#Chapter 13

1.3K 46 0
                                    

"Oke" kata mereka serempak.

Agra menggendong adiknya dengan tegas membawanya ke dalam mobil yang sudah disiapkan oleh Danish.

Attras mengunci pintu dan segera masuk ke dalam mobil, lalu melesat ke rumah sakit.

Agra yang trauma akan rumah sakit sempat terhenti ketika mencium aroma obat.  Ia merasa pusing.  Danish yang sigap lalu menggantikan Agra yang menggendong ollive dan masuk ke UGD.
Attras yang memegangi pundak Agra agar kuat. 

Agra tak memperdulikan bau obat itu lagi. Yang terpenting sekarang ialah adiknya selamat.

Dokter dengan cekatan menangani ollive. sedang Agra, Danish, dan Attras menunggu di ruang tunggu.

Saat dokter keluar mereka bertiga menghampiri dokter tersebut.

"Gimana ollive?" dengan nada datarnya namun terbesit kekhawatiran di dalamnya.

"Ananda Ollive terkena infeksi paru-paru.  Anda sedikit terlambat membawa ananda ollive kesini.  Saat ini ananda Ollive akan di rawat intensif di kamar khusus.  Saya permisi dulu "

"Iya dok terimakasih " ucap Danish dan Attras bersamaan.

Dokter tersebut melenggang pergi. Sedang Agra?
Agra hanya mematung dengan pandangan kosong.

Ia beranggapan bahwa ia adalah kakak yang bodoh,  kakak yang tak pernah bisa merawat adiknya dengan baik.

Attras dan Danish memegang bahu Agra seakan-akan menyalurkan kekuatan untuk Agra.

Agra berjalan gontai menuju kursinya tadi. Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Sabar bro. Mungkin ini ujian dari tuhan buat lo" kata Danish menguatkan.

"Ia Gra,  lo lagi di uji sama tuhan" tambah Attras.

"Please, jangan ollive. Gue aja."
Suara Agra mulai serak,  matanya memanas dan bersiap untuk meluncurkan cairan bening.

-

Ketika ia sudah menggunakan baju khusus, memakai masker dan penutup kepala.  Ia masuk ke dalam kamar olive.

Ia berjanji tak akan pernah menangis di depan adik tersayangnya. Agra duduk di kursi sebelah ranjang ollive.

"Liv ini kakak.  Bangun liv.  Jangan tinggalin kakak.  Jangan buat  kakak sendirian.  Cuma kamu yang kakak punya liv. "
Kata Agra dengan suara bergetar dan menggenggam tangan olliv yang sudah terpasang selang infus.

Agra mengamati wajah pucat adiknya itu. Segala macam peralatan rumah sakit itu terpasang yang entah apa saja fungsinya.  Agra tak tau dan tak mau tau.

Agra keluar melewati Danish dan Attras yang entah sedang meributkan apa.  Ia memilih rooftop rumah sakit.  Ia merasakan hembusan angin yang menerpa wajahnya damai.  Namun tidak dengan hatinya.

Ia mengambil hp dari saku celana training nya.
Terdapat ratusan notifikasi . Namun yang pertama kali Agra buka adalah pesan dari Alea.

'Udah sampe? '

'Udah.  Disini musim dingin graaaa.  Huaaa dingin bett.  Sifat lo aja kalah.  Upss'

'Hem.  Pke jket'

'Iyaa ini juga udah pake. Lo gabisa apa ngetik panjang dikit.  Secara tangan lo gak kadas kurap kutu aer juga kan. Eh lupa lo kan Pangeran kulkasnya Lea ya.   Hehe. '

'Hem.  Nyokap lo gimana? '

'Buseet 4 kata coyy.. Haduh jadi terharu Alea.  Eh iya nyokap gue ya gitu.  Masih di rawat. '

'Yaudah.'

'Etdah.  Serah lo lah.  Okedah gue mau masuk dulu ya graa sambung nanti.'

'Ok'

Agra memasukkan handphone nya ke dalam saku celananya.  Danish dan Attras menyusul Agra dengan tergesa-gesa.

"Coy coy.  Ollive coy. "Mendengar kata Ollive sontak Agra membalikkan badan dengan cepat.

"Kenapa ollive? " tanyanya penuh rasa khawatir.

Hoshh hoshh" ollive udah siuman" kata Attras sambil berusaha mengontrol nafas akibat berlari mencari Agra.

Agra dengan cepat berlari menuju kamar ollive.

"Etdah ngaso dulu ngapa ya.  Capek gua.  Mana gabawa kuaci lagi" celetuk Attras yang langsung mendapat toyoran tepat di ubun ubunnya dari Danish.

"Ayoklah cepet. "

Attras dan Danish menyusul Agra ke dalam kamar ollive.

"Liv gimana udah enakan?  Mana yang sakit?  Mau apa ollive?  Nanti bang Attras yang beliin."tanya Agra bertubi-tubi.
Ya Agra memang tak pernah berbicara banyak kata pada semua orang.  Terkecuali adiknya.

"Gue lagi yang kena" nyinyir Attras hampir tak terdengar.

"Ollive gapapa kak.  Cuma pusing aja. " ollive berusaha bangun, namun di tahan oleh Agra.

"Udah ollive jangan banyak gerak. Banyakin istirahat ya. " kata Agra hanya mendapat anggukan dari ollive.

Agra, Danish, dan Attras menjaga ollive hingga senja.

"Lo pulang aja.  Izinin gua"

"Iyadah.  Lo gak sekolah besok?"

"Ollive butuh gua".

"Ok dah.  Ollive Bang Attras yang tampan kayak Shawn Mendes ini pulang dulu ya cantiik". Pamit Attras.

"Jijik Tras.  Liv Bang Danish pulang ya.  " pamit Danish sambil berlalu bersama Attras.

Ollive hanya tersenyum manis.  Melihat kedua sahabat kakaknya yang sangat tolol.  Eh enggak deng cuma Attras aja.

*author jahat.*komen Attras.

-----

"Kak.  Kak Agra.  Udah pagi.  Kakak gak sekolah? " kata olliv sambil menggerak gerakkan tangan Agra yang berada di atas tempat tidur. 

"Emhh.  Kakak disini aja jagain kamu. " kata Agra dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Kakak mandi dulu sana dirumah sambil ambilin handphone aku di atas meja kamar."

"Iya bentar lagi.  Kamu masih pusing?"

"Enggak udah enakan.  Tadi juga udah di tensi sama perawatnya. "

"Kapan?  Kok kakak gak tau? " tanya Agra penasaran.

" kakak kan tidur.  Kakak molor mulu sih. " omel olliv

Hanya di balas senyuman oleh Agra.  Agra senang kini adiknya sudah bisa mengomel lagi.  Meskipun dengan bibir pucat dan kulit sangat putih.

--

Agra pulang kerumah segera membersihkan diri dan mengambil beberapa pesanan adiknya. 

Sebelum kembali ke rumah sakit,  Agra mengecek hpnya. Ia tak menemukan satupun pesan alea dari ratusan notifikasinya.

*mungkin sibuk* pikir Agra.  Ia pun memasukkan handphone nya ke dalam tas yang berisi berbagai barang yang akan di bawa kemudian melajukan motornya menuju rumah sakit.

****
Hae balik lagi.. 

Ga nyambung ya.  Maaf ya.

Voment and see you in the next chapter.  ~')

Hice Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang