Chapter 10 : Empty Days

19 2 3
                                    

"Iya sih. Di new day aja." ujar Handy

"Apa tuh?"

"Jih, belum tau tah? Tempat makan baru di mall ini. Banyaknya makanan zaman now semua."

"Yaudah deh, coba yuk."

Ya seperti inilah kehidupanku setelah ujian, bebas. Bebas mau melakukan apa saja tanpa ulangan harian menanti, tanpa tugas menanti. Namun sayang, ini masih semester 1. Jika ini semester 2, aku akan merasa jauh lebih bebas.

Memang, minggu pertama masih fine aja. Namun lama kelamaan, semakin msmbosankan dan membuat otak keruh.

Untungnya sekolah masih mengadakan kegiatan-kegiatan setelah UAS. Tapi tetap saja, kami merasa bosan dengan acara yang hanya seperti itu.

Kami tetap dipaksa untuk menonton, sehingga sangat menyiksa. Aku sendiri menganggap kegiatan-kegiatan tersebut sangat menyita waktu bebas kami.

Buat apa diadakan kegitatan seperti itu? Nilai kita tidak terpengaruhi oleh ketidakhadiran kita.

Aku selalu ingin protes dengan semua kegiatan ini, seperti perlombaan olahraga, cerdas cermat, desain poster, dll. Aku selalu berpikir bahwa kegiatan-kegiatan seperti itu sangat membuang waktu dan tenaga.

Aku berpendapat demikian karena tidak semua kelas jago dalam hal tertentu misalnya, olahraga. Atau dalam bidang lainnya. Jika semua diikutsertakan, kita akan berakhir dengan pemenang juara yang itu-itu lagi.

Aku lebih baik menjalani hari yang kosong, daripada harus menonton acara tidak berguna seperti itu.

Rita berpikiran sebaliknya. Dia berpikir bahwa kegiatan seperti itu dapat mengasah kemampuan lain yang tersembunyi di setiap kelas.

Di samping itu, dia juga berpikir kegiatan seperti itu dapat mengisi waktu kosong yang kita miliki dengan hal positif.

Itulah sebabnya aku sangat jarang bersama dengan Rita semenjak dia dekat padaku.

"Rita, perlu banget tah nonton ginian? Gak guna gak sih?"

"Sebentar aja deh. Lagi seru-serunya nih."

"Apa serunya coba ngeliatin orang main bola. Btw, gua gak terlalu suka bola."

"Hah? Lu gak terlalu suka? Wah lu bukan cowok."

"Emang kalo cewek gak suka dandanan bukan cewek gitu?

"Gak juga sih."

"Gua juga sama. Emang cowok harus suka bola? Suka ato gak itu hak gua."

"Ok. Santai dong."

"Gimana mau santai, lu aja udah ngambek gitu ngomongnya."

"Nggak gitu, gua cuma kaget aja."

Seperti itulah sukanya Rita pada bola.

Namun bukan hanya aku yang tidak setuju akan hal ini. Banyak temanku yang juga tidak setuju akan adanya kegiatan seperti ini. Kedua sahabat karibku juga tidak setuju.

Tapi aku tidak bisa mengelak. Memang aku harus mengikuti kegiatan ini, entah aku menyukainya atau tidak.

"Libur kamu mau kemana?" tanyaku

"Aku belum tau. Tapi kayaknya mau jalan-jalan ke Singapur. Kamu?" jawab Rita.

"Aku masih belum tau. Radakan males buat kemana-mana. Ngabisin duit."

"Emang maunya ngapain kamu?

"Paling kerja dirumah. Bantuin kerjaan pembantu, belajar buat UN."

"Rajin amat lu. Gua mah bodo amat lah."

"Eh jangan gitu lah. Pembantu kamu juga manusia."

"Ya bukan begitu juga. Aku juga kadang bantuin, tapi gak serajin itu buat bantuin pembantu, apalagi soal belajar buat UN."

"Lu mah kan pinter. Gua mah apa?"

"Sori deh. Tapi kalo emang bisa jalan-jalan, mau ngapain."

"Gak terlalu kepikiran mau kemana. Emang udah terbiasa di rumah kalo libur. Aku tadinya pengen bikin channel Youtube.

"Hah? Serius?"

"Iya sih. Bete gak ngapa-ngapain mah. Gua kan punya kamera ama PC. Mendingan shoot video Youtube."

"Selain ke Singapur, mau ngapain lagi libur?"

"Gua pengen nyari PT yang jurusan hubungan internasional-nya bagus. Sukur-sukur dapet PTS."

Di tengah obrolan, Handy dan Kevin memotong.

"Eh, lu berdua disini rupanya. Gua nyariin. Eh Rita, lu tadi dicari Pak Ridwan."

"Oh iya tah, gak denger pengumuman. Ada dimana sekarang?"

"Di Auditorium."

"Ok."

"Kalian ngomongin apa tadi?"

"Soal liburan."

"Oh."

"Lu mau ngapain aja libur?"

"Gak tau. Liat aja nanti lah."

"Gua juga. Pengennya mah jalan-jalan, tapi kalo gak males itu juga."

Rita pun datang kembali.

"Cepet amat."

"Iya lah, tadi ketemu Pak Ridwan di kantin."

"Oh pantes."

"Katanya bagi rapot besok."

"Ok. Artinya bentar lagi libur."

"Iya."

Kami pun terus melanjutkan obrolan kami selagi menonton pertandingan bola terakhir kegiatan ini. Rita terus saja bersikap agak kekanakan. Namun dia bersikap demikian hanya saat ada sohibku, seperti yang sudah di program demikian.

Malamnya aku pun sedikit tidur malam, karena tau bahwa aku tidak perlu ke sekolah untuk mengambil buku raport

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malamnya aku pun sedikit tidur malam, karena tau bahwa aku tidak perlu ke sekolah untuk mengambil buku raport. Terbesit pikiran untuk iseng membaca buku pelajaran sebelum tidur, tapi tidak jadi.

Seperti inilah kehidupanku setelah selesai bagi raport. Kosong, tak berisi sesuatu yang berguna. Tapi ini memang sesuatu yang aku suka, jadi ya sudah lah. Aku pasti tidak akan punya banyak cerita tentang liburan saat masuk nanti, tapi kita lihat saja. Mungkin ada suatu pelajaran yang bisa kupetik dari hari liburku nanti.

(To Be Continued....)

The Missing PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang