"Jadi, (Surname)-san benar-benar tunangan Dazai-san...?" tanya Atsushi.
Sudah seminggu semenjak Atsushi dan Kyouka bertemu dan berkenalan dengan (Name), tapi baru hari ini mereka melihat (Name) bekerja seharian di kantor.
Minggu lalu, setelah berkenalan—(Name) harus pergi lagi karena dia hanya mampir untuk meletakkan laporan kasusnya. Keesokan harinya, siklus yang sama terlus berulang walaupun dengan alasan yang berbeda—entah itu mendapat tugas belanja dari Kunikida atau menemani Yosano berbelanja (yang membuat Dazai merengek seharian), membantu kasus yang Kenji atau Tanizaki kerjakan, melaporkan semua kasusnya pada Presiden, dan melakukan tugasnya seperti biasa (entah itu menjadi asisten Ranpo ataupun menyelesaikan kasus yang Ranpo berikan).
Mungkin (Name) adalah detektif yang paling sibuk, bahkan lebih dari Kunikida.
"Atsushi-kun, apa kau tidak mempercayai senpai-mu ini?" tanya Dazai dengan sedih berlebihan.
"B-bukannya aku tidak percaya," sahut Atsushi sedikit panik, "a-aku hanya ingin memastikan...."
Atsushi kemudian menatap (Name) yang sedari tadi mengetik di laptopnya.
"Jika kau beranggapan (Name)-chan diam saat aku bilang dia tunanganku karena tidak mau menanggapi ucapanku, kau salah Atsushi-kun," ucap Dazai kemudian menatap (Name) dengan senyum kecil di wajahnya.
"Eh?"
Senyum Dazai melebar, kemudian dia menatap Atsushi.
"Dia hanya suka menghemat suara indahnya."
Dazai berdiri dari sofa kantor kemudian berjalan mendekati (Name) dan memeluk perempuan itu dari belakang.
"Bukan begitu, (Name)-chan~?"
(Name) hanya menoleh ke arah Dazai, kemudian kembali mengalihkan perhatiannya ke laptop.
"Anoo, (Surname)-san...?" panggil Atsushi.
(Name) menoleh ke arah Atsushi, kemudian memiringkan kepalanya.
"Apakah benar kau tunangan Dazai-san...?"
(Name) berkedip beberapa kali, kemudian terkekeh.
"Aaah! Atsushi-kun, kau membuatnya tertawa!" ucap Dazai dengan kagum, "sudah lama kau tidak tertawa seperti ini," gumam Dazai sedikit tersenyum, tak sadar sudah mengeratkan pelukannya.
(Name) kemudian mengeluarkan sesuatu dari balik kerah bajunya—yang ternyata adalah sebuah kalung dengan cincin sebagai mata kalungnya.
"Oh—sepasang dengan milik Dazai-san," komentar Atsushi tanpa sadar.
"Benar, kan?" sahut Dazai juga menunjukkan kalung yang sama.
"Oi Dazai, jika kau punya waktu untuk menganggu tunanganmu—maka gunakan waktumu itu untuk mengerjakan laporanmu!" tegur Kunikida.
"Eeeh, tapi (Name)-chan lebih penting dari apapun~" ucap Dazai lalu mencium puncak kepala (Name)—tidak menyadari rona merah yang muncul di pipi (Name).
(Name) menghela napas, kemudian sebelah tangannya terangkat—kemudian memegang kedua pipi Dazai dan menariknya ke bawah, agar wajah Dazai sejajar dengan wajah (Name).
"(Name)-chan...?" panggil Dazai saat iris (e/c) (Name) menatap intens iris coklat miliknya.
Dazai berkedip beberapa kali saat melihat (Name) mendekatkan wajahnya, dan saat menyadari niat sang tunangan—Dazai langsung tersenyum lebar lalu menutup matanya.
...
...
...
...
...
Perlahan Dazai membuka matanya, karena tak rasakan sensasi hangat khas (Name) di bibirnya. Dan Dazai berkedip beberapa kali saat melihat bibir (Name) berhenti tepat di depan bibirnya. Wajah serius (Name) langsung berubah, dengan (Name) menyeringai geli lalu mencium singkat pipi Dazai, dan kembali pada laptopnya.
"Kerjakan laporanmu, Osamu."
"Eeh!? (Name)-chan, itu hal terkejam yang kau pernah lakukan padaku!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Silent Fiancée (Dazai Osamu)
Fanfiction• Dazai × Silent!Reader • Kata-kata bukanlah segalanya, oleh karena itu dia memilih untuk tidak banyak berbicara. Namun, tiap kata yang diucapkannya, akan selalu kuingat dan kujaga seperti harta karunku sendiri. (Dazai Osamu version) (My Silent Fian...