[8]

8.7K 1.3K 182
                                    

Dazai membuka matanya saat dia merasakan sinar hangat matahari yang mengenai wajahnya.

Dazai berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya menoleh ke sebelahnya—mendapati (Name) sudah tidak berada di sisinya.

Dazai kembali berkedip beberapa kali, sebelum akhirnya dia mencium bau sarapan yang sepertinya berasal dari dapur.

'Ah, dia membuat sarapan,' pikir Dazai bangkit dari kasur, kemudian turun dan berjalan menuju dapur yang merangkap menjadi ruang makan.

Semenjak keluar dari Port Mafia, mereka pindah ke apartemen kecil dan tinggal bersama sampai sekarang. Selain untuk menghemat pengeluaran mereka, Dazai juga ingin berada di sisi (Name) saat mimpi buruknya menyerang—seperti kemarin malam.

Walaupun ada alasan terselubung lainnya yang Dazai tak akan beritahu tunangannya itu (͡° ͜ʖ ͡°)

Begitu Dazai sampai di ruang makan, iris Dazai langsung terfokus pada (Name) yang sedang memakai apron berwarna (h/c) itu.

"Ohayou (Name)-chan~" sapa Dazai memeluk (Name) dari belakang, yang sedang menyusun piring di atas meja makan.

(Name) menoleh ke arah Dazai, dan langsung mendapat kecupan singkat di bibir—berhasil membuat pipi (Name) memerah.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya Dazai mengerutkan alisnya khawatir, menyinggung kejadian kemarin malam.

(Name) terdiam sejenak, sebelum akhirnya mengangguk singkat, lalu kembali menyusun piring di atas meja. Kemudian Dazai menyadari sarapan mereka terlihat mewah dari biasanya.

"Hm, apa ada acara khusus? Apa kita libur hari ini? Ah! Jangan-jangan Kunikida-kun kesambet setan atau petir, lalu memberi kita libur?" tanya Dazai menyadari hampir semua makanan kesukaannya tersaji di atas meja.

(Name) hanya terkekeh, kemudian memutar tubuhnya dan memeluk Dazai. Sementara Dazai hanya memiringkan kepalanya dengan heran, tapi tetap membalas pelukan (Name).

"Terima kasih, Osamu."

Saat itulah Dazai mengerti maksud dari semua ini—(Name) ingin berterima kasih perihal kemarin malam dengan sarapan pagi ini.

Dazai hanya bisa tersenyum, lalu mengelus kepala (Name).

"Sama-sama, (Name). Apapun untukmu."

Kemudian mereka berdua duduk di kursi makan dan mulai sarapan.

"Mhm~ makanan buatan (Name)-chan selalu enak~" puji Dazai.

Pipi (Name) memerah, tapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya memakan sarapannya.

"Oh, karena kau memasak begitu banyak—aku yakin aku akan kekenyangan. Bagaimana kalau hari ini kita bolos kerja dan bersantai seharian di rumah? Date indoor ...?"

Sebuah pisau makan langsung melesat di sisi kanan kepala Dazai, membuat laki-laki itu berkeringat dingin dan semakin gugup saat melihat tatapan (Name) yang menggelap.

Dazai hanya tertawa canggung, sempat melirik ke belakangnya dan mendapati pisau makan yang tumpul itu dapat menancap di dinding dengan kuat.

"... kurasa tidak?"

My Silent Fiancée (Dazai Osamu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang