Aku yakin kalian pasti menyalahkanku meninggalkan dia yang mencintaiku. Tunggu sebentar, aku akan menjelaskannya kepada kalian semua. Ini bukan berarti aku meninggalkan karena aku mendapat cinta yang baru, tapi ini tentang kejenuhan dan sebuah fakta.
Terkadang aku memikirkan apakah aku benar-benar menjalin hubungan dengannya main-main atau serius? Dia bilang, "padahal aku memperjuangkanmu dari awal." Disaat aku membutuhkannya, dia sibuk. Oke aku mengerti dia bekerja. Tetapi, mengapa ketika dengan temannya dia bisa meluangkan waktunya, dan dengan ku tidak sama sekali?
Aku merasa aku ini bukan kekasihnya. Aku hanya merasa sebagai teman bertukar pesan di sosial media, kita tidak pernah jalan berdua. Jangan mengira aku tidak pernah mengajak, dan hanya menunggunya untuk mengajakku. Tidak, aku bahkan sudah mengajaknya, tapi jawabannya selalu sama, tidak bisa. Entah itu karena pekerjaannya yang banyak, atau memang ia benar-benar tidak bisa jalan berdua dengan perempuan.
Aku mendengar banyak laki-laki yang sama sibuknya dengan dirinya, tapi mereka bisa meluangkan waktunya untuk perempuan yang dicintainya. Bahkan, seseorang yang hampir setiap hari lembur, bisa meluangkan waktunya. Aku begitu iri dengan mereka. Apalagi mendengar cerita temanku, ketika ia ingin memutuskan kekasihnya, kekasihnya langsung datang ke rumahnya untuk menjelaskan semuanya, sekalipun itu jam satu malam.
Mungkin dari kalian menganggapku perempuan matrealistis yang ingin jalan-jalan menghabiskan uang laki-laki. Silahkan kalian menilaiku begitu. Aku akan menjelaskan satu hal, aku tidak meminta apa-apa, aku dengan senang hati menerima ajakan jalan-jalan di taman, tanpa memakan apa-apa. Asalkan dengan dirinya aku menerimanya.
Dan akhirnya, aku meninggalkannya dengan alasan seperti itu.
Sebentar, ini belum selesai.
Satu fakta yang baru saja aku ketahui adalah ternyata dia membohongiku. Dia bukan tidak bisa jalan berdua denganku, melainkan dia takut ketahuan perempuan lain. Mungkin tidak usah aku ceritakan lebih lanjut, karena itu sangat menyakitkan bagiku.
Tapi yang pasti, aku bersyukur sudah meninggalkannya. Terima kasih sudah membuatku hatiku patah kembali.