita hidup dimana hukum sudah goyah hingga membuat penjahat di luar sana sangat tenang, itu sebabnya hanya satu cara agar bisa melawan semua penjahat di seluruh dunia ini dengan cara membunuh nya. Ka...