"Kau tahu ? Waktu itu aku nyaris pingsan melihatmu dihisap masuk ke dalam cermin itu" Ungkap Mark
"Oh ya ?"
"Kuberitahu ya Mark, selama kau bersama saudaraku ini kau bakal banyak mengalami kejadian-kejadian mistis yang lebih mengerikan daripada itu. Hahaha, yang semangat ya, Mark" Shin menepuk-nepuk punggung Mark kasar, ia menyemangati dengan gaya sarkasnya.
"Ya ampun, uhukk-uhuk.. ! Aku jadi tidak sabar .. Uhuk-uhuk!"Mark terbatuk-batuk karena tepukan kasar Shin di punggngnya.
"Sejujurnya agak sedikit kesulitan mengatasi hantu penghuni cermin itu. Dia hantu jenis Banshee" Aku memberitahu.
"Banshee ? Bagaimana kau tahu ?" Tanya Mark yang jelas tidak familiar dengan jenis-jenis hantu.
"Tentu dia tahu, dia sudah lama malang melintang di dunia persetanan. Bahkan semenjak kecil dia menghabiskan lebih banyak waktunya untuk bergaul dengan teman-teman setannya dibandingkan berteman denganku" Sindir Shin.
"Ya, itu karena terlebih dahulu kau sendiri sejak kecil lebih mementingkan obsesi sains-mu daripada bermain denganku" Protesku balik
"Apa kau tidak bisa membedakan antara obsesi dan panggilan jiwa ?" Balasnya.
"Uh.. Uhm maaf ya, mbak. Aku sedang malas berpikir" Kelakarku
"Ya sudah dik, ayo kita main-main. Kan katanya tadi kamu pingin main sama aku.. Ayo mau main apa ? main petak-umpet ? Main masak-masakkan ?" Kelakarnya sambil mengimut-imutkan wajahnya.
"Idiiiiiih, ogah" Keluhku
"Wah, kayaknya menyenangkan sekali punya saudara" Ucapnya lalu tersenyum membayangkan sesuatu. Mark adalah seorang anak tunggal.Malam ini, tepat pukul tujuh malam Nida mengajak kami ketemuan di suatu Café yang tidak jauh dari rumahku. Sedangkan Shin bersikeras untuk ikut karena ia ingin ditraktir sesuatu.
"Kak Shiraaaaaaaaa !" Seorang anak kecil tiba-tiba memelukku dari samping
"Wow, Tommy !" Aku mengacak-acak rambut anak kecil itu dengan gemas
"Oh, sejak kapan kau suka dengan anak kecil ??" Gumam Shin
"Hey budy! Kau masih ingat aku yang keren ini kan ?" Ucap Mark kepada Tommy sambil mengedipkan satu matanya.
"Weeek !" Ejek Tommy kepada Mark."Hai Shira, Mark, dan..." Sapa Nida begitu ia bergabung di meja kami dan Tommy malah memilih duduk di pangkuanku.
"Oh, ini Shin. Saudaraku"
"Hai, Shin. Aku klien pertama Shira""Sial, sepertinya adikmu menyukai Shira. Sainganku berat sekali" Ucap Mark kepada Nida. Lalu disambut tawa oleh kami semua.
"Maksudku ingin mengajak bertemu disini karena aku ingin menyerahkan ini" Nida menyodorkan sebuah amplop yang agak tebal.
"Tunggu.. tunggu. Sekarang bagaimana dengan rumahmu ? Apa masih muncul gangguan-gangguan lagi ?" Aku menahannya dulu
"Sama sekali tidak ada semenjak kau meninggalkan rumahku, bahkan meski kami telah membeli cermin-cermin yang baru. Bahkan sudah tidak ada lagi serangan mati lampu .. " Jelas Nida
"Syukurlah kalau begitu" Aku cukup lega.
