# Chapter 15

1.6K 56 9
                                    

Agra dan kedua sahabatnya meninggalkan ruangan dokter. Ia sangat kacau saat ini. Entah bagaimana ia harus berkata.

Cairan bening kembali lolos dari pelupuk matanya. Ia hancur. Bagaimana ia harus menentukan keputusan? Jika adiknya di operasi hanya ada kemungkinan kecil adiknya akan hidup. Jika adiknya harus di kemo terapi maka akan berefek pada paru-paru nya. Sungguh ia tak tau lagi apa yg harus ia perbuat.

Danish dan Attras diam. Mereka tak ingin memperburuk suasana, sedang mereka tak tau lagi bagaimana harus menenangkan Agra.

"Nish, Tras. Bisa nggak yang ada di posisi Olliv itu gue aja.? "Tanya Agra putus asa.

"Gra. Ini udah kehendak yang diatas. Lo harus sabar" kata Danish menenangkan.

"Sabar? Sabar gimana lagi nish. Adik gue udah --" kata Agra tercekat.

Danish dan Attras hanya bisa menyalurkan kekuatan baik fisik maupun batin.

Setengah jam sudah Agra menangis dalam diam. Menundukkan kepala nya. Danish dan attras pun juga begitu.

Agra mengangkat kepalanya. Mengusap airmatanya kasar, ia bangkit. Kedua sahabatnya pun bingung.

"Gra mau kemana lo? " tanya Attras

"Olliv butuh gue. Gue gak boleh kelihatan lemah di depan dia. Kalo gue lemah gimana mau nyemangatin dia. Olliv harus kuat tras, nish. " kata Agra meyakinkan hatinya.

Agra segera memasuki kamar Ollive.

Dilihatnya Ollive yang tenang dengan oksigen menempel lekat dihidupnya.

Agra duduk di bangku sebelah tempat tidur Ollive. Ia memegang tangan Ollive sambil terus menatap lekat adik tersayangnya itu.

"Apapun yang terjadi nanti, kakak harap ini yang terbaik Liv" kata Agra sambil mencium punggung tangan Ollive.

~~~~

Semua sudah menunggu di ruang tunggu operasi. Sudah hampir 4 jam ollive masuk ke ruang operasi, namun tak ada tand-tanda dokter akan keluar.

Setelah lama menunggu, dokterpun keluar. ia membuka masker dan penutup kepala yang ia kenakan.

Agra dan dua sahabatnya segera menemui sang dokter.

"Bagaimana keadaan adik saya dok?" tanya Agra sambil mengharapkan keajaiban.

"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun tuhan berkehendak lain. Nona Ollive mengalami pendarahan hebat saat akhir operasi dan mohon maaf kami tidak bisa menyelamatkan nyawa Ollive" kata dokter tersebut sambil menundukkan kepala.

Tubuh Agra menegang, dua sahabatnya pun tak dapat menahan air mata yang sedari tadi telah singgah di pelupuk matanya. Namun tidak dengan Agra. Ia tak dapat meneteskan air matanya lagi.

"Maaf dok, apa saya boleh menemui adik saya?" tanya Agra dengan nada getir.

"Silahkan" dokter tersebut mempersilahkan Agra, Danish, dan Attras masuk ke dalam ruang operasi. Suasana di dalam ruangan sangat dingin, entah AC di ruangan ini yang terlalu rendah atau semua nya merasa begitu Agra melihat semua suster dan dokter memutari meja operasi.

Semuanya menunduk memberikan penghormatan terakhir. Agra berjalan mendekati kain penutup itu. Ia membuka kain itu sebatas leher. Agra mencium, dan kembali meneteskan air matanya. ia terisak , tangisnya tak lagi dapat terbendung. Kedua sahabat Agra selalu senantiasa menemani Agra.

Setelah semua selesai, ollive di bawa untuk di kremasi. Agra segera menelfon keluarga dari sang ayah di Kanada. ia tak mungkin menghubungi keluarga dari sang ibu di Indonesia
 karena menurut mereka, Agra dan Ollive lah yang menyebabkan ibu mereka terjebak dalam kebakaran.

Satu jam setelahnya, keluarga besar dari sang ayah datang ke rumah mereka. Sudah banyak orang pelayat yang datang ke rumah mereka untuk membatu penguburan jenazah ataupun memberikan rasa bela sungkawanya.

Setelah jenazah Ollive di kuburkan, banyak pelayat yang datang dan pergi. semuanya diurusi oleh keluarga besarnya. Sedang Agra? Agra sedang berada di didalam kamar Ollive sekarang. Sunyi. Ya, itu yang ia rasakan sekarang. meskipun banyak tamu yang datang Agra tetap merasakan kesunyian yang sangat dalam.

Bagaimana ia harus melanjutkan hidupnya setelah semua usai? bagaimana ia harus berkeluhkesah setelah ini?. Tak selamanya keluarga dari ayahnya ini akan tinggal di Indonesia. mereka semua akan kembali ke negara mereka satu minggu lagi.

Mungkin ia akan menyewa pembantu untuk sekedar memasakkannya, mencuci dan membereskan rumahya atau menemaninya kala ia sedang sedih. Entahlah. ia tak terlalu tau.

~~~~

seminggu berlalu...

keluarga besar Agra berpamitan kepada Agra di bandara.

"Hati-hati Gra. Jika kamu butuhkan kami, kami selalu siap untukmu meskipun keluarga ibumu tetpa membencimu, ingat kami tak kan pernah melupakanmu. Jika kamu ingin pindah ke Kanada dan hidup bersama kami, semuanya bisa diatur. kami bisa siapkan surat berpindah kewarganagaraanmu." Ucap Georgio Hystric paman Agra.

"Tidak paman, terimakasih. Agra akan tetap disini menjaga Ollive, ayah dan bunda . Untuk semua penawaran paman nanti Agra akan pikirkan lagi. sekali lagi Terimakasih Paman, Oma, Bibi dan semuanya sudah menyempatkan waktu untuk hadir di pemakaman Ollive" kata Agra sambil tersenyum.

"Baiklah, kalau kau perlu sesuatu bilang pada kami. Kami selalu ada untukmu. Karena di dalam namamu sudah tertera kata Hystric nak. Jadi sudah kewajiban kami untuk saling melengkapi di keluarga Hystric." kata Georgio

Agra hanya tersenyum. Setelah itu, pesawat take off  dan Agra kembali ke rumahnya.


****

Aloha gaes. maaf ya sudah lama sekali author tidak update. Untuk chapter berikutnya di tunggu saja.

Don't forget to voment. See you in the next chapter. ~')

Hice Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang