P r o l o g u e

6.4K 326 57
                                    

Aroma masakan membangunkan seorang gadis kecil berusia 9 tahun itu. Ia duduk dengan kondisi setengah sadar. Matanya masih terpejam, rambutnya berantakan dan air liur berbekas dari sudut bibir sampai pipi bawahnya.

"Ayah." Suara serak khas baru bangun tidur terdengar dari gadis kecil itu. Tampaknya, ia masih enggan membuka matanya.

"Iya?" sahut sang ayah yang sedang memasak daging di atas tungku api. Ayahnya tampak sedang meniup-niup bara api.

Jeon Jungkook, seorang duda miskin, menoleh dan mendapati putrinya yang sedang memperhatikannya dengan mata yang masih setengah terpejam. Ia tersenyum dan menghampiri putrinya itu. Ia duduk di tepi kasur, tepat di samping putrinya, Jeon Sunny.

"Kenapa, Sunny?" tanya Jungkook dengan nada lembut. Ia mengelus-elus kepala Sunny dengan sayang. Senyum terus terulas di bibirnya.

"Tidak apa-apa." Sunny menggeleng-geleng kecil membuat rambut pendek sebahunya bergoyang-goyang mengikuti gerak kepalanya. Ia membuka matanya dan menatap wajah ayahnya.

"Putriku ini lapar, kan? Kalau begitu, ayo bersiap-siap lalu sarapan," ujar Jungkook sambil mengelap air liur di sudut bibir Sunny. Sunny pun mengangguk dan beranjak dari sana.

Mereka hanyalah keluarga miskin yang sangat berkekurangan. Namun, keharmonisan di antara keduanya tak pernah luntur dalam kesulitan apapun selama ini. Rumah mereka hanya gubuk reyot di tengah hutan tua yang cukup terpencil dari kota. Butuh waktu setengah jam untuk sampai ke jalan besar.

Rumah mereka hanya memiliki satu sekat untuk kamar mandi. Bangunan kumuh itu sama sekali tak memiliki ubin. Hanya semenlah yang menjadi alas rumah mereka. Belum lagi sekat kamar mandi itu hanya terbuat dari anyaman kayu saja. Pintunya juga hanyalah seng bekas. Atap mereka terbuat dari serabut tebal yang bisa mengundang banyak serangga dan terkadang pun bocor jika hujan. Dinding rumah mereka hanya gabungan-gabungan triplek bekas. Kamar dan dapur tergabung dalam satu ruangan sempit. Mereka masih menggunakan tungku api untuk memasak. Tungku itu tepat berada di depan kasur tipis mereka. Di sebelah kanan kasur terdapat meja kayu serba guna yang cukup panjang. Sisi kiri kasur menempel pada sekat kamar mandi yang panjangnya sama seperti kasur itu. Lalu, di depan kamar mandi atau di sebelah tungku api, ada tempat cuci piring dan cuci baju. Pintu utama mereka ada di sebelah lain tungku itu.

Sangat sederhana. Tapi, memang itulah kehidupan yang mereka punya. Dan Jungkook sama sekali tak pernah mengeluh atas keadaan ini. Yang terpenting baginya hanyalah kehadiran Sunny, putrinya. Tak ada yang ia inginkan selain kebahagiaan Sunny. Semua hidupnya hanya untuk Jeon Sunny.

"Ayah! Sabunnya sudah hampir habis!" seru Sunny dari dalam kamar mandi.

"Nanti Ayah beli," sahut Jungkook dengan tenang agar Sunny tak khawatir.

Jungkook membawa panci panas berisi sup daging ke meja di sebelah kasur. Ia juga menyiapkan dua mangkuk nasi dan dua sendok serta sumpit di meja. Tak lupa dua cangkir berisi air putih.

Hari ini, Jungkook sengaja membeli daging. Ia sudah menabung sejak sebulan yang lalu demi hari ini. Hari ini, Sunny akan bersekolah di sekolah baru dengan beasiswa. Jadi, sebagai tanda selamat, Jungkook menyajikan sup daging kesukaan Sunny hari ini. Sangat jarang bagi mereka untuk makan makanan mahal seperti itu. Karena itu, ini adalah menu spesial khusus kali ini.

"Harum sekali, Ayah," puji Sunny yang baru saja keluar dari kamar mandi. Ia telah mengenakan seragam di kamar mandi.

Sunny segera duduk di depan meja dengan senyum cerah. Sudah lama ia menginginkan sup daging. Ayahnya memang selalu tahu apa yang ia pikirkan.

Sunny pun mulai menuangkan kuah pada nasinya dan menyuapkan nasi itu ke mulutnya. Ia juga segera memakan daging yang terasa empuk saat digigit. Gadis kecil itu memejamkan matanya untuk menikmati makanan spesial ini.

Wonderful Daddy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang