"(Name)-chaaan~"
"..."
"(Name)-chaaan~ Jangan abaikan tunanganmu yang tampan ini~"
Semua orang yang ada di kantor Agensi hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dazai. Laki-laki itu kini sedang duduk di kursinya, namun tidak berada di mejanya—karena Dazai kini berada di sebelah (Name).
(Name) hanya menghela napas lalu menatap tajam Dazai, dan laki-laki itu hanya berkedip beberapa kali, kemudian tersenyum sambil mengangkat kedua tangannya.
"Baiklah-baiklah, aku akan mengerjakan laporanku," ucap Dazai lalu bergeser ke mejanya menggunakan kursinya.
Atsushi yang melihat kejadian itu (karena meja (Name) berada di depannya) hanya bisa berkedip beberapa kali, kemudian menoleh pada Dazai yang malas-malasan mengerjakan laporannya.
"Dazai-san tetap bisa mengerti walaupun (Surname)-san tidak berbicara, ya?" tanya Atsushi.
"Hm, aku juga penasaran," sahut Kunikida.
Dazai yang sedang mengerjakan laporannya pun langsung menoleh pada Atsushi.
"Itu karena kekuatan cinta~!" sahut Dazai penuh semangat.
Tiba-tiba (Name) mendengus lucu, tapi tetap fokus pada laporannya. Dazai yang mendengar reaksi (Name) hanya menyipitkan matanya—menatap curiga (Name) yang berusaha menahan tawanya.
"(Name)-chan, itu bukanlah respons yang kuharapkan darimu," protes Dazai.
(Name) kemudian menatap Dazai, kemudian menunukkan senyum manis dan pose peace padanya.
"Tapi itu tidak menjawab pertanyaan Atsushi, Dazai," ucap Kunikida.
"Ah—kau benar," ucap Dazai.
Kemudian Dazai menopang dagunya di atas meja—seolah sedang mengingat masa lalunya.
"Aku dan (Name)-chan bertunangan saat umurku 18 tahun," ucap Dazai dengan senyum yang melebar, "kurasa 4 tahun kurang lebih cukup untuk mengerti (Name)-chan...? Walaupun aku kadang tidak tahu apa yang kepala cantiknya itu pikirkan."
Kemudian Dazai menutup kedua matanya lalu menghela napas, melewatkan wajah (Name) yang kini sudah semerah tomat.
Saat Dazai membuka kembali matanya, (Name) sudah kembali normal dan sedang mengetik laporannya di laptop dengan wajah datarnya.
"Oh benar juga!" ucap Dazai teringat sesuatu, "jika aku menyelesaikan laporanku hari ini—maka (Name)-chan harus memberiku hadiah, bagaimana?"
(Name) mengangkat sebelah alisnya, kemudian menoleh pada Kunikida yang sudah mengangguk berkali-kali.
Seolah mengatakan: Apapun agar si bodoh ini diam dan mengerjakan laporannya.
(Name) hanya bisa mengangguk—membuat raut wajah Dazai berubah menjadi senang.
"Oh! Aku jadi bersemangat~" ucap Dazai mulai mengerjakan laporannya, "karena setelah laporan ini selesai, ayo bunuh diri ganda, (Name)-chan."
Seketika gerakan jari (Name) di laptop berhenti, dan (Name) menatap Dazai dengan tatapan datar.
"Tidak, aku tidak mau bunuh diri."
"(Name)-chaaan! Bagaimana dengan ucapanmu yang akan memberiku hadiah?"
(Name) hanya mengangkat sebelah alisnya, dengan raut wajah yang mengatakan: revisi ucapanmu, Dazai.
"Baiklah, kau tidak bilang akan memberiku hadiah—tapi kau setuju untuk memberiku hadiah!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Silent Fiancée (Dazai Osamu)
Fanfiction• Dazai × Silent!Reader • Kata-kata bukanlah segalanya, oleh karena itu dia memilih untuk tidak banyak berbicara. Namun, tiap kata yang diucapkannya, akan selalu kuingat dan kujaga seperti harta karunku sendiri. (Dazai Osamu version) (My Silent Fian...