"Ngomong-ngomong, aku juga bawa hasil rekaman kejadian yang waktu itu. Apa kau ingin membawanya pulang sebagai kenang-kenangan ? Hehe" Tambah Mark
"Oh tidak maaf, terima kasih" Nida langsung menolaknya
"Okee, tidak apa-apa" Balas Mark.
"Jadi aku mohon terimalah ini.." Nida kembali menyodorkan amplopnya.
"Kalau menurutmu itu harga yang pas untuk hasil kerja kami, maka akan kami terima dengan senang hati" Aku tersenyum.***
"Bye Tommy.." Ucapku usai mencium pipinya, lalu ia membalas dengan hal serupa.
"Sampai jumpa semuanya.."Pamit Nida kepada kami sambil menggandeng adiknya."Aku iri sekali dengan Tommy. Dia menang banyak hari ini" Ucap Mark sambil memperhatikan mereka berdua pergi.
"Kau iri ? Maksudmu kau ingin dicium juga, begitu ?" Tanya Shin.
"Jelas" Jawabnya sambil tersenyum-senyum sendiri melamunkan sesuatu.
"Shira ayo cium Mark juga. Kau harus bertindak adil" Kelakar Shira. Aku jadi merasa terpojok dan Mark masih tersenyum sambil menerawang jauh."Hei apa kalian tidak ingin memesan sesuatu lagi ? Mumpung tadi dapat rezeki.. Hehe" Aku mencoba mengalihkan pembicaraan.
***
TAP TAP TAP TAP !
Aku mendengar suara kaki yang cepat lewat di lorong depan kamarku. Buru-buru aku membuka pintu untuk melihatnya. Kaki itu berbalik melintas dengan cepat melewati depan kamarku lagi lalu menuruni tangga. Sepasang kaki yang hanya semata kaki dengan kuteks merah di kukunya.
Kuperhatikan Ika yang masih stay di tempat favoritnya, diatas lemari bajuku. Ia terkekeh dengan mata kosongnya dan senyum lebar itu.
"Kenapa kau membiarkan kakimu berkeliaran seperti itu ?" Kataku begitu menyadari kalau kakinya putus hingga semata kaki. Ia terkekeh-kekeh lagi. Mungkin dia memang kurang kerjaan.
"Hei aku punya cermin baru. Bagaimana menurutmu ? Keren ?" Aku berdiri di depan cermin gaya etnik 'pemberian' keluarga Nida Waktu itu. Ika hanya terkekeh.
Sebenarnya cermin itu tidak cocok dipasang dikamarku. Namun cermin itu lebih aman bila berada di tempatku.
Sekelebat bayangan hitam muncul dari pantulan bayangan cermin. Bayangan itu berhenti di sampingku yang berdiri di depan cermin. Lalu muncul bayangan hitam lagi. Ia berhenti di sisiku yang satunya. Lalu muncul terus menerus bayangan hitam hingga mereka semua memenuhi cermin itu. Dan dengan bersamaan mereka memperlihatkan matanya yang menyala merah. Mereka bukan Banshee seperti yang waktu itu, mereka lain.
Aku dengan reflek menutupi wajahku dengan tangan karena aku tidak ingin melihat mereka dan aku tidak tahu apa yang ingin mereka perbuat kepadaku.
TIDAK
Mata merah mereka semakin menyala.
KALAU KALIAN MENGIRA AKU TAKUT DENGAN KALIAN. MAKA KALIAN SALAH BESAR
Aku tidak lagi menutupi wajahku
KARENA AKU LEBIH MENGERIKAN DARIPADA KALIAN
Kepalaku memunculkan tanduknya dan warna bola mataku semua berubah menjadi kelabu, dan aku menyeringai dengan seluruh gigiku yang tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shira The Demon Hunter
Mystery / ThrillerShira, cewek SMA berkemampuan supranatural yang sering berurusan dengan hantu dan mahluk halus lainnya. Terutama saat ia memutuskan untuk menjadi demon hunter yang menolong orang-orang disekitarnya yang terkena gangguan mahluk-mahluk astral tersebut.