Episode : Ancaman Masa Lalu (Bagian 4)

109 13 3
                                    

"Hei Mark, aku ingin bicara denganmu" Kataku kepada Mark ketika ia masuk ke perpustakaan.
Mark mengikutiku dengan wajah lesunya.

"Mark, kenapa ekspresi wajahmu kusut begitu ?" Tanyaku saat kami menemukan tempat duduk yang pas untuk mengobrol.
"Entahlah, mungkin karena aku kepikiran Shira" Jawabnya sambil membetulkan posisi kacamatanya.
"Itu juga yang sebenarnya ingin kubicarakan"
"Apa Shira juga menghindarimu ?" Tanya Mark tepat
"Sudah dua hari Shira tidak mengajakku bicara"
"Aku juga. Memangnya dia kenapa ?"
"Aku masih belum tahu apa penyebab sesungguhnya. Ia jadi sangat tertutup selama dua hari ini. Bahkan Shira tidak mau berangkat sekolah dan pulang bersamaku seperti biasanya"
"Menurutmu apa yang terjadi padanya ?"
"Mungkin ini semenjak waktu itu ia bermimpi sesuatu. Ia sama sekali tidak menceritakannya kepadaku. Hanya ayahku yang terakhir kali ia ajak bicara. Ia menyebut-nyebut ibunya waktu itu"
"Memangnya kenapa dengan ibu Shira?"
"Waktu Shira masih anak-anak ia pernah mengalami kerasukan yang aneh. Dan peristiwa itu membuat Ibu Shira menghilang. Entahlah , seperti pergi tanpa mengucapkan perpisahan apapun. Shira mengira ia telah melakukan hal jahat kepada ibunya yang membuatnya pergi meninggalkannya"

"Apa peristiwa kerasukan itu yang membuat Shira bisa melihat mahluk tak kasat mata ?!"

"Sshhhhhh" Aku mengisyaratkan kepada Mark untuk berbicara pelan saja karena murid-murid disekitar kami merasa agak terganggu mendengar nada bicara Mark yang mendadak meninggi.
"Tidak, tidak. Shira sudah bisa melihat mahluk halus jauh sebelum peristiwa itu"
"Kau yakin Shira berubah sikap hanya gara-gara hal itu ?"
"Aku yakin tapi aku juga berpikiran mungkin ia begitu karena tersinggung perkataanku. Tapi agak tidak masuk akal, kalau cuma ia tersinggung perkataanku ia tidak akan menghidarimu juga seperti itu. Kesimpulan terakhirku adalah ia kini sedang tertekan"
"Apa yang harus kita lakukan kalau begitu, Shin?"
"Mudah saja. Pulang sekolah nanti kita temui dia dan kita ajak bicara bertiga untuk mencari kejelasan dan solusinya"
"Baiklah aku setuju" Sahutnya sambil tersenyum lega.

Menit-menit berlalu dan Mark masih tersenyum sendiri. Aku mulai mempertanyakan kewarasannya.

"Hei Mark, Kau tidak apa-apa ? Sampai kapan kau mau tersenyum terus ?
"Hehehe, aku hanya baru menyadari kalau sikap aroganmu mendadak menghilang saat Shira tertimpa masalah"
"Itu karena aku sangat perduli. Shira itu saudaraku satu-satunya" Balasku apa adanya.

-x-

Seperti dugaan kami sebelumnya. Ia benar-benar menolak ajakanku dan ajakan Mark untuk pulang sekolah bersama. Jadi kami memutuskan untuk mencegatnya saat ia berjalan sendiri di jalan sepi. Ini sebenarnya jauh lebih mirip menghadang orang daripada mencegatnya.

Aku berdiri di depan Shira langsung. Sedangkan Mark berdiri beberapa meter di belakang Shira untuk berjaga-jaga kalau Shira berniat kabur dariku lewat belakang, maka Mark bisa langsung mencegahnya.

"Shira kita harus bicara, oke ? Kami tidak bisa melihatmu seperti itu terus. Kami akan mudah menolongmu kalau kau mau berbagi masalahmu" Jelasku
"Shin, biarkan aku lewat, please .." Ia berbicara dengan suara lirih.

"Tidak bisa ! kau harus membicarakan semuanya dengan kami terlebih dahulu !" Aku mencengkram bahunya agak kesal.
"Shin, aku tidak mau membahayakan kalian semua.." Ia menyentuh lenganku. Telapak tangannya terasa panas di lenganku.
"Memangnya apa yang bisa membahayakan kami?"

Shira tidak menjawab. Kemudian ia jatuh pingsan
Aku bermaksud meraihnya tapi tidak sampai. Beruntung, Mark dengan sigap menangkap tubuh Shira yang ambruk.

Mark menahan bahunya. Ia menyentuh kening dan pipi Shira.
"Panas sekali, mungkin ia sedang demam tinggi" Kata Mark sedikit cemas
"Shira ? Kau dengar aku ? Shira !" Aku mencoba memberinya respon suara agar terbangun
"Shin, kita harus bawa Shira ke rumah sakit" Ucap Mark yang melihat Shira terkulai lemas tidak merespon apa-apa.
"Mark, kita tidak bisa ke rumah sakit dengan keadaan Shira yang seperti ini" Ucapku saat melepas tudung jaket di kepala Shira yang sudah bertanduk.

Shira The Demon HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang