Aku bangun pagi ini dengan senyuman yang aku sendiri bisa merasakan sudut bibir ku terus menerus terangkat. Bahkan, senyum ini tidak luntur sejak bangun sampai aku duduk sendiri di meja makan sekarang.
Aku melahap sarapan ku dengan santai karena sekarang masih pukul 5.20. Masih ada sisa 10 menit lagi untuk berangkat ke sekolah. Ruang makan begitu senyap tanpa kehadiran ayan dan bunda.
Tidak lama kemudian, aku mendengar suara motor yang sepertinya aku kenal, kemudian motor itu berhenti tepat didepan rumah ku.
Bel berbunyi, dan Bibi yang sering ku panggil dengan sebutan Bi Kim itu terburu-buru membuka pintu. Setelahny, Bi Kim masuk ke dalam, beserta pria yang baru semalam mengantar aku pulang. Jung Daehyun?
Dia melambaikan tangannya dan tersenyum ke arah ku, lalu duduk di depan ku.
“Kau?”
“Untung aku tidak telat” katanya sambil masih tersenyum dan mengambil roti yang ada di piring.
“Boleh kan?”
Aku reflek mengangguk. Sungguh? Seniat itu kah sampai dengan wajah yang bahkan jelas terlihat masih mengantuk, dia datang kerumah ku untuk sekedar menjemput?
“Kau tidak perlu menjemput ku, Daehyun. Aku sudah bilang kan kemarin...”
“Tidak tidak. Aku sudah berjanji dengan ayah dan bunda, jadi mau tidak mau kau harus berangkat dan pulang bersama ku”
Aku hanya terperangah mendengar jawabannya. Sejak kapan perjanjian itu dibuat? Kemarin? Apa ayah dan bunda benar-benar mengijinkan aku untuk berangkat dan pulang bersama pria ini, yang bahkan aku pun tidak begitu mengenalnya?
“Kau benar-benar tidak perlu menjemput ku, walaupun kau sudah berjanji dengan orang tua ku, biar nanti aku yang bicara pada mereka. Aku baik-baik saja jika harus berangkat sendiri, karena dari dulu pun aku sendiri. Jadi, aku harap ini menjadi yang terakhir”
Aku melihat Daehyun menaruh rotinya yang masih sisa setengah, lalu menatap ke arah ku dengan air wajah yang serius.
“Kau hanya tinggal duduk, lalu kau akan sampai sekolah dan rumah dengan selamat. Kenapa harus...”
“Tapi aku tidak ingin, kau tidak tahu atau berpura-pura tidak tahu kalau kau itu siswa yang di-idamkan di sekolah? Kau ingin aku menjadi bahan perbincangan siswa lainnya? Bahkan sebelum mengenal mu pun, aku memang berangkat dan pulang sendiri. Jadi tolong dengan alasan apapun, jangan pernah menjemput dan mengantar aku lagi.”
Daehyun tertawa sinis, lalu kembali menatap ku.
“Wahh, aku mengerti seberapa besar kau membenci ku. Padahal jika diingat-ingat, sudah berapa kali aku menolong mu?”
“Kau ingin aku membalas budi? Hanya sebutkan apa yang kau mau, dan kemudian tolong menjauhlah layaknya kau tidak mengenal ku sama sekali.”
Kali ini dia menyenderkan badannya di kursi dan menyilangkan kedua tangannya, masih menatapku dengan air wajah yang sama.
“Terhitung dua kali kau hutang budi padaku, pertama saat di gudang, kedua saat di toilet.”
Aku mengangguk.
“Jadi kau harus.... Pertama, kau harus selalu berangkat dan pulang bersama ku.”
“Apa?”
“Kedua, menjauh dari Song Mino”
Aku membelalakan mata mendengar dua hal yang sangat tidak masuk akal yang barusan ku dengar dari mulut pria di hadapan ku.