Selama di Carmine, Platina dan Aren terus mendapatkan pelatihan pedang dan sihir. Setiap hari, mereka mempelajari materi latihan yang berbeda. Mereka sudah dilatih cara bertempur di medan perang bila berhadapan dengan ratusan bahkan ribuan prajurit musuh. Pada latihan sihir, mereka telah melatih kata sihir baru, seperti mengangkat benda, menyalakan api, menghentikan anak panah, melindungi diri dengan perisai sihir, serta cara menyakiti lawan dengan sihir.
Aren mendapatkan kemajuan pesat pada latihan pedangnya. Ia berhasil mengenai Victor dengan pedang kayunya dan mendapatkan pukulan yang sama di bagian pinggang sehingga menimbulkan memar lebar yang menyakitkan. Namun, Aren puas karena ia berhasil mendaratkan kesakitan yang sama pada Victor. Sedangkan Platina, kemampuan sihirnya lebih kuat dari Aren. Ia bisa melakukan hal yang diminta Lunette hanya dalam sekali percobaan. Kekuatan mereka berdua semakin meningkat. Mereka tidak lagi dengan mudah merasa lelah dan kehabisan napas pada latihan pedang. Mereka juga tidak merasa lemas dan pusing setelah menggunakan sihir.
Platina senang dengan peningkatan kemampuan mereka. Latihan pedangnya tidak buruk walaupun masih kalah oleh Aren ketika mereka berlatih satu lawan satu. Platina merasa Aren lebih bersemangat menjalankan latihan pedangnya setelah dikalahkan dalam duel. Tekad Aren—untuk berlatih dan menyerap semua kemampuan Victor—sangat terasa.
Dasar laki-laki, batin Platina tidak mengerti. Ia melihat Aren yang bersemangat melawan Victor, padahal tubuhnya sudah terkena beberapa pukulan telak dari pedang pelatihnya. Platina sedang berlatih mengayunkan pedang dengan kombinasi gerakan rumit yang baru saja ia pelajari. Ia berusaha menusuk lawan virtual di depannya yang bergerak lincah menghindari serangan pedang Platina.
Aren dan Victor masih terus berlatih ketika Platina melihat sosok Corby berlari ke arah mereka. Rambutnya yang hitam dan tebal berayun mengikuti gerakan larinya. Ia mengedikkan kepala sedikit pada Platina untuk menyapa lalu mendekati Victor.
"Raja Devon memintaku untuk menjemput Platina dan Aren," ujar Corby.
Victor mengangkat tangan pada Aren sebagai tanda untuk menghentikan latihan mereka. "Ada apa? Latihan kami belum selesai," tanya Victor dengan nada tidak setuju karena latihannya dihentikan secara mendadak. Platina mendekati mereka dengan penasaran.
"Aku juga tidak tahu tetapi keadaannya mendesak. Raja Devon tampak khawatir," jawab Corby.
Victor mengerutkan kening mendengar jawaban itu. "Baiklah, kalau ini penting. Seharusnya, nanti aku juga akan tahu." Victor mengakhiri latihan dengan meletakkan pedang kayunya diikuti oleh Aren dan Platina.
Mereka saling mengucapkan salam kemudian Platina dan Aren menyusul Corby yang sudah berlari ke ujung lapangan. Platina mengernyit bingung, terakhir kali mereka dipanggil Raja Devon, mereka mendapat kabar kurang menyenangkan. Mereka bertiga berlari menuju aula kayu tempat Raja Devon menunggu. Raja Devon sedang berdiri ketika mereka memasuki aula. Wajahnya terlihat tenang dan tersenyum melihat ketiga remaja di hadapannya memberi hormat.
"Terima kasih telah datang. Maaf, aku mengganggu latihan kalian," ujarnya sambil memandang Platina dan Aren dengan tatapan penuh arti. "Langsung saja kita berbicara tentang inti masalahnya. Para pejuang kami menemukan sebuah tempat di tengah hutan yang diperkirakan menjadi tempat beristirahat para prajurit Nero. Sepertinya, Nero mengirim pasukannya lagi untuk menghancurkan Carmine. Di tengah sisa kayu bakar, salah satu pejuang menemukan perkamen ini."
Raja Devon menyerahkan secarik perkamen pada Platina yang sudah menghitam di salah satu ujungnya. Aren mendekatkan diri pada Platina untuk ikut melihat perkamen itu. Di atas perkamen kusam itu tertulis '.... di ujung barat hutan. Bawa para pendatang hidup-hidup. Bunuh yang lain.....' Hanya beberapa kata itu yang terbaca sedangkan lainnya terputus karena kertasnya terbakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Para Pendatang (The Outsiders)
Fantasy~Ketika tangan takdir merengkuh, yang bisa kau pegang hanyalah harapan~ Platina dan Aren adalah teman sejak kecil yang selalu berharap bisa pergi dari dunia nyata dan bertualang di dunia fiksi. Harapan ini perlahan memudar ketika mereka beranjak dew...