chapter 10

958 100 4
                                    

"Subaru, ayah akan menjodohkanmu dengan Yui. Ayah dan orang tua Yui sudah melakukan kesepakatan sejak satu tahun yang lalu. Apakah kamu bersedia?" Ayahnya menatap Subaru yang sedang duduk di hadapannya.

Subaru menghela nafas kasar. "Ayah, aku ini laki - laki. Aku bisa mencari gadis pujaan hatiku sendiri." Tolak Subaru.

Gadis bersurai pirang pucat itu menatap Subaru sedih. Kecewa. "Tidak apa - apa, paman. Aku juga tidak mau memaksa Subaru-kun."

"Dengar Subaru, kalau kamu menolak ayah, berarti kamu adalah anak durhaka." Tegas ayahnya.

Pikirannya sudah kacau. Ayahnya telah mengutuknya menjadi anak durhaka kalau ia menolak permintaan ayahnya. Subaru menolak permintaan ayahnya karena ia sudah mempunyai gadis yang mengisi hatinya. Bukan gadis yang dijodohkan dengannya.

"Bukan begitu, ayah. Aku..hanya tidak merasa seperti laki - laki jika dijodohkan. Aku betul - betul tidak ada niatan untuk membangkang ayah. Maaf." Tolak Subaru pelan.

"Kau ini!"

"...baru-kun."

"Subaru-kun!"

Subaru tersadar dari lamunannya. Ia menatap gadis yang tengah duduk di sampingnya.

"E..eh? Ada apa?" Tanya Subaru.

"Justru aku yang harus bertanya. Kenapa Subaru-kun terus melamun sejak kemarin?" (Y/N) balik bertanya.

"Aku nggak ada apa - apa." Jawab Subaru berbohong.

"Nggak apa - apa bagaimana? Jelas - jelas sejak kemarin Subaru-kun terus melamun. Pasti ada yang sedang difikirkan, kan?" (Y/N) mengetahui sahabatnya sedang dalam masalah.

"Cerita aja. Jangan malu. Aku ini sahabat Subaru-kun." Lanjut (Y/N). Ia tersenyum seperti biasanya. Namun, luar biasa bagi Subaru.

"Nggak mungkin aku cerita masalah ini." Batin Subaru.

Subaru mengelus rambut (Y/N) pelan. "Jangan khawatir. Aku nggak apa - apa."

(Y/N) menatapnya. "Subaru-kun yakin? Kalau ada apa - apa lagi, ceritakan. Ya?" Pinta (Y/N).

"Siapa tahu aku bisa membantu semampuku." Lanjut (Y/N).

Subaru tersenyum kecil. Ia mengangguk.
"Jangan terlalu difikirkan, (Y/N)-san. Yakinlah bahwa aku selalu dalam keadaan baik."

"Fikirkan kesembuhanmu." Lanjutnya.

"Aku nggak terlalu memikirkan itu. Aku hanya memikirkan kebahagiaan Subaru-kun. Memikirkan bagaimana cara membuat Subaru-kun terus tersenyum." Ujar (Y/N).

"Bicara apa kamu ini? Kesembuhan itu yang terpenting. Kan aku pernah bilang, senyummu adalah yang membuatku ikut tersenyum."

(Y/N) mengulum senyum terpaksa. "I..iya."

(Y/N) kembali melamun. Kejadian kemarin sore teringat lagi.

"Nona (Y/N), saya akan mengatakan sesuatu kepada anda. Tapi, mohon bersabar untuk mendengarnya, ya."

"Baik, dok." Ucapnya mantap.

"Sebaiknya Nona sering - sering beristirahat. Karena--"

"Apa kondisi saya sudah memburuk, dok?" Potong (Y/N).

Dokter itu menghela nafasnya. "Iya. Kemungkinan kesembuhanmu tersisa 30%."

DEG

"Tapi, Nona tidak boleh menyerah. Tetap semangat! Mungkin, obat yang paling ampuh adalah kasih sayang dari orang yang Nona sayangi. Dan mungkin, yang Nona....

Cintai."

(Y/N) terlonjak dengan kata - kata dokternya. "Yang saya cintai?"

"(Y/N)-san, apa kamu udah nggak pernah berobat ke rumah sakit lagi?"

Suara Subaru membuyarkan lamunannya. (Y/N) menatap Subaru yang tengah memperhatikannya.

"A..aku masih berobat kok." Ucapnya.

Subaru hanya ber-oh-ria. "Gimana? Kesehatan kamu membaik?"

