"Hiks hiks.." (Y/N) kembali ke kamarnya. Tangisannya pecah saat ia sampai di ambang pintu kamarnya.
"(Y/N)-san?" Ucap Subaru dan Yui bersamaan. Mereka kaget, apa yang terjadi pada (Y/N)?
"Ke..kenapa kamu menangis?" Tanya Subaru. (Y/N) masih melanjutkan tangisannya sampai kursi rodanya berjalan ke pinggir ranjangnya.
"Tolong, bantu aku naik. Hiks hiks.." pinta (Y/N). Yui dan Subaru membantunya menaiki ranjang.
"Jadi, kenapa kamu menangis?" Tanya Subaru lagi.
"Ada apa, (Y/N)-san?" Raut wajah Yui memperlihatkan kekhawatiran.
"Aku..hiks hiks.. dokter bilang umurku.. hiks hiks.. tinggal 5 bulan lagi.. hiks hiks.. huaaa!" Teriak (Y/N). Yui mengelus - elus pundak (Y/N) agar ia lebih tenang.
"Itu hanya perkiraan. Belum tentu terjadi." Hibur Subaru sambil memeluk (Y/N). (Y/N) menangis sejadi - jadinya di pelukan Subaru. Kemeja Subaru penuh dengan air mata (Y/N).
"Betul sekali. (Y/N)-san masih bisa sembuh!" Timpal Yui ikut menyemangati (Y/N). "Jangan pesimis, okay?"
(Y/N) mengangguk kecil. "Terimakasih banyak. Hiks hiks.. kalian adalah vitamin nggak langsung buat aku. Hiks hiks.."
"Kita bakalan temenin kamu di sini sampai kamu sembuh." Subaru tersenyum miris melihat keadaan kekasihnya. Ia mengecup kening (Y/N) sekilas.
"Waktu itu kamu yang bilang sendiri, nggak akan ada hal yang mustahil di dunia ini. Ya, kan?" Subaru menatap (Y/N) lekat - lekat. Wajah (Y/N) memerah karena menangis, nafasnya tak beraturan, matanya merah.
Subaru mengusap air mata (Y/N). "Nggak ada gunanya kamu menangis. Jangan nangis lagi."
"I..iya." (Y/N) mengusap air matanya dengan kasar. Ia meraih selimut yang ada di hadapannya dan membaringkan tubuhnya di ranjang.
"Aku mau tidur dulu." Ucap (Y/N) lirih. Subaru dan Yui mengangguk pelan.
"Selamat tidur, sayang." Subaru tersenyum kecil sambil mengusap rambut (Y/N). (Y/N) ikut tersenyum. (Y/N) memejamkan matanya.
Subaru kembali duduk di sofa kamar (Y/N). Diikuti oleh Yui.
"Hei, Yui. Kita harus tetap menemani (Y/N) sampai dia sembuh." Pinta Subaru.
"Baiklah. Masalah pernikahan kita, itu semua sudah siap. Rencana kita akan berjalan lancar." Ucap Yui puas.
Subaru tersenyum miring. "Bagus. Semuanya udah siap, kan?"
"Tentu saja. Subaru-kun jangan khawatir." Yui mantap dengan keputusannya.
DEG
"A..apa? Aku nggak salah dengar? Subaru-kun mau menikah dengan Yui-san, ya?" Batin (Y/N) sedih. Air mata (Y/N) menetes satu demi satu. Sejujurnya, ia belum sepenuhnya tidur. Ia mendengar semua yang dibicarakan Subaru dan Yui.
"Tapi, kenapa? Bukannya Subaru-kun itu pacarku? Kenapa Subaru-kun tega? Apa karena perempuan seperti aku nggak pantas dinikahi karena umurku pendek? Iya?!" Air matanya membasahi bantal (Y/N). Subaru dan Yui tidak menyadari hal tersebut, karena (Y/N) tidur membelakangi mereka.
"Iya, aku tahu aku nggak pantas dinikahi. Seharusnya, Subaru-kun bilang sejak awal kalau dia nggak mencintai aku." Katanya di dalam hati. Sesak sekali mendengar pembicaraan mereka.
"Lebih baik tidur." Batin (Y/N) menghentikan tangisannya. Tak lama kemudian, (Y/N) tertidur dengan pulas.
"Ano.. Subaru-kun, kenapa bantal (Y/N)-san basah?" Tanya Yui heran. Ia menunjuk - nunjuk bantal (Y/N) yang penuh air mata.
"Hm, Yui, sepertinya dia dengar pembicaraan kita." Ucap Subaru sambil memperhatikan (Y/N) yang sudah tertidur pulas.
"Aduh, bagaimana kalau (Y/N)-san berfikiran negatif tentangku?" Yui khawatir.
"Suatu saat nanti dia akan tahu kebenarannya." Ucap Subaru mantap.
Haloha readers! Maaf ya updatean kali ini lebih pendek dari biasanya (╥﹏╥) karena Author tangannya lagi pegel hehehehe.... harap maklum ya!
Kayanya satu chapter lagi bakalan tamat. Lebih tepatnya, chapter selanjutnya adalah epilog!! Yeaaaa
HAPPY ENDING ATAU SAD ENDING YA???
KAMU SEDANG MEMBACA
MY BOYFRIEND? [Subaru Sakamaki X Readers] {COMPELETED}
FanfictionTidak sengaja Subaru menemukan gadis yang sedang menangis di halaman belakang sekolahnya. Subaru menghampiri gadis malang itu. Gadis itu mengaku kalau dirinya adalah korban bullyan. Sejak saat itu, mereka menjadi sepasang sahabat. Bertahun - tahun l...