Hari di mana Wendy dan Suga lulus ternyata benar-benar ada. Mereka mengenakan gaun dan jas kebanggan, melangkah masuk ke dalam ballroom salah satu hotel terkenal di Jakarta dan menuangkan detik-detik terakhir mereka sebelum dinobatkan menjadi alumni SMA Prahasta.
Semuanya berjalan lancar, penuh hikmat dan sukses besar. Tak ada satupun yang tidak menikmati acara perpisahan ini.
Setelah semuanya selesai, masih ada sepasang kaki yang berjalan keluar ballroom. Melangkah menuju pintu keluar dan duduk di salah satu sisi taman yang tersedia di belakang ballroom. Balutan jas yang tadi pagi memebalut lelaki itu kini sudah di lepas dan di simpan entah di mana. Hanya menyisakan kemeja hitam yang tangannya digulung hingga ke siku. Untuk sebentar, Suga ingin memojokan dirinya sendiri. Memisahkan diri dari keriuhan ballroom yang sudah seperti pesta akhir tahun.
Seperti biasa, Suga akan menjadi orang paling terakhir yang melangkah pergi dari ruangan. Tapi kali ini bukan karena ia malas misuh-misuh dengan seluruh orang di jalan pulang, tapi ia hanya membutuhkan waktu untuk sedikit berpikir setelah memanggil Wendy tadi.
Ada yang harus ia selesaikan dan itu tentang Wendy.
Tak lama kemudian, Wendy terlihat keluar dari ballroom. Sama seperti Suga, Wendy menjadi gadis paling terakhir yang keluar dari aula besar berwarna tembok elegan itu.
"Hei," Wendy menyapa Suga saat mendapati lelaki itu beridiri di taman belakang ballroom.
Suga berani bertaruh, Wendy selalu terlihat cantik dengan apapun yang ia kenakan. Tapi kali ini, Wendy terlihat sangat luar biasa. Gaun hitam selutut tanpa lengan yang ia kenakan mematut apik tubuh Wendy. Rambutnya yang tergerai indah tanpa hiasa macam-macam itu terjatuh dengan sangat sempurna. Apa lagi senyumnya. Manis dan merah seperti cerry. Jika saja Wendy memiliki sayap, Suga mungkin akan percaya jika Wendy adalah bidadari.
"Lo cantik," ucap Suga langsung.
Wendy tertawa kecil. langkahnya berhenti tepat 1 meter di depan Suga. Ia berdiri dengan senyum khas andalannya. "Makasih."
Suga memasukan kedua tangannya ke dalam celana kain hitam senada dengan kemejanya, lalu melirik Wendy. Sebenarnya Suga baru sadar tadi jika ia dan Wendy menggunakan baju dengan warna sama.
"Ada apa manggil gue ke sini?" Wendy bertanya langsung, masih dengan senyumnya.
Melihat senyum manis Wendy terkadang bisa membuat otak Suga berpikir terlalu banyak atau tidak berpikir sama sekali. Tapi senyum Wendy kali ini membuatnya ingin berpikir seperlunya saja, karena apa yang akan ia ucapkan selanjutnyapun begitu.
"Bulan depan umur gue udah 18 tahun," ucap Suga. Ia membenarkan posisi berdirinya agar bisa sejajar dengan Wendy. Matanya menatap Wendy serius dan melanjutkan kalimatnya. "3 bulan lagi, umur lo 18 tahun. Lo udah keterima SNMPTN di UNPAD, gue juga. Lo bakal di Bandung terus jadi dokter, gue juga bakal ngejar mimpi gue. setelah itu, nikah sama gue."
"EH!" Wendy memkik. Matanya membulat nyaris keluar dari rongganya. Ia menatap mata Suga tak percaya. Tapi yang didapat Wendy justru Suga yang tersenyum kecil. Senyum kecil yang jarang lelaki itu tunjukan tetapi selalu bisa membuat hati Wendy nyaris habis karena meleleh. "Tunggu-"
"4 tahun lagi," Suga dengan cepat memotong kalimat Wendy. "Tunggu gue 4 tahun lagi. "
Suga sebenarnya tau, Wendy mungkin tak sadar dengan perasaannya yang menyukai Suga karena dia selalu bersikap baik dengan orang lain. Perasaan baik itu kadang selalu membuat Wendy bingung apakah dia suka atau hanya empati pada seseorang. Tapi kali ini tak peduli. Ia memang tak bisa sebaik Wendy, makannya, kali ini ia ingin mengucapkan perasaannya dengan jujur saja tanpa peduli itu menyakiti atau justru membahagiakan. Kali ini, ia ingin membuat gadis ini tersadar.
Wendy diem tak bisa berkata-kata. Ia membekap mulutnya sendiri seperti tidak percaya dengan apa yang lelaki itu baru saja ucapkan. Tapi melihat Suga dengan manik hitamnya yang tiba-tiba terasa hangat itu membuat Wendy tersadar. Suga sungguh-sungguh dengan kalimatnya. Detik selanjutnya, tetesan air kelur dari matanya. Wendy menangis.
Waktu seakan berhenti ketika kaki Suga melangkah, menghapus jarak 1 meneter mereka. lelaki itu merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah cincin putih polos. Selanjutnya, Suga melepaskan kalung yang seang Wendy gunakan, mengganti liontinnya dengan cincin putih polos itu dan memasangkannya kembali pada Wendy.
Wendy menengadah, berusaha menatap Suga. Namun lagi-lagi lelaki itu tersnyum.
"Jadi, lo mau nunggu gue?" tanya Suga.
Tak ada kata yang keluar dari mulut Wendy. Hanya ada anggukan dan pelukan hangat yang wanita itu berikan sebagai jawaban.
Suga tertawa kecil. "I love you."
"I love you too."
END
a/n
haluuuuu. Kalian sampai di penghujung cerita Suga dan Wendy. Aku sebagai, Uto, mau mengucapkan terimakasih banyak bagi kalian yang setia ngikutin perkembangan cerita ini. Jujur aku cukup bangga sama diriku sendiri karena bisa menyelesaikannya dengan cepat. Hahah. Tunggu cerita terbaru ku yah, terimakasih ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Broken Bad Boy
FanfictionSuga bengal. Satu sekolah tahu. Tapi saat Suga hancur, cuman Wendy yang tahu. start; 16 mei 2018 finish; 31 Mei 2018