-t h r e e

39.8K 2.2K 35
                                    



Ahra menegakkan badannya dengan gugup, otaknya bahkan tak dapat berpikir jernih untuk mencari cara agar bisa kabur dari laki-laki itu saat ini.

"Ada sesuatu yang kau cari, nona Choi?" ucap Sehun tanpa menatapnya.

Dengan penuh kegugupan dan kepanikan dia menjawab pertanyaan laki-laki itu, "Ya," ucapnya.

Sehun berdiri dan menumpukan kedua siku di mejanya, lalu merogoh kantung kemejanya, mengeluarkan sesuatu berwarna kuning dan biru dari sana. "Mungkin ini yang kau cari?" lanjutnya lagi, kali ini menunjukkan sebuah benda kecil berbentuk tokoh Minions.

Mata Ahra segera melebar melihat benda yang berada di genggaman laki-laki itu. Yap, itu Flashdisk-nya yang amat sangat berharga. Semua tugas-tugas penting milik Ahra ada di dalam sana. Dan berita buruknya, laki-laki yang paling dia hindari selama ini memiliki benda itu di genggamannya. Ahra yang malang.

Kali ini Ahra bingung harus mengatakan apa. Tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Dia hanya berdiri disana, panik dan bingung bagaimana harus mengatasi keadaan yang terjadi.

"Ambillah. Aku tau kau ingin benda ini kembali, 'kan?"

Hanya untuk informasi, tugasnya yang berada di Flashdisk itu paling tidak membutuhan waktu tiga bulan untuk mengerjakannya, dan itupun belum tuntas seluruhnya. Ahra bersumpah dia tidak sudi mengorbankan tiga bulan lagi waktunya untuk mengerjakan ulang tugas itu. Harinya sudah cukup buruk dengan tiga bulan sebelumnya, dalam beberapa malam dia harus begadang dan bahkan tidak tidur sama sekali.

Jadi dengan berat hati Ahra mendekati posisi laki-laki itu, yang sejak tadi masih menunjukkan benda berharga itu di tangannya. Tangan Ahra sudah hampir mencapai Flashdisk-nya saat Sehun tiba-tiba kembali menarik tangannya dan kembali meletakkan benda itu di saku kemejanya.

Ahra yang terkejut refleks menatap Sehun, dan yang ditangkap Ahra adalah aura gelap dari laki-laki itu. Dia menatap Ahra dengan tajam, dan gadis itu sadar betul bahwa itu adalah ekspresi yang ditunjukkan saat orang sedang marah.

"Kau menghindariku." Ucap Sehun dengan intonasi rendah, memperlihatkan kemarahannya secara terang-terangan di depan gadis itu. "Kenapa?" lanjutnya.

Meskipun begitu, Ahra tidak gentar. Dia tidak akan menunjukkan rasa terintimidasi sedikitpun pada laki-laki itu. "Aku tidak." Ucapnya pendek, merutuk saat mendengar ada sedikit nada ketakutan pada suaranya.

Sehun mendengus jengkel mendengar jawaban Ahra. "Selama empat minggu ini kau selalu lari saat melihatku, apa itu bukan menghindar namanya?"

Kali ini Ahra tidak dapat menjawab.

"Kukira setelah malam itu aku adalah orang spesial bagimu. Kita saling tertarik, tapi kenapa kau selalu menyangkalnya dengan menghindariku?" laki-laki itu kembali bersuara.

Tertarik, huh?

Sepertinya Sehun salah tentang asumsi itu, karena Ahra tidak-well, mungkin hanya sedikit-memiliki ketertarikan kepada laki-laki itu.

"Apakah kita begitu?" Ahra akhirnya bersuara, dan Sehun menatapnya dengan berbahaya.

"Ya. Kau tidak pernah sekalipun absen pada mata kuliahku. Kau selalu hadir meskipun kemudian kembali melarikan diri. Bukankah itu artinya kau tertarik, padaku? Atau aku salah?" Sehun membalas ucapan gadis itu yang kembali mencoba untuk menyangkal kenyataan.

Ahra menatapnya dengan jengkel. Betapa arogannya laki-laki ini, menyimpulkan segala sesuatu hanya dari sudut pandangnya.

Memangnya dia pikir dia ini siapa?

Been Through · osh✔ [ TELAH TERBIT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang