Jeno tersenyum senang saat melihat Jaemin yang duduk sendirian di kantin, dengan semangat ia berjalan menghampiri pria manis itu dan duduk di hadapannya.
"Hai."
"Oh. Hai hyung." Jaemin balas menyapa Jeno dengan senyum menawannya.
"Boleh aku duduk disini?" Tanya Jeno, sekedar basa-basi.
"Tentu saja hyung."
Mereka terdiam dan fokus dengan makanan masing-masing. Sesekali Jeno mencuri pandang pada Jaemin demi melihat pria manis yang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya itu.
"Oh iya hyung, terimakasih telah membantuku tadi pagi." Jeno tersentak saat tiba-tiba saja Jaemin berbicara padanya. Dengan cepat ia mengangguk dan tersenyum. "Sebagai ucapan terimakasih, bagaimana kalau kita ke game center hari ini?" Tanpa fikir panjang Jeno langsung mengangguk saja.
Sisa jam istirahat dihabiskan mereka dengan selingan pembicaraan yang ringan mengenai game. Jaemin yang sangat menyukai game langsung saja memberitahu semua apa yang ia tau soal game pada Jeno.
~~~
Malam hari menyambut. Jaehyun sibuk berjalan mondar-mandir di ruang tamu sempit rumah Taeyong. Sedari tadi Taeyong selalu menanyakan kemana adiknya, dan Jaehyun tentu saja menjawab tak tau karena memang ia tak tau kemana Jeno pergi.
"Jaehyun, bisakah kita pergi mencari Jeno?" Jaehyun menoleh ke belakang, pada Taeyong yang duduk di kursi ruang tamu. Dapat ia lihat raut kekhawatiran dari wajah cantik itu.
"Kita akan cari kemana hyung? Bukankah kau juga tak tau dia sering bermain kemana?" Jaehyun bersimpuh di depan Taeyong dan menggenggam erat tangan pria cantik itu. "Sudahlah hyung, Jeno itu sudah cukup dewasa."
"Tapi Jae, sebelumnya Jeno tak pernah pulang selarut ini." Jaehyun mendesah pasrah. Perlahan ia berdiri dan berjalan pelan menuju pintu rumah, mengedarkan pandangannya keluar.
"Dimana dia sebenarnya?" Jaehyun menggaruk pelan kepalanya. Sekarang ia terlihat seperti orang tua yang mengkhawatirkan anak perempuannya.
Ia berbalik dan berjalan mendekati Taeyong kembali. Ia duduk di sebelah pria cantik itu dan kembali menggenggam tangan Taeyong, berusaha menghilangkan kegelisahan pria cantik itu.
"Aku pulang." Reflek Jaehyun berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Jeno yang baru saja mengucapkan salam itu.
"Dari mana saja kau? Pulang sampai selarut ini? Kau fikir aku dan hyungmu tak khawatir?" Jeno mengerutkan alisnya mendengar ucapan kemarahan dari Jaehyun.
"Aku ada acara bersama teman." Jawab Jeno seadanya.
"Jika ingin pergi bersama temanmu, setidaknya pulanglah dulu dan ganti bajumu Jeno. Setidaknya itu tak akan membuat hyung khawatir." Taeyong berucap lirih. Jeno yang merasa bersalah pun berjalan pelan mendekati hyungnya itu.
"Maaf hyung. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi." Jeno meraih tangan Taeyong dan mengelusnya dengan pelan. Taeyong pun hanya bisa mengangguk dan mengusap pelan kepala adik satu-satunya itu.
~~~
Jaehyun berjalan memasuki rumahnya. Tanpa menoleh kemanapun, ia terus berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
"Tuan Muda, Tuan Besar dan Nyonya Besar menunggu anda di ruang makan." Jaehyun yang tadinya berniat membuka pintu kamar, menghentikan niatnya saat Bibi Ahn berucap demikian padanya.
"Baiklah Bibi, aku ganti baju dulu."
Setelah selesai berganti baju, Jaehyun segera turun ke ruang makan. Dapat dilihatnya tersaji banyak makanan di atas meja persegi besar itu, ya, terlalu banyak jika hanya dinikmati oleh tiga orang saja. Perlahan ia berjalan mendekati Ibunya dan mencium pelan pelipis wanita paruh baya yang masih cantik itu. Setelahnya ia membungkuk hormat ke arah Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Loves In The Dark! [END]
FantasyApa jadinya jika seorang pangeran mengemis cinta pada seorang rakyat jelata? Jaehyun yang keras kepala, dingin dan arogan. Tak ada yang bisa membuatnya bertekuk lutut. Tapi, bagaimana bisa ia bertekuk lutut pada seorang pria cantik yang baru ditemui...