Chapter 9 - Pemahaman

715 98 7
                                    

Sinar matahari yang masuk melalui jendela-jendela aula, menyorot berbagai ornamen kayu di dalamnya sehingga terlihat seperti ruang pameran. Aula itu hening sampai sayup-sayup terdengar suara keramaian penduduk yang sedang beraktivitas di luar. Tidak ada yang berbicara. Raja Devon menyelesaikan kalimat terakhirnya dengan pandangan prihatin pada ketiga remaja di depannya. Platina dan Aren masih mencerna penjelasan darinya sampai tidak mampu berkata-kata. Ruby menundukkan kepala sehingga tidak terlihat ekspresi wajahnya. Dave dan Derrick memandangi tiga remaja itu dengan tatapan ragu.

Aren menelan ludah untuk membasahi kerongkongannya yang terasa kering. Ia berusaha untuk mengatakan sesuatu yang ia pikirkan tetapi Platina sudah mendahuluinya.

"Apakah itu artinya kami harus mengalahkan Raja Nero?" tanya Platina tersendat.

"Aku yakin seperti itulah maksudnya. Namun, sekali lagi aku ingatkan, Seleca tidak memberikan detailnya padaku. Jadi ini semua hanyalah pemahaman kita bersama dalam menafsirkan perkataannya," jawab Raja Devon.

"Kenapa kami? Kenapa harus para pendatang?" tanya Platina bingung.

Raja Devon menggelengkan kepala pelan. "Aku tidak tahu, Nak. Sepertinya lebih baik bila aku mengirim kalian ke rumah para penyihir agar kalian bisa menanyakannya langsung pada Seleca."

Aren memandang Platina yang sekarang sedang menunduk dan menutup wajahnya dengan tangan. Ia merasakan Ruby menoleh padanya dengan tatapan khawatir. Aren masih belum bisa menerima pemahaman baru yang mengalir masuk ke pikirannya. Para pendatang mengembalikan kesejahteraan Algaria. Aren menggeleng pelan. Mereka hanya remaja biasa. Apa yang bisa diharapkan dari dirinya dan Platina? Saat ini hanya Ruby yang mampu bertarung tetapi lawannya sudah terdengar sangat kuat hanya dari ceritanya saja. Rasa takut dan pesimis merayap ke hati Aren.

Platina sudah mengangkat wajahnya dengan ketegaran yang dipaksakan. "Jika saja, hanya jika, perkataan penyihir itu benar, apakah itu artinya kami tidak bisa pulang? Tidak bisa kembali ke dunia kami?" tanya Platina pelan. Ia takut mendengar jawaban terburuk yang ada di pikirannya.

"Pertanyaan itulah—dengan sangat menyesal—tidak bisa kujawab," jawab Raja Devon dengan nada menyesal.

Aren menepuk punggung Platina untuk menenangkan. Setidaknya, jawabannya masih belum pasti. Masih ada harapan di suatu waktu, mereka bisa kembali ke dunia mereka. Platina membalas tepukan Aren diiringi dengan senyum putus asa. Ruby menatap mereka berdua seakan ingin mengatakan sesuatu tetapi ia tahan. Raja Devon menghela napas pelan kemudian menoleh pada pria kembar—yang sedari tadi memandang ketiga remaja di sebelah mereka.

"Dave dan Derrick. Terima kasih telah menjaga Ruby dan teman-temannya. Aku minta kalian merahasiakan percakapan kita tadi. Jangan kalian katakan pada siapa pun tanpa seizinku. Akan timbul penafsiran berbeda dari kepala yang berbeda. Aku khawatir, hal ini akan membuat kekacauan bila sampai tersebar," perintah Raja Devon tegas.

Kedua pria kembar itu mengangguk paham. Mereka juga tidak ingin ada kekacauan yang terjadi di Carmine hanya karena kabar yang belum jelas.

Raja Devon kembali menatap ketiga remaja di depannya. "Platina, Aren, aku hanya menyampaikan apa yang kutahu dan berhubungan dengan pertanyaan kalian. Untuk saat ini, istirahatkan badan dan pikiran kalian. Ruby akan mengantar kalian ke rumah tempat kalian akan tinggal," ujarnya sambil menganggukkan kepala pada Ruby.

Ruby berdiri dan memberi hormat pada Raja Devon, begitu pula Dave dan Derrick. "Ayo, aku antar kalian," ajak Ruby pada Platina dan Aren—yang masih duduk diam.

Platina mengangguk lemah dan berdiri bersamaan dengan Aren. Mereka memberi hormat kepada Raja Devon—yang dibalas dengan lambaian hangat—lalu mereka berjalan ke luar aula. Mereka menyipitkan mata karena cahaya matahari menusuk mata. Mereka berjalan menuruni bukit bersama-sama. Keramaian penduduk Carmine sudah tampak. Para penduduk berlalu lalang, berjalan dan beraktivitas di bawah bukit sebelah selatan—yang Platina sadari—sebagai pasar. Mereka saling menukar barang kebutuhan atau makanan bahkan hasil mentah perkebunan atau pertukangan. Hati Platina sedikit membaik melihat aktivitas ini. Segalanya terlihat normal dan damai.

Para Pendatang (The Outsiders)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang