Rita sepertinya memang menyukaiku. Bahkan sampai makanan favorit pun dia tahu.
"Udah lah, gak usah. Saya belum terlalu ingin makan."
"Gapapa Bima. Ayo makan." ajak Pak Hartono.
Aku tak bisa berkutik lagi. Aku pun terpaksa ikut makan.
Selesai makan aku pun menemani dia main ludo di kamarnya. Dia bermain dengan baik, karena dia memang orang yang strategis.
"Udah ya. Udah sore nih. Aku pulang dulu ya. Kamu istirahat aja dulu."
"Ok."
"Permisi, bu, pak. Saya pulang dulu ya."
"Oh iya, hati-hati dijalan."
"Makasih udah nemenin Rita ya. Semoga dia bisa cepet sembuh."
"Amin bu. Saya permisi."
Keesokan harinya aku sengaja bangun siang agar bisa mendapat istirahat lebih. Lagipula, hari ini aku tidak sekolah.
Aku mampir ke D'coffee dulu untuk menyeruput secangkir kopi americano terlebih dahulu selagi belajar.
Aku juga iseng mencari soal-soal UAS tahun-tahun sebelumnya.
"Eh Bima. Sendirian aja." sahut Hani.
"Iya nih."
"Oh iya. Maaf ya kalo aku gak bisa ngesutradarain kelas beberapa bulan belakangan ini. Aku kena radang amandel, jadi badan tuh lemes aja."
"Iya, kamu udah ngomong di grup kok. Rita tadinya lumayan marah."
"Iya maap deh. Tadinya cuma lemes sama demam aja. Tapi lama-kelamaan jadi susah nelen, telinganya rada sakit, sama susah ngomong."
"Pas gua cek ke dokter ternyata katanya aku kena tonsilitis a.k.a radang amandel."
"Tapi sekarang mah udah mendingan."
"Yaudah, jaga kesehatan. Bentar lagi UAS."
"Iya deh. Katanya kita menang juara satu ya?"
"Iya. Tapi Rita pingsan pas turun panggung."
"Lah kenapa?"
"Kecapean. Tadi juga aku abis dari rumahnya."
"Pantesan dia gak masuk sekolah kemaren."
"Iya, dia rada sakit jadi dia gak masuk."
"Kamu ngapain?"
"Nyari soal tahun lalu."
"Oh, ikut dong."
"Boleh, tapi aku disini cuma sebentar."
"Gapapa."
(Suara notif HPnya Hani)
"David ngasih tau tadi kalo ada yang mau ketemuan sama Bu Angela buat minta jelasin materi kimia, langsung ke sekolah aja."