[4]

7.4K 823 37
                                    

Free class adalah idaman semua murid. Free class sangat dimanfaatkan semua murid entah untuk tidur, pacaran, bermain pesawat-pesawat pun jadi.

"Bosan, Aku mau ke kantin, Clista."

"Aku haus, yasudah ayo ke kantin!" ucapku ke Keisya.

Koridor sangat ramai. Bahkan ada senior yang terang-terangan berciuman. Ew.

"Clista mau kemana?" tanya Michael mengagetkanku.

"Mau ke kantin, kenapa?"

"Ikut, tunggu Aku panggil yang lainnya!" Michael berlari memasuki kelasnya.

Aku bertatapan dengan Keisya. Tapi nampaknya Keisya tidak mengerti.

"Hai adikku tersayang, lama sekali kita tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu!" ucap Ashton dramatis.

"Ew, Aku saja bosan melihatmu."

"Siapa dia?" tanya Keisya.

"Oh mereka teman-teman kakakku. Dia Ashton, Michael, dan Calum." ucapku memperkenalkan mereka.

"Wait, KALIAN 5 SECOND OF SUMMER KAN?!"

"What the hell,Keisya!" ucapku menutup telingaku.

Sementara Calum, dia mengusap-usap dadanya. Sungguh teriakan yang sangat mengagetkan.

"Calm down. Ya, Kami band itu. Kenapa kau tau?" tanya Ashton.

"Aku pernah mendengar kalian latihan di Kelas Musik. Tapi tunggu, mana teman kalian yang satu?" tanya Keisya sangat bersemangat.

"Ah dia akan menyusul. Tenang saja, nah lebih baik sekarang Aku memesan makanan dulu." ucap Calum.

--

Selama makan, Keisya tak henti-hentinya memuji mereka. Aku hanya memutar mataku bosan.

"Ashton, kau kenal Luke? Dia sangat dikagumi di kelasku. Aku saja hampir bosan mendengarnya!" tanyaku kemudian

"Ah Luke dia kan—Aw!" Ashton meringis.

Aku menautkan alisku. "Dia kenapa?"

"Tidak kenapa-kenapa. Ah itu dia si Pirang!"

Aku memutar kepalaku dan mencari orang bernama si pirang yang dimaksud Michael.

Shit! Ternyata si pirang itu senior yang menyebalkan.

"Hi Clista!" ucapnya sambil tersenyum manis. Keisya menyikutku. Sedangkan Aku hanya menatapnya datar.

"Kau tidak adil, masa hanya Clista yang kau sapa? Kita kan sahabatmu, Robert!" Ucap Michael dengan muka masam.

Senior yang dipanggil Robert menatap Michael tajam. "Jangan panggil Aku dengan nama tengahku!"

Michael dan senior itu bertatapan tajam beberapa menit. Kemudian Ashton melerai mereka berdua.

"Jadi, Aku ketinggalan apa saja?" Ucap Luke tenang.

Astaga! Dia keren sekali! Apalagi dia duduk disampingku, aroma tubuhnya sangat khas. Dia sangat ker—oke hentikan.

"Adikku tercinta ini, menanyakan seseorang yang bernama, Luke!"

"Aku penasaran, Hampir semua wanita menggilainya. Aku bosan mendengar mereka di kelasku. Kau tau, Aku bahkan mencaritahu orang bernama Luke tapi tak ada satupun dari mereka yang memberiku jawaban yang sama!" ocehku membuat mereka semua tertawa—kecuali Keisya tentunya.

"Sebenarnya Aku sudah tau Luke itu siapa!" ucap Keisya membuat semua mate tertuju ke arahnya.

"Hei itu tidak adil. Masa hanya Aku yang tidak tau siapa dia?!" ucapku kesal.

"Bagaimana kalau Luke itu seorang senior?" tanya Ashton.

"Setidaknya Aku tahu siapa dia," Ucapku.

"Luke itu bergaya bad boy!"

"Aku tidak perduli,"

"Luke itu tidak perduli dengan fansnya!"

"Aku bahkan tidak fans dengan dia!"

Ucapanku membuat senior disampingku terbatuk. "Kau kalau minum pelan-pelan, bodoh!"

"Kau benar-benar tidak tau Luke itu siapa?" tanyanya. Aku hanya menggeleng.

"Bagaimana kalau Luke itu menyebalkan?" tanya Michael pelan.

Aku memutar mataku. "Menurutku Seseorang yang bernama Luke itu tidak menyebalkan. Menurutku saja sih,"

"Luke kau harus memunculkan dirimu!" Teriak Keisya di Kantin yang kosong ini.

Aku mencari ke setiap sudut kantin. Mencari keberadaan Luke-Luke itu. Siapa tau saja dia itu muncul tiba-tiba.

Terdengar suara tawa. Aku berbalik dan dengan tampang polosnya Aku bertanya. "Kenapa kalian tertawa?"

"Luke jelas-jelas ada di meja ini, Clista!" ucap Michael menahan tawanya. Aku menautkan alisku.

Aku berpikir sejenak.

"Aku kan kenal kalian semua. Kecuali dia," tunjukku ke Senior di sampingku.

Seketika itu pula otakku bekerja dengan cepat.

"KAU LUKE?!" tanyaku sambil menujuknya. Dia hanya menunjukkan deretan giginya.

Aku menutup mukaku dan menuduk ke meja.

"Ini memalukan, memalukan. Tenggelamkan Aku sekarang, hilangkan ingatanku! Memalukan!" ucapku masih menutup muka.

Dia tertawa, sungguh tawa yang indah—ini bukan waktunya untuk memuji.

Mereka semua masih menertawakanku. Sial.

"Hei buka matamu, Clista." Ia menurunkan tanganku.

"Kau sangat lucu tadi," ucapnya lembut dan Aku memberanikan diri untuk melihatnya.

Aku melihat matanya. Mata yang sangat indah, Mata yang membuat semua perempuan terpesona.

Dia menatapku sambil tersenyum. Bukan tersenyum meremehkan tapi senyum manis.

Rasanya Aku ingin memberhentikan waktu saat ini juga.

------
7 Juli 2014, 21:05

Chapter ini gaje banget sumpah.

Vomments ok?

Senior ⇝ Luke HemmingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang