Nana keluar dari kamar mandi dengan handuk membungkus rambutnya, lengkap dengan pakaian yang sudah ia kenakan.
Sedangkan Glen?
Cowok itu sedang tertidur di ranjang milik Nana, Nana mendengus pasrah. Yah mau gimana lagi, bagaimana pun juga Glen adalah sahabatnya. Meski baru sebentar, namun mereka begitu cocok, walau kadang sering berselisih paham seperti tadi. Shit!
Hari semakin larut. Tadi, waktu Nana turun ia menemukan sebuah note diatas meja makan, yang berisikan bahwa mama nya pamit untuk menghadiri meeting di luar kota. Nana sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, untung saja ada Glen. Entah kebetulan atau apa, Glen datang di waktu yang tepat.
.
Rumah Caca
"Kak buka kek pintunya! Iya iya gue bakal bawa Nana kesini ko." Teriak Caca tak menyerah.
"Berisik lu anak kecil!" Bentak Aldo kakak tiri Caca yang saat ini sedang di balkon kamarnya yang bersebelahan dengan kamar Caca, begitu juga caca yang sedang berada di balkon kamarnya. Caca langsung bergidik ngeri mendengar ucapan kakaknya, namun ia sudah terbiasa dengan sifat seenaknya itu. Kakak sialan
"Apa lo liat liat!" Tantang Aldo menatap adiknya itu sambil menyandarkan tubuhnya di pembatas ujung balkon.
"Sinting lo, untung bukan sedarah." Jawab Caca
"Emang kenapa? Lo naksir?"
"Dih! Gak sudi! Sampe upin ipin jadi insinyur juga gue ogah naksir ama lo!" Balas Caca
"Masa? Gak percaya" Aldo tak mau kalah.
.
Glen tak kunjung bangun, ia malah mengeluarkan dengkuran keras yang berhasil membuyarkan lamunan Nana.
Nana tersentak dan mendecak sebal, karena sibuk melamun ia sampai lupa nasib ponselnya.
Nana sedang memikirkan tawaran papa nya tentang dia yang ditawarkan untuk mengurus cafe milik papa, ia takut mama nya tak memberi izin. Padahal ia mau
Nana segera mencari ponselnya, ternyata tergeletak di samping Glen yang tengah tertidur.
Ia berniat mengambilya namun tiba tiba Glen meraih tangan Nana dengan mata yang masih terpejam.Glen menarik tangan gadis itu lalu memeluknya dengan erat, dengan posisi Nana terlentang sedangkan Glen miring dengan tangan yang semakin erat memeluk Nana.
Nana meneguk ludahnya, ia benar benar tak bisa bergerak karena tangan kekar Glen yang memeluknya sangat erat. Merinding
Nana dibuat takut karena tiba tiba Glen membenamkan wajahnya di ceruk leher Nana.
Tanpa sadar, Glen mengelus lengan Nana yang terekspos karena saat ini Nana menggunakan kaos tak berlengan. Nana hanya mampu memejamkan mata tanpa mau membangunkan Glen, nanti yang ada dia malu setengah mati jika Glen menyadari posisi mereka sekarang.
Jadi Nana membiarkan tangan Glen beraksi, namun jika tiba tiba Glen terbangun, Nana akan pura pura tidur atau pura pura mati. Ngaco
Shit!
Glen terbangun, matanya terbuka sempurna. Ia tak percaya akan posisinya sekarang, dengan Nana yang tidur membelakanginya sedangkan dirinya memeluk Nana dari belakang.
Glen menarik tangannya hati hati agar si gadis tak terbangun, dan usahanya berhasil.
Ia membelai rambut Nana dan memutuskan untuk pulang karena sudah tengah malam.
Nana tertidur dengan sumpah serapah sebagai penghantarnya, ia terus menyumpahi kelakuan sahabatnya itu.Sesampainya di bawah, Glen mengurungkan niatnya untuk pulang karena ia baru saja menemukan secarik kertas yang tadi juga dibaca Nana.
Ia memutuskan untuk bermalam dirumah Nana, ia tak tega Meninggalkan sahabatnya sendirian dirumah semegah ini apalagi Nana seorang perempuan.
Glen tidur di sofa ruang tamu, ia takut kejadian tadi terulang lagi--jika dia harus satu kamar dengan Nana..
Glen baik, Nana polos.
Jangan ada yang rusak ya. Ea
-Tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing, Nana My Everything
De Todo"Siapa ya?" "IHHH GLENNNNNNN!" "Hehe. Sayang Nana."