Jeno tersenyum senang saat ia dan seluruh teman-temannya tiba di stasiun kereta api bawah tanah. Mereka baru saja kembali dari tamasya musim panas. Dengan cepat ia mengambil ponsel pintarnya yang dihadiahkan sang ayah saat ia mendapat peringkat pertama tahun lalu.
"Hyung, aku sudah sampai di stasiun."
"Tunggu sebentar Tuan muda, aku akan segera tiba disana."
Jeno terkekeh geli mendengar suara lucu hyungnya. Setelah mematikan panggilan itu, ia duduk di kursi tunggu bersama para teman-temannya.
Sementara itu di rumahnya yang tidak terlalu besar sang hyung sibuk berlari cepat menuruni tangga.
"Ayah, Ibu, ayo cepat, Jeno sudah menunggu di stasiun."
"Iya sayang, sebentar lagi selesai." Taeyong hanya mengangguk saat mendengar sahutan dari dalam kamar orang tuanya. Dengan semangat ia berlari menuju teras rumah dan mendapati mobil Ayahnya yang sudah sangat siap.
"Tuan Muda, berhati-hatilah di jalan." Taeyong hanya mengangguk mendengar ucapan dari supir pribadi keluarganya itu.
Hari ini mereka akan memberikan kejutan untuk Jeno karena pangeran kecil itu berulang tahun semalam, namun karena Jeno pergi tamasya, jadilah mereka hari ini memberikan kejutan untuk Jeno.
Sepanjang jalan Taeyong sibuk menatapi kue ulang tahun yang sangat cantik di pangkuannya. Sang Ayah yang sedang menyetir pun dibuat terkekeh melihat tatapan berbinar anaknya itu. Karena terlalu sibuk dengan pikirannya, Taeyong tak menyadari jika ada sebuah mobil berkecapatan tinggi yang menghantam kuat mobil yang dikendarai Ayahnya.
Seketika suasana mencekam dan dunia Taeyong seakan runtuh. Mobil yang dalam keadaan terbalik itu membuat kepalanya berputar, apalagi melihat kedua orang tuanya yang sudah tak sadarkan diri dan bermandikan darah.
"Ayah, Ibu." Suaranya bergetar, berusaha menggapai tangan sang Ibu yang tergeletak tak berdaya.
~~~
Jeno tersadar dari lamunannya. Malam dingin membuat fikirannya dengan mudah kembali pada masa lalu yang sangat menyakitkan. Walaupun sudah terjadi sejak 5 tahun yang lalu, namun masih sangat melekat didalam otaknya. Dimana ia yang masih menunggu di stasiun mendapat kabar dari ibu gurunya jika mobil orang tuanya mengalami kecelakaan. Terlebih lagi kedua orang tuanya meninggal saat diperjalanan ke rumah sakit, dan hyung satu-satunya yang sekarat. Dan kesedihan seakan tak habis-habisnya, hyungnya mengalami kebutaan karena kepala yang terbentur cukup kuat. Pada akhirnya mereka harus menjual rumah untuk biaya pengobatan Taeyong dan hidup pas-pasan dengan tabungan orang tua dan tabungan mereka.
"Jeno." Jeno menoleh dan melihat hyungnya yang berjalan pelan keluar dari kamar, dengan cepat ia berdiri dan membantu hyungnya berjalan.
"Hyung, ada apa?" Jeno mendudukan Taeyong di lantai ruang tamu.
"Jeno, besok hyung harus pergi kerumah sakit."
"Oh, benar hyung, besok adalah jadwalmu terapi." Jeno menepuk pelan jidatnya. Taeyong meraih tangannya dan mengelusnya dengan pelan.
"Jeno, uang kita benar-benar semakin menipis, hyung tidak apa-apa jika tidak terapi lagi."
"Tidak hyung, kalau tidak begitu bagaimana kau bisa sembuh. Sudahlah, sekarang kau tidur saja." Jeno menuntun Taeyong untuk kembali ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loves In The Dark! [END]
FantasyApa jadinya jika seorang pangeran mengemis cinta pada seorang rakyat jelata? Jaehyun yang keras kepala, dingin dan arogan. Tak ada yang bisa membuatnya bertekuk lutut. Tapi, bagaimana bisa ia bertekuk lutut pada seorang pria cantik yang baru ditemui...