"Karena pekerjaanmu sudah dikerjakan Atsushi, ayo date~" ajak Dazai saat mereka dalam perjalanan pulang.
(Name) hanya memutar matanya saat mendengar ucapan Dazai, tapi tetap tersenyum membiarkan laki-laki itu mengenggam tangannya.
Namun (Name) terhenti saat merasakan seseorang menarik jaketnya, dan membuat perempuan itu menoleh ke belakangnya.
"Ah, ternyata benar (Name)-chan~"
Iris (Name) melebar saat terjadi kontak mata dengan iris berwarna biru.
"Rintarou! Lihat siapa yang kita temui~"
(Name) mengangkat kepalanya, dan langsung melihat laki-laki berambut hitam sedang tersenyum padanya, senyum yang sukses membuat rasa takut menjalar ke seluruh tubuh (Name).
"Oh, halo Elise-chan, Mori-san," sapa Dazai menoleh pada Mori dan Elise yang berjalan kembali ke arah Mori.
"Hm, bukankah suatu keberuntungan bertemu dengan anggota eksekutif dan anak buah favoritku di sore hari yang indah ini?" sahut Mori.
"Hee, tapi kami sudah bukan anggota Port Mafia lho, Mori-san," ucap Dazai tersenyum, diam-diam melirik (Name) yang mungkin tidak sadar kalau dia perlahan meremukkan tangan Dazai.
'Aku tidak akan menyalahkan (Name) jika dia takut pada Mori-san, seperti ini—mengingat dia hanyalah anak buahku di Port Mafia,' pikir Dazai, 'jadi aku harus tenang—seperti apa yang (Name) lakukan padaku saat Odasaku meninggal dulu.'
"Tidak apa-apa," ucap Mori, "kursi anggota eksekutif Port Mafia selalu tersedia untukmu Dazai-kun," ucap Mori lalu menyeringai lebar, "dan itu juga berlaku untukmu, (Name)-kun."
(Name) tersentak kaget, dan irisnya kembali melebar—dan mulai Dazai rasakan tangannya yang digenggam mulai gemetaran. Dazai mengerutkan alisnya, tapi itu hanya sepersekian detik sebelum akhirnya tersenyum.
"Eeh, tapi bukankah Mori-san yang mengusirku?"
"Hm, tapi aku tidak mengusir (Name)-kun ...?"
"Bukannya wajar aku membawa pergi tunanganku jika aku diusir?"
"Hm, kau benar juga ...."
"Rintarou! Aku bosan! Ayo pulang!" rengek Elise menarik jas dokter Mori.
"Oh, maafkan aku membuatmu bosan, Elise-chan," ucap Mori kemudian menoleh pada kedua pasangan itu, "kalau begitu, kami permisi dulu."
Beberapa menit setelah Mori dan Elise pergi, dan hilang dari jangkauan pengelihatan serta pendengaran, Dazai menghadap ke arah (Name) dan langsung memeluk perempuan itu—mengelus rambut (h/c)nya dengan tangan Dazai yang bebas, menenangkan perempuan itu yang ketakutan dan tak berhenti gemetaran.
"Tidak apa-apa, aku ada disini."
___
"... hic ... hic ...."
Dazai membuka matanya, dan perlu beberapa detik baginya untuk mengenali sumber suara. Dazai langsung duduk dan menoleh ke sebelahnya, dimana (Name) sedang memeluk kedua lututnya, serta wajahnya menyelip diantara kedua lututnya.
"(Name) ...."
Tersadar bahwa dia mendengar suara Dazai, (Name) mengintip dari lututnya—dengan matanya yang penuh air mata, dan terlihat juga sudah banyak yang mengalir dilihat dari basahnya pipi (Name) serta pakaiannya yang basah.
"Ah, maaf membangunkanmu, Osamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Silent Fiancée (Dazai Osamu)
Fanfiction• Dazai × Silent!Reader • Kata-kata bukanlah segalanya, oleh karena itu dia memilih untuk tidak banyak berbicara. Namun, tiap kata yang diucapkannya, akan selalu kuingat dan kujaga seperti harta karunku sendiri. (Dazai Osamu version) (My Silent Fian...