DEG

"I..iya. Membaik." Ucap (Y/N) mengulum senyum terpaksa.

"Nggak, (Y/N). Kamu bohong." Batin Subaru sambil menatap (Y/N) khawatir.

"Hmm.. aku masuk ke kelas dulu, ya." Pamit Subaru. Ia berdiri dari tempatnya.

"Oh, boleh. Sampai nanti!" (Y/N) melambaikan tangannya dan tersenyum manis. Subaru mengangguk dan berjalan menuju kelasnya.

(Y/N) yang tengah sendirian di taman belakang sekolah itu menatap langit sendu. Ia menghela nafas panjang.

"Jika aku mencintai Subaru-kun, apa aku bisa membuat Subaru-kun bahagia? Umurku ini nggak akan betahan lama. Kalau Subaru-kun punya pasangan seperti aku, hanya sia - sia, kan? Nggak akan bisa bersama pasangannya sampai akhir hayatnya, kan?" Batin (Y/N) bimbang.

"Walaupun aku mencintai Subaru-kun, aku rela Subaru-kun bersama perempuan lain yang jauh lebih baik dari aku. Melihatnya tersenyum itu sangat membuatku senang." Ucap (Y/N) di dalam hati sambil menyenderkan badannya di pohon.

"Tapi, apa aku akan menyerah semudah itu?" Gumamnya bertanya pada diri sendiri.

"Hei, (Y/N)-san." Panggil seseorang sambil menepuk bahu (Y/N). (Y/N) menoleh ke arah orang yang menepuk bahunya.

"Oh, Subaru-kun? Ada apa?" Tanya (Y/N). Subaru ikut duduk bersandar di sampingnya.

"Aku cuma mau menemani kamu." Jawab Subaru. "Hmm... juga membicarakan sesuatu." Lanjutnya.

(Y/N) yang merasa akan ada hal serius langsung menatap Subaru. "Boleh."

Subaru menghela nafas panjang. Ia mengeluarkan sesuatu dari belakang punggungnya. Subaru tersenyum kecil.

"Aku ingin kamu jadi pacarku." Ucap Subaru tegas sambil mengeluarkan kalung perak dengan liontin berbentuk hati.

"Karena aku mencintaimu." Lanjut Subaru dengan penuh penekanan.

(Y/N) tersenyum lembut. Pipinya agak memerah. Kalau Subaru? Tak perlu ditanyakan lagi. Pipinya semerah kepiting rebus!

"Aku mau. Karena aku mencintai Subaru-kun juga." Ucap (Y/N) pelan.

Subaru menarik badan (Y/N) ke pelukannya. Ia memeluknya.

"Tapi, sebelum itu bolehkah aku bertanya?" (Y/N) memberanikan diri untuk bertanya.

Subaru menatapnya serius. Sebagai tanda bahwa (Y/N) boleh bertanya.

"Kenapa Subaru-kun mencintaiku? Nggak ada yang sepesial dari aku. Lagi pula, umurku--" ucapan (Y/N) terpotong oleh Subaru.

"Karena kamu berbeda. Nggak sombong, baik hati, ramah, pengertian, dan cantik." Ucap Subaru sambil memalingkan wajahnya dari (Y/N). Keduanya sama - sama blushing.

"...riang dan bersemangat walaupun banyak cobaan yang harus dihadapi." Lanjut Subaru.

"Be..begitukah? Teri..terimakasih banyak, Subaru-kun!" (Y/N) tidak berani menatap Subaru.

"Aku juga nggak akan mempermasalahkan umur. Karena cinta itu tak terbatas." Ucap Subaru sambil tersenyum kecil. Mata (Y/N) berbinar.

"Ya, benar. Cinta itu tak terbatas dan tak akan mati." Timpal (Y/N).

"PJ!!! PJ!!!"

"Pajak jadiannya!!!"

"Traktir!!! Makan bersama!!!"

"Pasangan baru!! Eaaaa...."

Teriakan yang tak asing di telinga Subaru membuatnya geram. Siapa yang berani - beraninya mengganggu keromantisannya? Huh, menyebalkan!

Di balik pohon yang lain, terdapat Sakamaki Brothers yang sejak tadi memperhatikan mereka. Mereka tertawa melihat Subaru yang mendeath glare mereka. Sedangkan (Y/N), dia melambaikan tangannya dan tersenyum kepada Sakamaki Brothers.

MY BOYFRIEND?   [Subaru Sakamaki X Readers]  {COMPELETED}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang