E

16 3 3
                                    

Ke esokan harinya..

Caca membuka knop pintu, ia begitu lega karena pintu kamarnya sudah tidak dikunci oleh kak Aldo

"Mau kemana lo, masih pagi." Tanya kak Aldo yang sedang menonton tv di ruang keluarga

"Sok-sok an nanya, biasanya malah nyuruh pergi. Cih!" sinis Caca

"Jangan kurang ajar, gue lebih tua" cerca kak Aldo

"Akhirnya ngaku juga kalo lo tua. Pfft" "Gue mau ke rumah Nana, kenapa emang? Mau nitip salam? Nitip duit? Nitip oleh oleh? Atau nitip benih?" Kesal Caca

"Buset tuh mulut pedes amat, anak siapa sih lu" tanya kak Aldo yang tak menyangka atas perkataan adik tirinya

"Anak mama goyangan papa" jawab Caca tanpa tedeng aling aling

"Bawa Nana kesini, nanti gue kasih lo upah" ucap kak Aldo

"Sarap emang." jawab Caca

.

"Astaghfirullah.." Nana turun dari kamarnya, ia dibuat terkejut akan keberadaan Glen yang tergeletak di karpet tepatnya dibawah sofa. Ew

"Glen bangun! kenapa ndlosor di sini sih elah"

Glen terbangun dengan mata belum terbuka sempurna

"Gue dimana? Loe siapa? Gue siapa?" Tanya Glen

"Ihhh ngga lucu ya Glen" Nana mulai khawatir

"Mba siapa? Udah lama kerja disini?" Ucap Glen dengan wajah tanpa dosanya

"Glennnnnnnn!"

Dan kejadian semalam terulang kembali. Nana menjambak rambut Glen tanpa ampun. Awh

"Ampun Na ampun.. Glen kan cuma bercanda" rengek Glen.

Nana melepas cengkramannya pada rambut Glen.

"Sana Glen pulang, Nana ngga mau ketemu Glen" sungut Nana

"Emang gue mau pulang." Jawab Glen enteng.

Glen menatap Nana lekat, ia memajukan wajahnya ke Nana. Nana pun reflek memundurkan wajahnya.

"Na denger deh ada suara apa tuh"

"Su.. suara apa?" Tanya Nana tergagap karena wajah mereka semakin dekat

"Makanya diem. Tuh, satu.. dua.."

Brotbrttttbrot

"Aaaaaaa Glen jorookkk!!" Nana langsung melemparkan bantal yang berada disofa, namun Glen sudah menghilang dibalik pintu.

Nana berniat menutup pintu rumahnya karena Glen pergi tanpa menutup pintu kembali.

"Monyet lu" nana kembali dibuat terkejut. Dengan posisi Caca akan masuk sedangkan Nana akan menutup pintu.

"Anjir lo Na, cantik gini dibilang monyet!" Kesal Caca atas sambutan Nana

"Hehe abis Caca ngagetin" ucap Nana

"Gue ngga ngapa-ngapain ya, lo nya aja yang lebay"

"Ya intinya Nana kaget, apalagi masih pagi" jawab Nana yang lagi lagi tak nyambung
"Ayo Ca, masuk" sambungnya

"Na langsung aja kerumah gue, lo udah mandi kan?" ajak Caca

"H-ha? Udah sih tapi.."

"Tapi apa? Lo tau? Gue kemarin dikurung sama makhluk sialan itu gara gara gue ngga bawa loe main kerumah. Gila kan." Kesal Caca

"Masa sih? Kok Caca ngga ngasih tau Nana?"

"Masa sih? Terus yang kemarin gue telfonin susah banget siapa ya? Ah kayanya gue salah nomer deh" Sindir Caca

"Oh iyaa, hape Nana kan kemarin mati. Ini lagi di charger hehe.." jawab Nana polos

"Hehehe maaf ya Na, hehe. Nyengir aja bisanya!!" ucap Caca menahan amarahnya


.


Di pemakaman

"Sinta maaf, selama kamu hidup aku belum bisa bikin kamu bahagia. Jujur, aku belum bisa melupakan Mona (mama Nana)"

"Aku menjalin hubungan denganmu karena Mona begitu sibuk dan tak pernah ada waktu untuk aku dan Nana, aku sudah meminta baik baik agar Mona mengurus rumah saja tak perlu bekerja hingga melupakan kewajibannya. Namun ia begitu keras kepala. Dan maaf, aku menikahimu tanpa dasar cinta, semuanya hanya untuk pelampiasanku saja. Sekali lagi, aku minta maaf."

Disinilah Roy (papa Nana) berada, di makam yang sudah berlapiskan rumput hijau yang tertata rapi.

Ia rutin mengunjungi makam Sinta istri keduanya setelah bercerai dengan Mona. Ia terus mengucap kalimat tersebut tiap kali mengunjungi makam mendiang istrinya, Roy merasa sangat bersalah. Namun disini ia juga korban. Dunia memang adil.

.

"Kakkkk liat siapa yang gue bawaaa" teriak Caca yang sudah sampai di dalam rumah

"Ca, Nana berasa kaya tawanan deh" ucap Nana polos.

Entah Nana kelewat baik atau polos, ia mau saja diajak kerumah Caca meski tau tujuan Caca membawanya kesini tak lain untuk mempertemukan Nana dengan Kak Aldo.

Nana malas sebenarnya.

Fyi, Aldo begitu menyukai Nana berawal dari Caca yang sering membawa Nana main kerumahnya. Semoga semuanya baik-baik saja, nasib siapa yang tau?

"Eh Nana yuk masuk, Nana udah makan?" Aldo langsung meraih pinggang Nana, menggiring Nana ke sofa untuk menonton tv.

Kalian bertanya Caca dimana?

Ia sedang menyiapkan jamuan untuk tamunya. Entahlah, gadis cantik yang sedang di sofa itu tamunya atau tamu kakaknya. Rumit

Nana sudah terbiasa atas perlakuan absurd kak Aldo, dan ia pun hanya pasrah.

Mereka duduk sangat dekat sambil menonton tv, tanpa malu Aldo merangkul bahu Nana agar lebih dekat dengannya dan Nana hanya bisa diam. Sesekali melirik risih.

.


Kak Aldo creepy ya?
Engga kok, kalian belum kenal aja.
-Tbc-

Nothing, Nana My EverythingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang