Janji.

2K 112 3
                                    

"Kaulah samudra, tempat hatiku bermuara"

Terimakasih karna kamu tetap bertahan disisiku, walaupun berkali-kali ku tak menggubris kehadiranmu. Nyatanya saat ini, kamu salah satu alasan aku tetap kuat menjalani semua ini. -Sera.

Pagi itu, Sera dikejutkan dengan suara ketukan namun lebih tepatnya suara pukulan si pintu rumahnya. Dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kumpul, Sera langsung mendatangi sumber suara tersebut.

"Siapa si bertamu pagi-pagi, mana berisik banget. Ga sopan" ucap Sera kesal, seraya berjalan tergesa-gesa ke arah pintu rumahnya.

"Iya bentar sabar" teriak Sera.

"Siap-PAPA?" Rasanya waktu berhenti saat itu juga.

"Mau apa papa kesini?" Tanya Sera ketus.

"Hak papa dong mau apa disini, ini kan rumah papa" jawab Ayah Sera tinggi.

"Oh gitu? Setelah bertahun-tahun papa pergi ninggalin aku, ninggalin rumah ini, papa masih bisa bilang ini rumah papa? Wahh hebat! Hebat!" Sera tertawa congkak lalu bertepuk tangan.

Ayah Sera tak terima, ia mendorong Sera hingga membentur sofa di belakangnya. "Kurang ajar kamu ya! Udah berani sekarang ngelawan papa?"

Sera meringis saat punggungnya membentur sofa, dan menduduk saat Ayahnya mulai mencaci seraya menunjuk-nunjuk dirinya.

"Heh jawab dong! Tadi berani kamu ngelawan papa!" Ayah Sera mengcengkram rangah Sera hingga ia mau tak mau harua menatap muka sang Ayah.

Ayah sera membuah wajah Sera ke samping hingga tubuh Sera terbawa. "Dasar anak ga tau diri!" Setelah itu Ayah Sera pergi begitu saja.

Setelah sang Ayah pergi, Sera menangis sejadi-jadinya. Menangisi kehidupannya yang menyedihkan.

Seperti pagi-pagi biasanya, Bintang selalu datang ke rumah Sera untuk menjemputnya dan pergi bersama ke kantor.

Dengan penampilan rapih, dan tubuh harum. Bintang memasuki pekarangan rumah Sera.

Ia tak menyadari kalau pintu rumah Sera sudah terbuka. "Tumben Sera pintunya udah kebuka lebar gitu" batin Bintang.

"Sera?" Bintang masuk kedalam rumah Sera dengan langkah pelan.

"Yaampun Ser kamu kenapa? Kok nangis gini?" Bintang terkejut saat belum genap langkahnya memasuki rumah Sera, ia sudah menemukan samg pemilik rumah tersungkur di lantai dan menangis.

Bintang langsung menghampiri Sera lalu mendudukan tubuh Sera dan mensenderkan ketubuhnya.

"Kenapa sayang?" Bintang membelai rambut Sera dengan sayang.

Sera masih diam, dengan tangisnya yang belum juga mereda.

Setelah menunggu Sera tenang. Bintang mulai bertanya kembali dengan tangan yang masih setia membelai rambut Sera.

"Kenapa hmm? Mau cerita?" Tanya Bintang dengan lembut.

"Papa aku" lirih Sera.

"Kenapa papa?" Tanya Bintang lagi.

"Tadi papa kesini" jawab Sera pelan.

"Terus?"

"Aku dibentak-bentak, aku didorong sampai punggung aku ngebentur sofa, terus-terus" Sera tak dapat melanjutkan ucapannya dan menangis kembali.

Bintang mengeratkan pelukannya.

Sera melepaskan pelukan mereka."terus rahang aku di cengkram Tang" lanjutnya.

Alone.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang