⚠️ Bijaklah dalam membaca chapter ini. Sekiranya perkataan yang tidak baik*, jangan ditiru. Apalagi di praktekin ke orang tua. Haduh, Jangan, ya! ⚠️
Tidak menjanjikan chapter menye menye kali ini. Sudah mulai serius. Jadi jangan kecewa jika membuat hari Anda badmood setelah membaca chapter ini.
I've warned you already!!! It's your consequence!
Muehehehe.
Eh, serius.
Part panjangdan banyak typo. Mohon dimengerti.
Siap-siap. Tarik napas. Kalau laper jangan ngemil. Inget puasa! Kalau haus jangan ngemil. Tapi minum!
Enjoy!
P.s. Kalau yang pingin pake mulmed biar syahdu ada musik-musiknya gitu, tunggu di bagian yang aku suruh ya. Kalau gak pingin pake mulmed, yasudah gapapa. Gak masalah. Itu lagu yang paling aku favoritin setiap aku main piano. Sooo sad~ sangat menyayat hati. Ugh.
P.s.s. Nanti pas baca... Gausah emosi wkwk. Ingat, ini cerita fiksi.
Enjoy sayangs!
♡ ♡ ♡ ♡ ♡
🥀🌹🥀🌹🥀
"Setelah itu? A-apa kau mendengar yang aku ucapkan setelah itu?"
"Uhm..."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku tersesat.
Tersesat dengan permainan Jungkook.
Perubahan sifatnya beberapa hari ini nyata anehnya. Seorang Jeon Jungkook memuji Lalisa Brown? Itu hal yang nyaris mustahil.
Tentu saja hatiku berbunga-bunga, bahkan bersorak bahagia ketika bibir Jungkook mengucapkan kata-kata manis-entah disengaja atau tidak-untukku.
Tetapi, diatas fakta bahwa Ia (masih) mempunyai seorang wanita dihatinya? Oh, Sayang! Logikaku menolak untuk ikut bahagia.
Ya gini, tipikal orang kena friendzone: hati dan pikiran gak sejalan.
Aku tidak bisa menerima sikap romantisnya jika masih ada Sherena di hatinya.
Hal itu sia-sia, nanti hanya membuat luka di hati semakin besar.
Aku menunggu Seungwoo untuk menghampiri mejaku dan aku akan mengatakan seluruh hal yang terjadi padaku beberapa hari ini.
