Episode : Taman Hiburan (Bagian 2)

124 13 10
                                    

“Wah, Tom.. tas ranselnya besar banget. Mau tamansya apa mau minggat dari rumah tuh?” Kelakar Mark usai melirik tas ransel di punggung Tommy.
Tommy membalas kelakar Mark hanya dengan memanyunkan bibir cemberutnya. Aku membantu Tommy melepas tas ransel di punggungnya agar ia bisa duduk dengan nyaman di kursi kereta.

“Sudahlah Mark, berhenti menggoda Tommy” Sergahku

“Hehehe..” Mark nyengir sambil menyalakan handycam-nya. Ia seperti bersiap untuk merekam perjalanan kami semua.

“Jangan bawa ransel berat-berat lagi Tommy nanti punggungmu capek. Tasmu ini isi apa saja memangnya ?” Akhirnya aku kepo.

“Hm, tasku ini isinya ya, jas hujan, payung lipat, mainan remote control, buku cerita, baju ganti, air minum terus bekal. Kalian jangan ada yang minta bekalku, oke?” Tommy memperingatkan.

“Buset, prepare banget nih anak.. Macem-macem yang dibawa” Sahut Mark yang mengarahkan Handycam-nya ke Tommy.

“Tommy mau aku suapi bekalnya ?” Aku menawarkan diri.

“Boleh kalau kak Shira yang menyuapi..” Katanya sambil wajahnya sedikit bersemu merah.

Aku meraih bekal Tommy. Membuka penutupnya, menyendok makanannya lalu menyuapi diriku sendiri.

“Aaaaah, kak Shira gimana sih ? Malah dimakan sendiri bekalku” Protes Tommy dengan bibirnya yang mendadak manyun puluhan kilometer.

“Hahaha, akalmu licik sekali Shira” Tawa Mark lepas

“Wah, enak loh..” Kataku setelah mengunyah makanan dimulutku.

Akhirnya kereta ini berangkat juga. Sangat lama sekali aku tidak menumpangi kereta.

“Memangnya kita mau ke taman hiburan mana ? Kenapa pilih tempat yang agak jauhan kalau di kota kita sendiri ada ?”

“Kita ini mau ke taman hiburan yang ada di East Coast. Karena disitu paling lengkap wahana permainannya dan bagus sekali” Aku menjawab pertanyaan Mark.

“Oh, begitu. Okelah”Balasnya singkat

Mark mengarahkan handycam-nya ke pemandangan luar kereta melalui jendela kaca kereta. Sementara Tommy memutuskan untuk memakan bekalnya sendiri dan tidak mau lagi tertipu oleh trik-ku. Aku mencoba sedikit mengacak-acak rambut Tommy agar dia manyun lagi seperti tadi tapi Tommy hanya meresponku dengan memutar bola matanya.

Sayang, sayang. Lihat mereka. Keluarga kecil bahagia..”

Kami bertiga langsung kompak menoleh kepada orang yang berbicara seperti itu. Ternyata yang bicara tadi sepasang kakek-nenek yang sedang melintas di sebelah kami. Mungkin mereka sedang mencari tempat duduknya.

“Iya, pasangan suami istri muda dan satu anak. Jadi inget jaman kita masih muda dulu” Kata sang kakek

Tommy mendadak tersedak setelah mendengar kalimat tadi. Aku membantu meredakannya dengan menepuk-nepuk punggungnya pelan. Dan Mark malah meletakkan handycam-nya di pangkuan dan melamun melihat pemandangan luar dan tersenyum.

“Keluarga kecil bahagia? Bisa-bisa saja mereka..” Ucap Mark yang sedang memandang jauh ke luar sambil senyam-senyum sendiri. Sedangkan Tommy masih tersedak.

Ada apa dengan mereka berdua ? Duh..

***

Karena suasana dalam kereta yang sepi penumpang dan sangat nyaman akhirnya kami bertiga ketiduran dan melewatkan East Coast. Tahu-tahu kereta kami sudah sampai di pemberhentian terakhir yakni di kota Erie. Begitu kami bertiga turun dari kereta, Mark mencari petugas yang tadi membangunkan kami.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shira The Demon HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang