15

3.8K 305 7
                                    

~~~~~~

2 anak adam itu saling melempar senyuman termanis mereka. Jungkook tak berhenti meneguk americano dinginnya.

"ya! Jangan terlalu banyak minum nanti perutmu bisa sakit " tangannya meraih gelas kopi milik jungkook. Jungkook memanyunkan bibirnya lalu menarik paksa kembali gelas kopi miliknya.

" hyung , ku kira yoo-ra adalah perempuan yang kau sukai. Ternyata dia adikmu" taehyung menaikkan kedua alisnya bingung.

" kenapa kau bisa berpikiran seperti itu? " jungkook kembali meneguk americano nya.
" karna kau pernah mengingau menyebut nama yoo-ra " jawab jungkook. Taehyung tersedak kopi nya. Jungkook terkekeh melihat ekspresi kaget taehyung.

" oh ya hyung bukannya kemarin kau mengajakku bertemu teman mu hari ini? " taehyung memukul keningnya. Bagaimana mungkin ia melupakan janji nya dengan temannya. Ia melihat jam yang melilit indah di tangan kirinya.

" sudah jam 12.00 , astaga semoga dia tak marah" jungkook menatap sang kakak bingung. Taehyung memanggil pelayan meminta bill lalu membayarnya.

" kajja kookie, ku harap ia sedang berbaik hati hari ini " gumam taehyung. Taehyung berlari keluar cafe pribadi milik keluarga kim. Jungkook mengekori taehyung dan sampai lah mereka di parkiran. Taehyung langsung memasuki mobil putih yang ia bawa sebelumnya. Jungkook pun masuk ke kursi penumpang disamping taehyung. Setelah keduanya memakai sabuk pengaman, taehyung langsung menginjak gas dengan kecepatan mobil di atas rata-rata.

...

Jimin sedang asyik bermain dengan handphone miliknya. Ia tak peduli dengan orang yang sedang 'berceramah'di depannya.

" jimin, apa kau mendengarkanku? " tanya pria jakung yang berdiri di depan jimin. Jimin hanya mengangguk. Matanya hanya fokus ke layar handphonenya

" jimin ku mohon dengarkan omonganku, ini demi kebaikanmu juga " chanyeol memilih duduk di hadapan jimin.

" apa membicarakan seorang pembunuh bisa menjadikan ku lebih baik" ujar jimin. Chanyeol memijit pelipisnya. Jimin memang susah jika di ajak bernegoisasi.

" dia adikmu kau tak seharusnya memanggilnya pembunuh"

" tapi dia memang pembunuh , apa salah seorang pembunuh kau manggil pembunuh? " ucap jimin dengan santai nya.

" tapi jimin dia adikmu dia juga tidak membunuh. Kenapa kau memanggilnya pembunuh? Ini sama saja kau menuduhnya tanpa bukti" jimin meletakkan handphonenya di atas meja. Matanya menatap tajam mata chanyeol.

" tanpa bukti kau bilang? Sekarang aku bertanya pada mu, samcheon seorang polisi bukan? Bagaimana jika kau mendapati sebuah kasus lalu di TKP kau hanya menemukan seseorang dengan banyak bercak darah di bajunya dan korban yang sudah terkapar dengan darah di sekujur tubuhnya. Apa itu bisa dikatakan bukti? "

Cahnyeol menghela nafas kasar. Padahal ia seorang kepala polisi tapi saat berhadapan dengan jimin kenapa ia selalu kalah. Ia susah berkali-kali ah bukan berkali-kali, tapi beratus kali menasehati jimin agar tak menganggap taehyung sebagai orang asing di keluarga.

Jimin hanya tersenyum licik melihat sang paman selalu kalah berdebat dengannya. Jimin merasa ia tak salah tapi kenapa ia selalu di nasehati.

" jimin .... Tapi kasus taehyung berbeda dengan kasus yang kau sebutkan. Melihat keadaan taehyung saat itu ia tak mungkin melakukannya. Sangat jelas pada saat itu ia terpukul tak mungkin ia membunuh"

WHY ME?- BTS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang